Malam itu petir mengaum keras di langit, suara gemuruhnya bergema. Angin mengamuk, langit menangis, meneteskan air dengan deras. Alam seolah memberi pertanda, akan datang suatu bencana yang mengancam sebuah keluarga.
Clara seorang ibu beranak satu menjadi korban ghibah dan fitnah. Sampai mati pun Clara akan ingat pelaku yang sudah melecehkannya.
Akankah kebenaran akan terungkap?
Siapa dalang di balik tragedi berdarah ini?
Ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Kesurupan
"HI, HI, HIIIIIIIIIIIIIIIIII!"
Sosok yang menempel di tubuh Dilara melesat berputar-putar mengitari Aula Desa. Sosok itu mulai berbaur dengan para mahasiswa. Sosok itu duduk tenang. Para Mahasiswa dan Mahasiswi asik duduk santai sambil menikmati cemilan. Mereka bernyanyi bersama, mengadakan permainan untuk mengakrabkan diri.
Dira dan Ella kembali ke Aula Desa. Dira melihat Dilara duduk manis menikmati cemilannya.
"Dila, dari mana az. Aku cariin kamu," Dira duduk di samping Dilara.
"Dila kami cari in kamu lho. Kemana az sih?" Ella kesal, sedari tadi bersama Dira sekalipun tidak diperhatikannya. Eh ketemu Dila sifat Dira langsung berubah begitu perhatian.
Dilara hanya diam, terus saja menikmati cemilan khas desa yaitu singkong rebus. Dila terus saja memasukan makanan ke dalam mulutnya. Dilara nampak kelaparan seperti orang berhari-hari tidak makan.
"Permisi, kamu siapa? Di mana Dilara?" tanya Dira.
Sosok yang memakai tubuh Dilara berhenti makan. Dia tersenyum menatap Dira yang bisa melihat perubahan pada Dilara.
"Tanyakan pada dia!" Sosok itu menatap tajam ke arah Ella.
"Aku? Aku gak tau Dira," Ella mengangkat tangannya lebar.
"Dia menyuruh temannya, mengunci gadis ini di kamar mandi! Gadis ini tidak bisa bernapas di dalam kegelapan. Kamu harus merasakan juga bagaimana rasanya terkunci!"
Dilara tersenyum manis ke arah Ella. Dilara menjentikkan jarinya. Ella dalam sekejap menghilang dalam pandangan. Dilara kembali tidak sadarkan diri.
"Dila, Dila," Dira memasukkan Dilara dalam pelukannya.
Tiba-tiba suasana Aula Desa berubah menjadi dingin. Bau busuk menyengat menyebar di mana-mana. Sekelebat bayangan putih melintas di kiri kanan Aula Desa.
"SETAAAAAANNNNN!"
Semua berhamburan lari ketakutan. Beberapa orang Mahasiswi kesurupan. Pak Kades, beberapa warga dan beberapa orang Dosen menenangkan siswa. Bu Kades datang tepat waktu membawa seorang ustaz dan beberapa orang anak muridnya. Orang yang pertama kali Bu Kades hampiri adalah Dilara. Sedangkan anak murid Pak Ustaz membantu siswa lain yang kesurupan.
"Maaf Nak, apa tadi dia kesurupan?" tanya Bu Kades.
"Iya Bu," jawab Dira.
"Pak Ustaz, ini dia yang saya ceritakan tadi," kata Bu Kades.
Pak Ustaz memandangi Dilara sambil membacakan ayat-ayat ruqyah. Dilara membuka mata dan melotot ke arah Pak Ustaz. Dilara hendak menyerang Pak Ustaz, tapi Dira sekuat tenaga menahan tubuhnya.
"Permisi, tolong bebaskan gadis itu. Apa yang membuatmu merasukinya?" Pak Ustaz dengan hati-hati bertanya.
"Aku melindunginya dan membantunya keluar dari kamar mandi. Teman-temannya menguncinya dan membiarkan dirinya sendiri ketakutan dalam gelap. Dia berteriak minta tolong, napasnya hampir habis. Hanya aku yang mendengarnya. Aku yang telah menolongnya!"
"Terima kasih telah menolong Dilara. Terima kasih," ucap Dira.
Sosok yang merasuki Dilara tersenyum. Dia menepuk pergelangan tangan Dira. Dia keluar dari tubuh Dilara. Dilara mulai sadar, perlahan membuka mata. Bu Kades memberikan air mineral yang sudah dibacakan ayat suci oleh Pak Ustaz kepada Dilara. Dilara meminumnya dan Dilara juga membasuh wajahnya dengan air itu.
"Nak Dila apa yang terjadi?" tanya Pak Ustaz.
"Saya terkunci di kamar mandi Pak. Dan lampunya tiba-tiba mati," jawab Dilara.
"Sekarang kamu aman. Saya permisi dulu." Pak Ustaz dan Bu Kades menghampiri Mahasiswi yang kesurupan makhluk halus di sebelah sana.
