Kehidupan Zevanya hancur, semenjak dirinya bertemu dengan seorang pria yang bernama Reynald. Pria itu menyebabkan dirinya harus mendekam didalam penjara yang dingin. Bahkan Zevanya harus menerima hukuman mati, setelah dirinya tertangkap tangan oleh polisi Bandara membawa sejumlah heroin dan pil ekstasi di koper miliknya.
Apakah Reynald , kekasihnya itu dengan sengaja menjebaknya? Ataukah ada orang lain yang ingin memisahkan cinta mereka?
Apakah dendam dalam diri Zevanya terbalaskan, setelah dirinya selamat dari eksekusi mati yang dijatuhkan oleh pengadilan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. MARILYN JOSEPH
Sudah beberapa bulan Zee berada di rumah tahanan kota Cleveland.
Marilyn masih setia menemani Zevanya bai dalam suka maupun duka.
Kedekatan keduanya, sudah seperti seorang ibu dengan anaknya. Oleh karenanya, ada sebagian penghuni sel itu tidak menyukai keduanya.
Marilyn selalu menemani Zevanya setiap kali Zee melakukan pemeriksaan kandungan ke klinik dokter Alice.
"Enak ya kalian, bisa senang-senang diluar sana." Sindir Veronica, wanita berkulit gelap sambil mendekap kedua tangannya.
Keduanya tak menyahut, Zee merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Dia tidak menanggapi perkataan veronica, karena tidak ingin membuat masalah.
Demikian juga dengan Marilyn. Wanita itu tampak memiringkan tubuhnya menghadap dinding sisi tempat tidurnya.
Veronica mendekati kearah Zee.
"Heh. ...kau sakit apa? Apa kau, hamil?" tanya Veronica langsung pada intinya.
Zee mengangguk, dia tidak mungkin berbohong pada teman-teman satu selnya, karena cepat atau lambat, mereka akan mengetahuinya juga.
"Sudah kuduga!" Veronika tersenyum sinis.
"Wajahnya saja yang kelihatan polos, ternyata dia jalang juga." Sarkas yang lain.
"Iya, aku juga sangsi dengan ceritanya, kalau dia itu dijebak." Lanjut napi yang lain.
"Hei, ...kalian semua, diam!" Teriak Marilyn berusaha membela Zee.
"Kalau kalian tidak tahu apa-apa, lebih baik kalian diam," bentak Marilyn emosi.
Marilyn mendekat kearah Veronica dan menarik baju wanita berambut pendek itu , dan mendorongnya dengan kasar.
Wanita itu terjatuh, ia mencoba melawan, namun Marilyn dengan kuat mengunci pergerakan lawannya. Marilyn tidak bisa dianggap enteng. Wanita itu meringis kesakitan
Zee yang melihat kejadian itu berusaha berdiri melerai keduanya. Zee takut terjadi apa-apa pada Veronica, hanya karena Marylin membelanya.
"Cukup Marilyn, lepaskan dia!.Dia bisa mati." Teriak Zee histeris.
Marilyn kemudian melepaskan tubuh wanita itu dengan kasar.
"Jika ada dari kalian yang berani menyakitinya, kalian berhadapan dengan ku." ancam Marilyn.
Beberapa orang dari narapidana wanita itu segera mundur mendengar ancaman Marilyn.
Marilyn Joseph, wanita berusia 50 tahun. Dia dipenjara oleh pihak kepolisian, karena dituduh mengelapkan uang perusahaan tempat dia bekerja. Pada saat itu, Marilyn bekerja sebagai manajer keuangan sebuah perusahaan terbesar di kota Ohio. Uang yang sama sekali tidak pernah dia nikmati.
Namun dia bisa membela diri, karena semua barang bukti mengarah padanya, sama seperti halnya Zevanya, Marilyn juga dijebak oleh rekan kantornya.
Dan saat ini, Marilyn divonis hukuman kurungan penjara selama 7 tahun.
Dan, sampai detik ini, Marilyn sudah menjalani dua tahun masa tahanan nya.
Marilyn memiliki seorang ibu yang sudah tua, dia bersyukur ada tetangga yang begitu baik membantu menjaga ibunya dirumah. begitu Marilyn menjalani hukumannya.
Semenjak berada di dalam tahanan, Marilyn menempa diri menjadi wanita yang kuat dan berani. Hingga tak seorangpun narapidana yang berani mengusiknya. Termasuk Ely, wanita bertubuh gempal yang sangat ditakuti para penghuni rumah tahanan itu.
******
Setelah selesai makan siang, Zee duduk dilantai penjara yang dingin. Wanita itu bersandar dipinggir ranjangnya, tidak ada yang bisa dia lakukan, selain meratapi nasib dirinya yang malang.
Marilyn melihatnya, kemudian dia ikut duduk disamping Zevanya. Wanita itu meraih tangan Zee dan menggenggamnya dengan kedua tangannya.
"Ceritakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?" Kata Marilyn kemudian.
"Ceritanya panjang, Marilyn. Anda pasti akan bosan mendengarnya." Jawab Zee sedih.
"Aku akan mendengarkan mu, berbagilah denganku, agar kau merasa lega. Percayalah padaku!" Marilyn menunggu kata-kata dari mulut wanita muda itu untuk berbagi dukanya.
"Aku dijebak oleh kekasihku sendiri, namanya Reynald Wilson...." jawab Zee kemudian.
