Novel ini terinspirasi dari novel lain, namun di kemas dalam versi berbeda. Bocil di larang ikut nimbrung, bijaklah dalam memilih bacaan, dan semua percakapan di pilih untuk kata yang tidak baku
-Entah dorongan dari mana, Dinar berani menempelkan bibirnya pada mertuanya, Dinar mencoba mencium, berharap Mertuanya membalas. Namun, Mertuanya malah menarik diri.
"Kali ini aja, bantu Dinar, Pak."
"Tapi kamu tau kan apa konsekuensinya?"
"Ya, Saya tau." Sahutnya asal, otaknya tidak dapat berfikir jernih.
"Dan itu artinya kamu nggak boleh berenti lepas apa yang udah kamu mulai," kata Pak Arga dengan tegas.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon An, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Bonus Update bab nya sedikit panjang, karena satu hari udah gak Update.
💫💫💫
Dinar langsung pergi menuju lokasi yang Catrine kirimkan. Dia pergi menggunakan taksi malam-malam menuju ke tempat di mana ada Arin.
Sepanjang jalan Dinar benar-benar cemas, adik iparnya sungguh membuatnya pusing. Kenapa juga pakai acara kenalan lewat sosial media. Bagaimana jika orang itu jahat? Berniat buruk kepadanya? Hatinya benar-benar gelisah.
Setelah taxi sampai di lokasi, Dinar langsung turun dan meneguk saliva melihat tempat yang Arin kunjungi. Ini bisa dikatakan karaoke semi-semi seperti club malam. Benar-benar glamor sekali. Dia saja baru tau, ada tempat seperti ini di tempat tinggalnya.
Dinar menggelengkan kepala, dan langsung menerobos masuk. Dia menghadap resepsionis dan menunjukan foto Arin.
"Mbak, apa ada pelanggan yang masuk kayak yang di foto ini?"
Tampaknya, Mbak-Mbak resepsionis, terlihat enggan untuk memberitahu, bisa juga dengan aturan kode etik tempat mereka untuk menjaga privasi.
"Maaf Kak, kami gak bisa ngenali ciri-ciri yang Kakak kasih. Apa ada spesifikasi untuk pengenalan orang itu?"
"Mbak! Tolong lah bantu saya. Lokasi tempat dia ada di sini. Dia di bawa paksa sama orang, jika sampai kejadian yang enggak-enggak, Mbak ini mau tanggung jawab sama adik ipar saya!" Bentaknya.
Suaranya sedikit memancing pusat perhatian. Dia sengaja melakukannya, kata orang ini adalah strategi awal.
"Mbak yang benar aja membenarkan penculikan! Adik saya kayak mabuk! Saya udah nelpon dia tadi. Jika benar kejadian sesuatu yang enggak-enggak sama adik ipar saya, Mbak mau saya tuntut? Tempat ini juga?!!! Yang benar aja ya!"
"Apa apa ni ribut-ribut!"
Seorang pria datang dengan pakaian jas, menghampiri. Dinar, menatapnya dengan nyalang, karena tau pasti lelaki itu berpengaruh di tempat ini.
"Saya mencari adik ipar saya! Dia dalam bahaya, ada orang kayak berusaha maksa adik saya, untuk ngelakuin hal buruk! Dan mbak-mbak ini gak mau ngebantu saya sama sekali. Saya pastikan bakal tuntut tempat ini, kalau kalian menutupi, atau mempersulit saya mencari adik saya!!" Jawabnya nyalang, suaranya makin sedikit meninggi.
Pria itu, menatap Mbak-Mbak resepsionis, dan meminta dia membuka daftar tamu.
"Sela, nomor berapa tamu yang dia cari? Kasi tau!"
"Tapi, Pak, ini melarang job kantor."
"Saya yang punya tempat ini! Cepat!"
"Baik, Pak, nomor 8, Pak. Atas nama Dicky Prayoga. Tadi kayaknya saya ngelihat perempuan yang di foto itu, sama tamu atas nama Dicky Prayoga."
"Dicky?"
"Di selingkuhi Mbak. Sekarang kalau gak salah, namanya Dicky-Dicky gitu sih." Ujaran Catrine sebelumnya, membuat Dinar yakin, Arin bersama dengannya di room nomor 8!
"Iyaa! Laki-laki itu namanya Dicky! Adik saya dibawa sama laki-laki itu, Mas! Tolong adik saya!"
Dinar langsung masuk saja mencari ruang room nomor 8. Pria yang mengaku pemilik tempat itu juga mengekorinya, mungkin merasa takut, jika Dinar akan benar-benar melaporkannya dan menuntut tempat itu.
Setelah menemukan, Room nomor 8 itu terkunci. Dinar berusaha membuka namun tidak bisa, Pria tadi pun juga berusaha membukanya.
"Bawa kunci room 8 cadangan!" Teriaknya.
Dinar sedikit tertegun, laki-laki itu sangat gesit menangkap situasi. Setelah kunci datang, laki-laki itu membukanya. Mereka masuk, dan Dinar terkejut melihat Arin yang berusaha melawan dengan lemas di bawah kukungan pria jangkung.
"ARINNN!"
Pria yang ada dibelakangnya, menarik Dicky, dan menyingkirkannya dari Arin. Dia menghajar pria itu, karena bertindak kurang ajar kepada adik ipar Dinar, sementara Dinar memeluk Arin.
