Menjadi seorang indigo, bukanlah hal yang di inginkan oleh gadis cantik bernama Lilis Yuliani karena setiap hari ia harus bersinggungan dengan hal yang gaib dan ia tidak bisa menolaknya.
Sosok-sosok itu selalu mengikuti untuk meminta pertolongan ataupun hanya sekedar mengganggu pada Lilis sampai suatu hari ketika ia sedang berjualan bakso bertemu dengan arwah pria tampan namun menyebalkan.
Siapakah arwah itu?????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamzah Yang Malang
Hari itu cuaca tampak terik sekali membuat Lilis tak henti-hentinya mengelap keringat dengan handuk yang tersampir di lehernya.
Namun ia tidak lelah mendorong gerobaknya karena ada Bara yang membantu di sampingnya.
"Bara, loe gak cape?" tanya Lilis.
Bara menggelengkan kepalanya.
"Saya tidak cape dan tidak merasakan panas sedikitpun, Lis" jawab Bara.
Lilis berhenti di depan indoapril ngin membeli minuman dingin namun indoapril menyuruh Lilis membawa gerobaknya ke halaman mini market itu.
"Serius boleh mangkal di sini?" tanya Lilis.
"Boleh Mbak, pegawai indoapril suka makan bakso juga" balas pegawai mini market itu
Dan benar saja, pegawainya yang telah ganti ship berbondong-bondong mendatangi gerobak Lilis.
"Bakso 10 mangkok, antar kedalam ya Mbak" ucap salah satu pegawai indoapril itu.
"Siap Mas, tunggu sebentar ya nanti saya antarkan ke dalam" balas Lilis.
Pegawai indoapril itu pun masuk kembali ke dalam dan menunggu Lilis mengantarkan baksonya.
Tak lama semua bakso-bakso yang dipesan oleh pegawai indoapril itu sudah siap, Lilis pun langsung mengantarkan ke dalam.
"Lis kamu capek banget ya?" tanya Bara.
"Capek sih tapi senang juga banyak yang beli" balas Lilis.
Lilis pun duduk di samping Bara menunggu pembeli yang lain namun netra Bara melihat bahwa ada anak kecil meminta-minta pertolongan kepada orang-orang yang lewat namun tak dihiraukan.
"Lis lihat anak itu" tunjuk Bara.
Lilis melihat anak itu namun Lilis tidak melihat wajahnya karena anak itu berdiri di seberang jalan dan membelakangi dirinya.
"Iya kasihan banget anak itu" balas Lilis.
"Tapi kenapa orang-orang kaya nggak peduli gitu ya?" ucap Bara dengan heran.
Lilis pun hanya menggelengkan kepalanya namun tiba-tiba anak kecil itu sudah ada di depan mereka. Lilis dan Bara heran karena wajah anak kecil itu seperti orang yang babak belur.
"Kak tolong aku" ucap anak kecil itu berharap Lilis dan Bara mau membantunya.
"Adek kamu kenapa?" tanya Lilis.
Seketika anak kecil itu langsung merasa bahagia karena Lilis bisa melihat dirinya.
"Kakak bisa melihat aku?" tanya anak kecil itu.
"Yah memangnya kena? Mana orang tuamu?" tanya Lilis.
Anak Itu menggeleng, dia menangis namun tangisannya bukan air mata melainkan darah.
Kini Lilis yakin jika bocah itu bukan manusia.
"Kamu hantu?" tanya Lilis.
Bocah itu hanya mengangguk sedih.
"Tolong Hamzah, Kak! Hanya kakak yang bisa menolongku" ucap anak itu.
"Ceritakan sama Kakak kamu kenapa?" tanya Lilis memandang iba kepada hantu anak kecil itu.
"Aku anak penghuni panti asuhan di sana Kak! Aku sudah meninggal tetapi jasadku belum dikuburkan. Aku disiksa dan dilecehkan oleh pemimpin panti asuhan..hikhikhik" ungkap anak itu.
"Maksudnya di lecehkan bagaimana, Dek?" tanya Bara.
Tiba-tiba anak itu memelorotkan celananya membuat Lilis dan Bara saling pandang.
"Kamu mau apa, Dek?" tanya Bara.
Anak itu tiba-tiba menungging dan memperlihatkan lubang anusnya yang koyak serta lebar seperti terowongan.
"Astagfirullah, Ya Allah" Lilis seketika menangis melihat hal yang mengerikan itu.
Hatinya teriris sakit.
"Biadab!! Ini tidak bisa di biarkan. Lis, kita harus menolong dia, Lis kasihan" ucap Bara.
"Tapi gimana caranya, Bara?" tanya Lilis.
"Kita pasti bisa, Lis. Demi anak-anak itu. Mereka layak mendapatkan keadilan" balas Bara.
