NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Dosen Pembimbing

Terjebak Cinta Dosen Pembimbing

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.5
Nama Author: Daisy Faya

Yasmina Salsabilla atau yang akrab dengan sapaan Billa ini mengalami ketertinggalan dari teman-temannya yang sudah lebih dulu lulus kuliah disebabkan keterbatasan ekonomi dan membuatnya mengambil kuliah sambil bekerja. Akhirnya Billa dibantu oleh pamannya yang merupakan adik kandung dari almarhum ayahnya.

Dikarenakan mempunyai hutang budi, sang paman pun berniat menjodohkan Billa dengan anak salah satu temannya. Dan tanpa sepengetahuan sang paman, ternyata Billa sudah lebih dulu dilamar oleh Aiman Al Faruq yang tak lain adalah dosen pembimbingnya. Bukan tanpa alasan dosen yang terkenal dingin bak es kutub itu ingin menikahi Billa. Namun karena ia tidak mau mempunyai hubungan dengan sepupunya yang ternyata menaruh hati padanya. Aiman pun memutuskan untuk menikahi Billa agar sepupunya tidak mengganggunya lagi.

Bagaimana kisahnya, apakah Billa menerima lamaran dosennya ataukah menerima perjodohan dari pamannya?

Cerita ini 100% fiksi. Skip bila tidak suka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisy Faya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ayo Menikah

Setelah Aruna meninggalkan Cafe dengan pikiran yang kacau, Aiman masih terduduk di kursinya menatap punggung Billa dengan ekspresi wajah yang tidak dapat diartikan. Lama Aiman terdiam, hingga akhirnya kakinya melangkah ke arah Billa dan memilih duduk di kursi yang berada di depan Billa. 

Billa terkejut melihat Aiman yang sudah duduk di depannya, dengan refleks melihat ke arah belakang tepatnya ke arah meja yang tadinya ditempati oleh Aiman bersama seorang gadis cantik yang tidak dikenalnya itu, Billa hanya beranggapan jika gadis cantik dengan rambut long wavy itu adalah salah satu mahasiswi Aiman, tapi Billa belum pernah melihat wanita cantik itu di area kampusnya.

“Kamu mencari siapa?” Tanya Aiman yang menatap ke arah Billa.

“Perempuan yang duduk sama bapak tadi kemana?” 

“Sudah pergi, untuk apa menanyakan dia?” Ucap Aiman masih dengan aura datar seperti aspal.

“Mahasiswi bimbingan bapak juga ya?” Entah mengapa Billa begitu penasaran dengan sosok gadis cantik itu.

“Bukan, dia sepupu saya.” Aiman menjawab dengan sorot mata yang masih tertuju ke arah Billa.

“Oh pantes, saya pikir mahasiswi bapak juga tapi saya gak pernah liat dia di kampus, cantik pak, sepupu bapak cantik banget.” Senyuman Billa terlihat tulus ketika mengatakan itu.

“Masih ada yang lebih cantik dari dia.” Mata Aiman belum beralih dari menatap Billa.

“Masa sih pak, tapi sepupu bapak tadi itu cantik, anggun, manis dan elegan jadi satu pak, mana badannya bagus, tingginya juga cocok kayak perempuan-perempuan yang ikut kontes ajang kecantikan.”  Billa begitu menggebu-gebu mendeskripsikan sosok sepupu Aiman itu.

“Billa.” Panggil Aiman begitu celotehan Billa selesai.

“Iya pak.” Jawab Billa cepat.

“Ayo menikah dengan saya.” Aiman mengatakan itu tetap dengan ekspresi datar tanpa ekspresinya.

“Gila Dosen satu ini, ngajak nikah kok kayak ngajak nongkrong di perempatan, lempeng amat mukanya kek ayam sakit.”  Batin Billa berbicara.

“Bapak kenapa, lagi banyak masalah ya?” Entah kenapa Billa mengeluarkan pertanyaan itu. Yang jelas Billa tidak menanggapi sedikitpun ajakan menikah dari Aiman, karena dipikirnya Dosennya itu sedang tidak enak badan atau memang sedang banyak pikiran.

“Yang seharusnya bertanya seperti itu saya, sebanyak apa masalah yang kamu punya sampai-sampai kamu menangis tidak tahu tempat seperti tadi.” Aiman kembali dibuat kesal oleh tingkah Billa yang aneh.

“ Loh kok malah bapak yang sewot, tadi ngajak nikah sekarang malah ketus begini.” Protes Billa.

“Lupakan saja yang saya ucapkan tadi, susah bicara sama kamu.” 

“Ya udah kalo gitu, lagian bapak juga yang ngajakin saya kemari, sekarang malah sewot begini, gak jelas.” Ucap Billa seraya membuang pandangannya ke samping. 