"Arin sadar! Sadar dek, ini Mbak Dinar!"
Sepertinya perempuan itu semakin di bawah pengaruh alkohol, bahkan meski hampir di lecehkan, namun dia masih belum sadar.
"Brengsek lo, siapa lo ganggu gue!"
Bug!
Terdengar ketika lelaki yang bernama Dicky itu sedang di pukuli babak belur dan di seret keluar.
"Arin, bangun... bangun dek!!"
Dinar menyiram wajah Arin dengan air mineral, untungnya dengan segala usaha menyiramkan air mineral itu, Arin perlahan mulai tersadar.
"Mbak! Mbak Dinar ada di sini? Kepalaku pusing." Dinar menggoncang tubuhnya supaya sadarkan diri.
"Syukurlah dek, kau sudah sadar!" Napasnya hampir pendek karena ulah adik iparnya, Dinar meneguk air mineral lainnya, karena merasa haus. Lalu membawa Arin untuk segera pulang.
"Ayo pulang!"
Sampai di luar room, Dinar berpapasan dengan pria yang menolong mereka. Dinar tersenyum, "Terimakasih buat bantuannya." Ucapnya sopan.
"Sama-sama. Saya yang minta maaf untuk ketidak nyamanan tamu."
"Saya yang berterimakasih untuk bantuannya, Mas. Kalau gitu kami pamit pulang."
Dinar sempat melirik name tag, bernamakan Yusuf darmawan sebelum benar-benar meninggalkan tempat tersebut.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sampai rumah, Dinar mengantar Arin ke kamarnya. Setelah itu, dia di panggil Pak Arga, karena dia tau, Arin mabuk, ketika mereka kembali.
Dinar mendatangi pria itu, menundukan kepala. Sementara Pak Arga, tampak sepertinya sedang marah.
"Apa yang bisa kamu jelaskan sama Bapak? Mengenai Arin?" Tanyanya serius.
Bibirnya kelu, rasanya susah sekali untuk berucap. "Maaf Pak. Benar-benar ini semua di luar pengawasan Dinar, Pak."
"Memang! Seenggaknya kamu harus berusaha ngejaga Arin. Meski dia nggak sedarah sama kamu, tapi kamu tau, dia udah jadi bagian keluarga kamu, Dinar!"
"Dinar salah, Dinar gak jaga Arin dengan benar. Sampai kecolongan kayak gini, Pak."
"Gimana nanti Vano sampai dengar? Arin hampir aja di lecehin laki-laki asing? Dia itu sangat sayang sama adiknya, sangat, Dinar."
Sepanjang Bapak mertuanya memarahinya, dia merasa tidak nyaman. Bukan karena ucapan Pak Arga merasa berisik di gendang telinganya.
Tubuhnya merasa aneh. Dia yakin, beberapa menit sebelumnya masih dia rasakan suhu tubuh dingin merasuki kepulangannya. Namun, kini berubah panas ketika mertuanya memarahinya.
Bahkan, Dinar terus berpikiran kotor, hanya dengan melihat bibir Bapak mertuanya yang bergerak terus memarahinya sampai sekarang. Dia merasa gerah, terus menahan bulir keringat yang mungkin turun.
Dinar menahannya, tapi, semakin sulit rasanya. Panas yang semakin ekstrim di rasakannya.
Pak Arga melihatnya menggeliat, berhenti berbicara. Dia mendekati Dinar dan menatap memicing.
"Dinar, kamu kenapa?"
Dinar menatap Pak Arga dengan keringat yang sudah memenuhi dahi dan lehernya. "Dinar, ngerasa bingung, Pak. Badan Dinar terasa panas sama gerah."
"Panas? Gerah?" Pak Arga sedikit bingung, karena cuaca sekitar dingin, bahkan tampak rintik² hujan akan sudah mulai turun.
"Nggak tau, tiba-tiba ngerasa panas sama gerah kali, Pak. Panasnya makin meningkat ini."
Pak Arga terdiam. "Kamu minum apa tadi?"
"Mi-minum? Nggak, Dinar gak minum apapun, kecuali-"
"Kecuali apa?"
"Tadi, di sana pas ngejemput Arin, karna haus, Dinar minum air mineral aja Pak."
"Air mineral?" Pak Arga menatap serius.
"Dinar, apa kamu tau? Gejalamu ini kayak gejala orang yang minum obat perangsang!"
Dinar terkejut, "Ob-obat perangsang? Tapi, Dinar- ngerasa airnya biasa aja kok, Pak. Ah, tubuh aku sangat panas kali, ahhh... Ini apa ada penawarnya, Pak?" Paniknya tanpa sadar suaranya memancing desahan kecil. Dia benar-benar tersiksa sekali.
"Ada. Tapi nggak akan mungkin bisa."
"Apa Pak?! Bilang. Dinar benar-benar tersiksa sama semua ini Pak! Bilang cepat, Pak." Rengeknya.
"Berhubungan badan!"
Diantara panas dan gerah hawa tubuhnya yang semakin tidak terkendali, tapi dinar masih bisa merasakan keterkejutan-nya sendiri.
"Cuman itu satu-satu cara biar kamu bebas."
...BERSAMBUNG,...
Pembaca yang bijak pasti meninggalkan jejak!
Happy Reading 😋😋😋