"Bagaimana bisa kamu di perlakukan seperti itu, Dek? Kakak tidak bisa membayangkan bagaimana menderitanya kamu sewaktu masih hidup" ucap Lilis sembari terisak.
"Ustadz Galih dan Pak Abdi yang melakukan ini, Kak! Teman-temanku juga banyak yang sudah jadi korban dan adek bayi berumur 2 tahun juga sudah di sod*mi sampai meninggal dan jasadnya di simpan di lemari pendingin bersama jasadku" ucap anak itu sedih.
"Keparat mereka! Saya baru tahu ada manusia jahanam seperti itu" ucap Bara dengan emosi.
"Sabar Bara sabar" balas Lilis.
Tak lama pegawai indoapril datang membawa setumpuk mangkok kosong.
"Jadi berapa Mbak?" tanya pegawai indoapril itu.
"150 rb Mas!" jawab Lilis.
Pria itu segera membayarnya dan langsung kembali kedalam mini market itu.
"Tolong Hamzah, Kak" anak itu merengek lagi.
"Iya sayang, Insyaallah Kakak akan menolong kamu" balas Lilis.
"Bara kita mulai dari mana?" tanya Lilis.
"Begini saja, kita mulai dari sekarang. Aku dan anak ini akan pergi ke panti asuhannya sementara kamu lanjutkan saja berjualan" jawab Bara.
"Good boy, loe Bara" ucap Lilis senang.
Kini Bara dan Hamzah pergi ke panti asuhan tempat Hamzah meregang nyawa sementara Lilis melanjutkan lagi berjualan.
"Kak, Kakak hantu juga?" tanya Hamzah.
"Bukan! Kakak Arwah makannya masih berat tidak bisa melayang namun tidak berwujud. Kakak koma makannya arwah Kakak berkeliaran" jawab Bara.
"Oh begitu! Kakak cantik tadi baik ya, mau menolong Hamzah apalagi dia bisa lihat makhluk halus" ucap Hamzah teringat pada Lilis.
"Namanya Lilis, dia memang orangnya baik" balas Bara.
Mereka berdua berjalan menapaki jalanan aspal untuk menuju panti asuhan durjana itu.
"Masih jauh?" tanya Bara.
"Itu Kak bangunannya" jawab Hamzah menunjuk sebuah bangunan lantai dua yang masih baru bercat hijau muda.
"Loh bukannya ini bangunan tempat Mami bersedekah? Ya ini bener, aku pernah mengantar Mami kesini" ucap Bara dalam hatinya.
Bara tidak habis pikir dengan tempat yang seharusnya menjadi tempat berlindung bagi anak-anak yatim piatu malah menjadi neraka bagi mereka.
Keduanya lalu masuk kedalam panti asuhan yang bertuliskan "YAYASAN DAN PANTI ASUHAN AL'FAUZAN"
Bara dan Hamzah melihat seseorang yang baru keluar dari ruang kantor sembari membetulkan celananya.
"Dia itu ustadz Galih" tunjuk Hamzah.
"Brengsek! Gelar Ustadz pantasnya di sandang oleh orang yang alim dan berilmu agama tinggi, bukan di sandang oleh pria brengsek sepertimu" geram Bara.
Tak lama keluarlah seorang anak laki-laki berjalan mengangkang sembari memegangi belakangnya dan menangis.
"Itu Kak Hilmi" ucap Hamzah.
"Apa dia melakukan itu lagi?" tanya Bara.
"Iya Kak! Ustadz Galih selalu melecehkan kami di ruang kantor nya agar tidak ketahuan. Tidak sampai di situ saja, Pak Abdi tukang bersih-bersih panti juga suka melakukan pelecehan" ungkap Hamzah.
Bara geram, ia lalu berjalan ke arah dimana Galih saat ini hendak masuk kedalam masjid.
Brak!!!
Bara tendang bok*ng ustadz cabul itu dengan sangat keras hingga tersungkur dan menabrak tembok.
"Arghhhhhhhhhh" dia memekik kesakitan.
Tak cukup disana saja, Bara langsung menginjak kedua kaki dan burung milik Galih hingga pria itu tak sadarkan diri.
"Kakak" Hamzah berlari menghampiri Bara.
"Kak dia pingsan?" tanya Hamzah.
"Iya" jawab Bara dengan nada dingin.
"Kak, Hamzah mohon segera ungkap kejahatan mereka. Kasihan teman-teman harus menjadi korban kebrutalan ustadz galih dan Pak Abdi" pinta Hamzah.
"Kamu tenang saja ya, Kakak dan Kak Lilis akan membantu sebisanya" balas Bara
Bara pun lalu mengajak Hamzah kembali menemui Lilis di depan indoapril.
semangat k