“Kamu ngatain saya gak jelas?” Tanya Aiman tidak percaya.

“Bukan pak, saya ngatain diri saya sendiri.” Billa menjawab asal untuk membuat Aiman tidak marah berkelanjutan.

Suasana kembali hening, baik Aiman maupun Billa tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing. Aiman masih tidak menyangka dengan respon Billa yang seperti tidak terjadi apa-apa ketika ajakan menikah itu keluar dari mulutnya. Sedangkan Billa saat ini masih memikirkan omongan pamannya yang ingin menjodohkannya.

“Pak.” Panggilnya pelan.

“Kenapa.” Sahut Aiman. 

“Kirain bakalan di jawab Hm lagi.” 

“Saya boleh cerita gak pak, kepala saya penuh banget rasanya, otak saya mumet pak.”

Aiman menatap ke arah Billa begitu mendengar omongan Billa, tatapannya bukanlah tatapan dingin atau datar seperti biasanya, melainkan tatapan penasaran bercampur iba didalamnya.

“Silahkan.”

“Tapi bapak mau dengar kan, saya gak butuh di respon pak, saya cuma mau didengar aja, biar hati saya lega.” Ucap Billa.

“Iya silahkan cerita, saya akan dengar.” Ucap Aiman dengan intonasi suara yang belum pernah Billa dengar sebelumnya.

“ lHari ini saya sebenarnya lagi senang banget pak,  karena dapat Acc Sidang dari Bu Dian, tapi senang saya gak bertahan lama. Paman saya ngehancurin kebahagiaan saya pak,” Billa menjeda sebentar kata-katanya, sedangkan kening Aiman terlihat berkerut heran mendengar kata-kata Billa.

“Semenjak ayah saya meninggal, keluarga saya sering mendapat bantuan finansial dari paman saya, adik kandung ayah saya pak, termasuk untuk saya, paman saya juga sering membantu saya jika saya kekurangan uang. Dan yang membuat saya tidak habis pikir itu, paman saya menganggap semua pemberiannya kepada kami itu sebagai hutang, dan mengharuskan saya untuk membayarnya,” Billa menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya untuk mengurangi sesak di dadanya, Aiman menyembunyikan rasa terkejutnya mengetahui kondisi kehidupan gadis yang membuatnya sudah jatuh cinta ini.

“Saya tidak mempermasalahkan itu pak, saya berjanji akan membayar semuanya suatu hari nanti, tapi yang membuat saya sedih itu karena paman saya berniat menjodohkan saya dengan salah satu anak temannya, yang katanya ekonomi bagus, dan bisa membantu saya untuk membayar hutang kepada paman saya. Hati saya sakit pak, karena hidup saya seolah dipermainkan oleh paman saya.” Air mata yang sudah di tahannya kini jatuh juga.

“ Kenapa kamu tidak menolak? Aiman yang awalnya hanya ingin mendengar, akhirnya tidak tahan untuk bertanya.

“Nah itu dia pak yang jadi permasalahannya, saya boleh saja menolak, tapi dengan syarat semua uang yang pernah diberikan paman harus saya kembalikan sekarang juga. Paman saya gila kan pak? ucap Billa yang memaksakan tersenyum ke arah Aiman. Namun itu adalah senyuman yang begitu menyakitkan dimata Aiman.

“Berapa banyak uang yang harus kamu bayar ke paman kamu?” Aiman bertanya dengan emosi tertahan, emosi yang ditujukan untuk sosok paman dari gadis di depannya ini.

“Paman saya mengungkit semuanya pak, termasuk uang yang dikeluarkan untuk pengobatan almarhum ayah saya dulu, sekitar 45 juta gitu pak, kalau seandainya paman saya ada di depan saya sekarang, saya gak janji gak bakalan ngejambak rambutnya pak, sekalian mau saya patahkan lehernya.” Ekspresi kesal Billa benar-benar tidak bisa di sembunyikannya.

“Pakai uang saya saja dulu untuk membayar ke paman kamu.” Aiman terlihat serius dengan kata-katanya.

“Aduh nyesel saya cerita, saya kan udah bilang, bapak cukup dengar saja dan  jangan merespon apapun, kalo gini ceritanya kan saya seolah-olah memang sengaja mau ngemis sama bapak.” 

“Saya tidak pernah berpikir seperti itu ke kamu.” Aiman meluruskan.

“ Lagian bapak memangnya kaya banget ya, seenaknya nawarin uang sebanyak itu ke saya.” Billa sebenarnya sangat penasaran dengan sosok Aiman ini.

“Setidaknya saya bisa membantu kamu dengan jumlah uang segitu.” 

“Bapak gak takut?” Pertanyaan Billa membuat Aiman menatapnya bingung.

“ Takut kenapa?” 