Salman dan Salma baru saja tiba setelah menemani Bu Mila Dosen Bahasa Indonesia mereka berkunjung ke rumah keluarganya. Mereka bertanya keributan yang baru saja terjadi. Dira menjelaskan ada serangan makhluk astral, entah apa penyebabnya.
Masih terlihat beberapa siswa kesurupan. Pak Ustaz dan anak-anak muridnya berusaha sekuat tenaga mengusir makhluk-makhluk tak kasat mata itu.
Sementara itu di dalam kamar mandi. Ella sendirian terkunci. Ella mencoba mendobrak pintu agar bisa keluar tapi tenaganya kurang kuat. Lampu di dalam kamar mandi kelap kelip. Ella berteriak ketakutan sambil memukul-mukul pintu kamar mandi.
Ella lelah, sekuat apapun dia berteriak tidak ada yang mendengarnya. Lampu kamar mandi kembali mati. Ella berpegangan erat pada gagang pintu. Ella merasakan hembusan napas di depannya. Ella melebarkan kedua matanya di dalam kegelapan. Dan lampu kamar mandi menyala kembali.
"AAAAAAAAAAA!"
Sontak Ella berlari masuk ke salah satu bilik kamar mandi. Ella bersembunyi di sana. Tubuhnya bergetar hebat, napasnya mulai tidak beraturan, seluruh tubuhnya basah karena keringat terus membanjiri. Ella masih belum bisa percaya, penampakan Mba Kunti yang sering dia lihat di film horor, kini nyata di depan matanya.
Ella duduk jongkok sambil memeluk lutut. Ella berharap semua ini adalah mimpi buruk, sebentar lagi Ella akan bangun dan melupakan semuanya. Ella mencium bau amis. Ella merasa sesuatu menetes dari atas kepalanya. Ella memberanikan diri mendongakkan kepala.
Ternyata hantu perempuan berbaju putih, sedang asik duduk di atas tembok, kakinya berayun-ayun dan wajahnya tertutup rambutnya yang panjang. Ella membeku, tubuhnya kaku. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Dan hantu perempuan itu menampakkan wajahnya yang hancur, dengan mulut yang menganga lebar sampai matanya.
"AAAAAAAAAA!" Ella keluar dan mencoba kembali membuka pintu utama kamar mandi.
Dan kali ini pintu kamar mandi terbuka, Ella berlari sekuat tenaga keluar dari kamar mandi. Dan langkah Ella terhenti. Kali ini Ella dikelilingi segerombolan pocong berwajah hitam yang menyeramkan. Pocong-pocong itu mengepung Ella.
"AAAAAAAAAAAAAAAA!" Ella menjerit histeris dan jatuh tidak sadarkan diri.
Pak Kades Desa Ghibah melihat cahaya merah dari kejauhan. Pak Kades segera menuju ke sana. Pak Kades melihat kekacauan di Aula Desa. Pak Kades yang bernama Pak Ali meminta izin Pak Kades Damai untuk melakukan sesuatu. Setelah mendapatkan izin, Pak Ali meminta beberapa makanan dan cemilan yang ada di Aula Desa.
Pak Ali meletakkan berbagai macam hidangan itu di atas meja yang khusus dipisah dan ditaruh di depan Aula Desa. Dan akhirnya makhluk-makhluk yang merasuki siswa semua dengan sendirinya keluar. Pak Ustaz dan anak muridnya menetralisir semua energi negatif yang ada.
"Pak Ali, terima kasih, apa sebenarnya terjadi?" tanya Pak Kades.
"Begini Pak Kades, maaf sebelumnya. Penghuni di sini merasa tidak dihargai. Para tamu dari kota kalian suguhi dengan berbagai macam hidangan. Mereka penghuni asli tidak diberikan apa-apa. Mereka tentu saja tidak bisa makan seperti kita. Tapi mereka hanya ingin dihargai," kata Pak Ali.
"Oh maafkan atas ketidaktahuan kami," ucap Pak Kades Damai.
"Dan juga, saya sebelumnya minta maaf kepada Bapak dan Ibu Dosen. Maaf sekali," Pak Ustaz mengatupkan kedua tangannya.
"Siswa Siswi Anda, ada yang melakukan hal-hal tidak seharusnya dilakukan di sini," Pak Ustaz mengangkat kedua tangannya membentuk angka dua dan menarik turunkan jarinya.
"Astaghfirullah," sahut para Dosen.
"Adik-adik semua. Di manapun kita berada. Hormat dan patuhi semua peraturan yang ada. Mereka yang kasat mata juga sama seperti kita. Mereka juga tidak menyukai hal-hal yang melanggar norma. Mari kita semua mendoakan mereka. Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing," Pak Ustaz memimpin doa.
Acara pun ditutup. Malam ini mereka semua tidur bersama di Aula Desa. Tanpa kehadiran Ella yang masih belum sadarkan diri di depan kamar mandi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...