Alana gadis malang yang di buang oleh keluarganya karena dianggap pembawa sial. Dia sudah terbiasa hidup sebatang kara tanpa bantuan siapapun. Berbagai pekerjaan telah dia geluti tapi itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hingga akhirnya dia menyerah dan ingin hidup dengan nyaman tanpa harus bekerja keras. Sahabat Alana menawarkan sebuah pekerjaan tidak masuk akal kepada Alana, yaitu melayani seorang pria yang suka sekali bermain wanita.
"Baiklah aku terima tawaran itu, tapi dengan satu syarat. " Alana.
Kenzo, adalah seorang pemain wanita yang sudah terkenal di dunia malam. Parasnya yang rupawan, membuatnya di gilai banyak wanita. Namun Kenzo bukan pria sembarangan dalam memilih wanita.
"Carikan aku seorang gadis untuk melayani ku. " Kenzo.
Apa syarat yang diajukan Alana untuk menerima pekerjaan dari sahabatnya itu?
Apakah Takdir akan membuat mereka bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Apakah Sudah Jatuh Cinta
"Baiklah, aku ke kantor dulu. Ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan. Ingat persiapkan dirimu untuk malam pertama kita. Aku sudah meminta beberapa orang salon kemari untuk melakukan perawatan kepadamu. Kau harus terlihat cantik dan wangi alam ini." kata Kenzo.
"Ayo, aku akan memperkenalkanmu kepada para penghuni rumah ini. "
Tanpa canggung Kenzo merangkul bahu Alana dan membawanya ke ruang makan. Disana ada lima orang wanita yang sudah selesai menata makanan di atas meja. Alana hanya menurut dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengelak semua yang terjadi.
"Kalian semua, kenalkan dia adalah Alana istriku. Mulai sekarang selain menghormati ku, kalian juga harus menghormati Alana sebagai nyonya di rumah ini." Kenzo memperkenalkan Alana kepada semua pelayan di rumahnya yang kebanyakan adalah wanita paruh baya.
Alana sendiri sangat terkejut saat Kenzo mengenalkan dirinya sebagai istri dan nyonya di rumah itu. Benar-benar diluar ekspektasi Alana. Apalagi mereka hanya menikah kontrak, dan suatu hari nanti dia akan meninggalkan rumah ini.
"Apa-apaan dia. " batin Alana bergumam.
Kenzo mengenalkan satu persatu nama pelayan di rumah itu dan juga tugas mereka. Yang biasa mereka kerjakan. Alana pun cepat mengerti dan menghafal nama mereka.
"Nanti ada orang-orang salon yang akan datang untuk melakukan perawatan. Bibi Yuna, kau sebagai kepala pelayan, aku minta kepadamu untuk mendampingi Alana. Lakukan yang terbaik untuknya, Aku ingin saat aku pulang nanti dia sudah dalam keadaan sempurna. " ujarnya kepada jelas pelayan.
"Baik Tuan, saya mengerti. "
Kenzo dan Alana memulai sarapan mereka yang kesiangan. Rasa canggung di rasakan Alana karena di samping mereka ada dua orang pelayan yang berdiri dan melihat mereka makan. Dengan memberanikan diri Alana menyenggol lengan Kenzo karena benar-benar tidak merasa nyaman.
"Ada apa? ” Kenzo yang sedang makan pun langsung menoleh ke arah Alana, mungkin saja wanita itu membutuhkan sesuatu.
" Kau bisa menyuruh mereka pergi, aku merasa tidak nyaman saat makan di perhatikan seperti itu. " ucap Alana pada akhirnya.
Kenzo tersenyum dan mengerti maksud Alana. Dia hanya cukup mengibaskan tangannya untuk menyuruh pelayannya pergi dari sana. Dan benar saja mereka langsung pergi.
"Sudah, sekarang makanlah yang kamu suka. " kata Kenzo dan mulai melanjutkan makannya
Alana mengangguk dan mengucapkan Terima kasih kepada Kenzo dan mulai memakan makanannya dengan lahap.
Beberapa saat kemudian Kenzo sudah menyelesaikan makanannya terlebih dulu. Dia menunggu Alana menghabiskan makanannya karena tidak ingin membiarkan dia makan sendirian dan merasa canggung sendirian.
"Apa kau sudah selesai?" tanyanya saat melihat makanan di piring Alana sudah habis.
"Sudah, "
"Apa kau mau nambah lagi kalau belum kenyang. "
"Tidak, sudah cukup. Aku sangat kenyang sekarang. "
"Ya sudah kalau begitu aku pergi kerja dulu. Ingat, persiapkan dirimu untuk malam ini. "
Alana hanya menghela nafasnya kasar mendengar ucapan Kenzo yang diucapkan berulang-ulang. Hingga membuatnya hafal di luar kepala.