“ Kalau saya ga bisa bayar uang bapak?” 

“ Kenapa harus takut, kalau kamu tidak sanggup bayar, saya tinggal culik kamu, terus saya jual organ tubuh kamu, untung banyak saya, ginjal kamu sehat kan?.”

“Astaghfirullah pak, saya takut beneran ini, ternyata bapak psikopat.” Ucap Billa yang spontan berdiri dari kursinya dan mundur beberapa langkah. Senyuman tipis terukir di bibir Aiman melihat tingkah polos Billa yang sedang ketakutan.

“Kamu percaya kalau saya akan lakukan itu?” Tanya Aiman dan Billa mengangguk.

“Percaya pak, soalnya kebanyakan psikopat itu sikapnya dingin kayak bapak.” Ucap Billa yang masih berdiri beberapa langkah dari Aiman.

“Pantas kuliah kamu lama selesainya, ternyata memang otak kamu kapasitasnya kecil.” Pedas sekali omongan Dosen satu ini, membuat mata Billa membelalak, tak terima atas kata-kata Aiman.

“Minta maaf gak pak, hati mungil saya sakit dan berdarah dengar ucapan bapak.” Ekspresi Billa terlihat seperti orang yang ingin menangis, membuat Aiman semakin gemas dengan gadis ini.

“Spesies langka satu ini bikin saya pengen cepat-cepat ngehalalinnya.” Kali ini suara hati Aiman yang menjerit.

“Ya sudah saya minta maaf, mau sampai kapan kamu berdiri disitu?” Tanya Aiman geram.

“Saya jadi takut sama bapak.” Ucap Billa.

“Ya Allah Billa, saya gak segila itu ya, untuk apa saya culik kamu terus jual ginjal kamu, seperti laku saja ginjal kamu itu, sekarang cepat duduk atau beneran saya ambil ginjal kamu.” 

“Bapak jangan ngomong gitu pak, saya beneran takut loh pak, saya sering nonton film psikopat sama Ocha pak.” Ucap Billa dengan perlahan mulai duduk kembali.

“Siapa Ocha?”

“Sahabat saya pak, satu kost sama saya.” Aiman hanya mengangguk.

Billa tersentak melihat panggilan telepon dari pamannya, membuat nafasnya memburu dan matanya memanas. Ia seperti sudah menebak apa yang akan disampaikan oleh pamannya itu, pasti mengenai perjodohan itu.

“Kenapa tidak dijawab?” 

“Dari paman saya pak.” Ucap Billa menatap ke arah Aiman dengan mata berkaca-kaca. Dengan cepat tangan Aiman meraih ponsel milik Billa tanpa sempat Billa menahannya, dengan santai Aiman menggeser ikon berwarna merah di layar, menandakan dia mematikan panggilan telepon tersebut. 

“Pak,,, nanti paman saya marah loh.”

“ Kamu kenapa terlalu memikirkan hal itu, kenapa kamu takut kalau dia marah?” tanya Aiman tidak mengerti dengan pemikiran Billa.

“ Kalau dia marah ke saya aja ya gak apa-apa pak, tapi nanti takutnya dia malah nelpon Bunda saya, dia akan maki-maki Bunda saya pak, itu yang saya pikirkan.”

“ Sekarang cepat berikan nomor rekening kamu, bayar sekarang uang ke paman kamu supaya dia diam.” Aiman sudah berada di puncak kekesalannya mengingat tingkah paman Billa.

Billa masih terdiam dan menatap ke arah Aiman dengan tatapan ragu, haruskah ia menerima bantuan dari Dosennya ini.

“ Kenapa bapak lakuin ini ke saya, kenapa bapak mau bantuin saya?” tanya Billa tanpa memalingkan pandangannya dari wajah Aiman.

“ Terserah kamu mau percaya atau tidak dengan apa yang akan saya ucapkan nanti, yang pasti satu hal yang harus kamu tahu kalau saya suka sama kamu. Hari ini adalah kedua kalinya saya melihat kamu menangis di halte, sebelumnya saya sudah pernah melihat kamu yang juga menangis di halte, seminggu setelah itu saya terkejut melihat kamu datang ke ruangan saya dengan membawa skripsi kamu kepada saya.” Ini adalah kalimat terpanjang Aiman kepada Billa.

Sorot wajah Billa tidak dapat menyembunyikan rasa terkejut dan bingung sekaligus. Benarkah apa yang Aiman katakan. Namun ia tidak menemukan sorot kebohongan di wajah tampan Aiman.

“Dan ajakan menikah dari saya itu bukan sebuah candaan, saya serius ingin mengajak kamu menikah.”  Tidak henti-hentinya Billa dibuat terkejut oleh Aiman.

“Tapi bapak baru mengenal saya pak, dan saya yakin perempuan seperti saya bukanlah perempuan yang layak dan pantas untuk mendampingi bapak.” 