Marilyn mendengar dengan seksama.
"Kenapa dia melakukan itu padamu?" Tanya Marilyn.
"Aku juga tidak mengerti, apa kesalahanku. Kenapa dia tega melakukannya padaku? Padahal tidak ada masalah yang terjadi dalam hubungan kami berdua, dia sangat mencintaiku, memperlakukan aku selayak nya ratu. Aku bahagia bersama nya, hingga aku menyerahkan diriku seutuhnya."
Zee Manarik nafas sejenak, matanya menatap kosong,
"Bagaimana dengan orangtuanya, kau mengenal mereka?' tanya Marilyn
Zee menggeleng.
"Dia tidak pernah memperkenalkan ku pada orang tuanya, hubungan kami cukup singkat, hanya satu bulan. Dia hanya mengajakku ke apartemennya, tapi bagiku tak masalah."
"Apa dia pernah mengunjungimu selama di penjara?" Marilyn tampak penasaran.
Zee menggeleng lemah.
"Aku tidak punya siapa-siapa lagi, Marilyn. Aku seorang yatim piatu, tidak ada yang datang mengunjungi ku,." cairan hangat berenang di pelupuk matanya.
"Aku berpikir Reynald memang sengaja menyingkirkan ku, tapi untuk apa? Kalau memang dia tidak menginginkan ku lagi, seharusnya dia bicara baik-baik, aku akan menerimanya," Air matanya kembali tumpah membasahi pipinya yang tampak semakin tirus.
"Yang aku takutkan adalah jika nanti anak ini lahir, dia tidak punya siapa-siapa, Marilyn. Dia akan sendirian. Sama seperti aku, ibunya." ratap Zevanya sedih.
"Aku berjanji akan merawatnya untukmu, Zee." Marilyn memeluk wanita muda itu erat.
"Terimakasih, Marilyn. Bolehkah aku memanggilmu Ibu?" Pinta Zee.
Marilyn mengangguk.
****
Hari demi hari, dilalui Zee di penjara dengan sabar, dia merasa aman karena ada Marilyn disisinya yang dia panggil dengan sebutan 'mommy'.
Marilyn selalu ada, saat Zee membutuhkan dirinya. Kehamilan Zee, tidak begitu memberatkan dirinya, kata Marilyn, bayi Zee sangat pengertian dan tidak merepotkan ibunya.
Hingga sembilan bulan usia kehamilannya.
Malam itu, saat semua penghuni Rumah Tahanan baru saja terlelap dalam mimpi mereka, Hujan turun dengan derasnya. Zee merasakan sakit yang luar biasa di perutnya.
"Mommy...mommy Marilyn! Ah... Perutku sakit," Teriak nya lirih.
Marilyn yang mendengar rintihan Zee, segera bangun dari tempat tidurnya. Tubuh kurus Zee tampak semakin pucat, keringat dingin membasahi tubuhnya.
"Kau akan melahirkan Zee, bertahanlah! Aku akan memanggil Sipir untuk membawamu kerumah sakit." Marilyn mencoba untuk tidak panik. Kemudian dia memanggil sipir bernama Maggie yang berjaga diluar sel.
Mendengar suara gaduh dan teriakkan kesakitan Zee, membuat seluruh penghuni sel itu terbangun.
Salah satu dari penghuni sel yang bernama Deborah, mendekati Zee dan membantu mengusap punggung wanita itu perlahan lahan.
"Tarik nafas! Dan keluarkan dengan perlahan!" Debora memberi aba-aba.
"Ini, sangat sakit, Debora."rintih Zevanya.
"Bertahan lah! Sebentar lagi ada perawat yang akan menjemputmu," Debora kembali memandu Zee untuk menarik nafas.
"Sekali lagi, Tarik nafasmu! Ya... Lepaskan! terus..." Zee mengikuti aba aba dari Debora, hingga Marilyn datang bersama dua orang perawat. Membawa sebuah brangkar.
Belum sempat mereka mengangkat tubuh Zee, ke atas brangkar, terdengar suara tangisan bayi memecah keheningan malam.
" Oeek....!"
" Oeek....!”
Seorang bayi laki-laki tampan, berkulit putih bersih, hidung mancung dan berambut pirang, telah lahir di penjara itu dengan selamat.
Tubuh bayi yang masih merah itu, segera dibersihkan oleh salah seorang perawat, dan perawat yang lain menangani Zee yang tampak lemah, dan mengeluarkan banyak darah. Wanita muda itu sepertinya pingsan.
Beberapa saat kemudian, Marilyn dan yang lainnya membantu mengangkat tubuh Zee yang lemah untuk naik keatas Brangkar dan membawanya keluar dari sel tahanan blok A nomor 10. Menuju rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut. Setelah brangkar itu didorong keluar, suasana dalam sel itu kembali hening. Masing-masing narapidana kembali ke peraduan mereka dengan perasaan yang sulit untuk dijabarkan.
Marilyn ikut keluar dari sel sambil menggendong bayi Zee dalam dekapannya.
"Anak yang tampan, kau tidak mirip dengan Zee, kau pasti mirip dengan Daddy mu,"Kata Marilyn sambil tersenyum, memandang wajah mungil yang lelap dalam pangkuannya.
Bersambung.
.
Pingin nangis/Sob//Sob/