Kenzo berjalan keluar rumah diikuti Alana di sampingnya dan bibi Yuna yang bertugas menjaga Alana selama Kenzo berkerja. Sampai di samping mobilnya sebelum masuk, Kenzo menarik kembali pinggang Alana hingga menempel di tubuhnya. Melihat adegan itu baik Rey dan Bibi Yuna langsung membalikkan badan mereka karena tidak ingin melihat adegan yang lebih dari ini.
Ditatapnya wajah cantik di depannya itu dengan seksama. Benar-benar cantik Alami tanpa polesan. Dia tidak bisa membayangkan jika wajah itu nanti dipoles sedikit make up natural dan bibir itu.
"Sial, "
Kenzo benar-benar tidak bisa menahan diri untuk melawan bibir merah muda yang masih alami. Seolah bibir itu memanggilnya untuk segera di lahap hingga habis. Namun–
"Cup, " hanya sebuah kecupan yang diberikan Kenzo kepada Alana.
"Untuk sekarang seperti ini dulu, lain kali aku akan mengajarimu cara berciuman dengan baik dan benar hingga kamu bisa mendapatkan sertifikat profesional dariku. " bisik Kenzo di telinga Alana.
Alana hanya terdiam dan mematung. Dia memang harus siap mendapat berbagai kejutan dari pria itu yang suka seenaknya.
Setelah mengatakan kalimat itu, Kenzo segera masuk ke dalam mobil diikuti Rey yang sepertinya tau kalau adegan mereka sudah selesai . Rey segera menancapkan gasnya menuju perusahaan . Sedangkan Alana Dia mematung kepergian mobil yang ditumpangi oleh Kenzo semakin menjauh.
"Mari kita masuk nona. " Ajak bibi Yuna.
Alana pun menurut dan ikut masuk ke dalam rumah mewah dengan dua lantai itu. Dan langsung duduk di kursi ruang tengah dengan hembusan nafas besar.
"Apa ada yang anda inginkan, nona? " tangan Bibi Yuna.
"Tidak ada bukti, nanti kalau aku ingin sesuatu aku akan mengambilnya sendiri di belakang. "
"Jangan nona, nanti Tuan Ken akan marah kepada kami kalau istrinya sampai turu ke dapur. " ujar bibi Yuna.
"Lalu sekarang aku harus apa? " tanyanya kemudian.
"Sebaiknya Anda duduk dengan tenang dan menunggu orang-orang salon yang sudah disuruh kemari oleh Tuan Kenzo . Kami akan menyiapkan makanan dan minuman untuk anda sebagai cemilan," ujar bibi Yuna.
Alana hanya mengangguk tidak berkata apa-apa lagi . Dia pun segera memutar televisi layar lebar yang ada di depannya . Memang sangat membosankan Jika seperti ini dan tidak berbuat apa-apa.
Hampir satu jam menunggu akhirnya beberapa orang dari salon datang untuk melakukan tugas mereka. Merombak habis penampilan Alana dari wanita biasa menjadi nyonya Kenzo.
Di tempat kerjanya Kenzo mengerjakan semua pekerjaannya dengan pikiran yang tidak fokus. Dia tersenyum sendiri seperti orang gila, hingga pekerjaan yang biasa dia kerjakan selama satu jam saja bahkan tidak dapat dis selesaikan sampai waktunya pulang kantor.
"Tuan saya dagang mengambil berkas yang sudah anda tanda tangani. " Rey masuk ke dalam ruangan Kenzo tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.
"Oh, Rey. Maaf aku belum selesai memeriksanya. " kata Kenzo tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Rey mengernyitkan keningnya mendengar ucapan Kenzo. Karena baru kali ini Kenzo bersikap tidak profesional seperti ini. Apa yang terjadi.
"Tuan, anda baik-baik saja kan? " tanya Rey curiga.
Kenzo menatap Rey penuh tanya, memangnya apa yang terjadi padanya. Dia baik-baik saja dan sangat baik.
"Apa maksudmu Rey, " tanyanya balik.
"Tidak biasanya anda bersikap seperti ini, Tuan. Ini sudah jam pulang kantor, tapi anda bahkan belum memeriksa satu berkas yang saya berikan tadi sebelum makan siang. " Rey mengatakan alasannya.
"Oh, itu. Ini karena aku sejak tadi memikirkan Alana, Rey. " ucap Kenzo dengan senyumannya.
"Ooh, Alana. memangnya kenapa dengan Alana Tuan? "
"Kau tau dia sangat polos, bahkan dia tidak bisa membalas ciumanku. " ucap Kenzo tanpa sadar.
"Lalu? "
"Aku mengatakan kalau akan mengajarinya sampai mahir dan bersertifikat. Benar-benar bodoh. " ucap Kenzo lagi dengan tawa lantangnya.
Baru kali ini Rey bisa melihat raut berbeda dalam diri Kenzo saat menceritakan seorang wanita.
"Apa karena itu anda sampai tidak fokus bekerja? " tanya Rey yang langsung membuat Kenzo langsung terdiam.
"Entahlah, ini sangat lucu dan hal baru bagiku. "
"Apakah anda sudah jatuh cinta pada Alana Tuan? "