“Hanya saya yang tahu siapa yang pantas mendampingi saya, dan saya tidak akan main-main dengan sebuah pernikahan, itu adalah komitmen seumur hidup yang tidak mungkin dijadikan sebuah candaan.”

“Kenapa bapak seyakin itu dengan saya?”

Aiman terdiam mendengar pertanyaan Billa, ia bingung harus memberi jawaban apa atas pertanyaan itu. Wajahnya menatap serius ke arah Billa namun semua kosa kata di otaknya seolah menghilang begitu saja.

“Bapak aja ga yakin gitu dengan rasa bapak, masa iya mau ajak saya nikah cuma karena kasian ngeliat hidup saya.”

“Saya memang tidak bisa menjawab pertanyaan kamu itu sekarang, tapi saya tidak pernah main-main dengan ajakan saya, saya serius dengan kata-kata saya.”

“Jangan terlalu memaksakan diri bapak untuk kasihan terhadap saya pak.” 

Aiman hanya bisa terdiam mendengar kata-kata Billa.

“Kepala saya pusing pak, saya izin pulang dulu.” ucap Billa yang memang benar-benar merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya hari ini, iya harus menerima beberapa masalah yang diluar kendalinya.

“Ayo saya antar.” Dengan cepat Aiman bangkit dari kursinya.

Tidak ada satupun di antara mereka yang bersuara ketika dalam perjalanan pulang menuju kost Billa. Hanya getaran dari ponsel Billa yang sejak tadi tidak berhenti menampilkan nama pamannya yang menelpon. 

Billa mengucapkan terima kasih begitu Aiman sudah mengantarnya dengan selamat sampai kedepan kostnya, namun Billa sedikit bingung ketika pintu mobil masih terkunci, membuatnya tidak dapat keluar dari mobil milik Aiman.

“Pak, kenapa pintunya masih terkunci?” Tanya Billa heran.

“Berikan dulu nomor rekening kamu, baru saya bukakan pintunya.” Ucapnya dingin membuat nyali Billa menciut.

“Tapi pak,” 

“Tapi apalagi Billa, kamu sanggup menerima teror seperti itu terus-terusan, sekarang cepat berikan nomor rekening kamu, saya memaksa.” Billa benar-benar takut melihat sosok Aiman yang seperti ini, dan dengan terpaksa ia memberikan apa yang Aiman minta.

“Sudah saya transfer, cepat selesaikan masalah kamu dengan paman kamu, setelah itu pikirkan tentang tawaran saya.” 

Billa turun dari mobil Aiman dengan pikiran kacau, ia benar-benar bingung dengan alur hidupnya yang tidak tertebak ini.

***

1
Anestyafani
Luar biasa
Siti patma
maklumlah pak billanya masih labil dan belum dewasa padahal adeknya ada 2 malah lebih dewasa apes2 pak aiman suka ama billa
Siti patma
baru kali ini aku baca novel pemeran wanitanya agak rada2 aneh sama tingkahnya mudah2an novelmu yg lain tdk kayagini pemain utamanya ya thor maaf banget
Daisy Faya: oke kak, terima kasih atas komennya. Setiap orang memang mempunyai selera baca yg berbeda, dan kebutulan apa yang saya tulis ini tidak sesuai dengan keinginan kakk, terima kasih sudah mampir
total 1 replies
Soraya
mampir thor
Meimei Memei
Luar biasa
Siti patma
si billa ini nenar kt pak aiman aneh bukannya nenerima pak aiman malah menyerahkan ke si aruna pusing liat tingkahny yg kayak belum dewasa
Mytha Cemit
Luar biasa
Altafani ZM
seperti apa ya visual pak dosen aiman/Grievance/
Siti Ramdah
Luar biasa
Aulia kusworo
Buruk
Aulia kusworo
Biasa
Nurcholifah Dwi Anggraini Setyaningrum
Qpst bersyukur bgt kl dpt mertua kyk mama Rumi.tp syg Qdpt mertua yg bikin darting tiap hr.anky py mslh mlh dceramahin truz bkny dhibur spy sbar menghadpi mslh.
Siti Ramdah
Luar biasa
💙ANGGUN💦
lahh kok bisa ad pengecualian,ad ap nih????
💙ANGGUN💦
knp hrs CR7?Timnas Indo skrg ganteng2 loh yakk
Ay Jutex
rejeki ank solehah itu bil..
Firma
Luar biasa
Ayiek Sundoro
Alur ceritanya natural, membacanya seperti sedang membaca kisah nyata dan bukan fiksi. Bagus sekali👍👍👍🌹🌹🌹❤❤❤
Nita Aja
betul Billa ...
Ilah Zen
baguuuuuus👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!