NovelToon NovelToon
Menaklukan Hati Ceo

Menaklukan Hati Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: tanier alfaruq

seorang CEO cantik, seksi, dan galak, yang terjebak dalam dinamika dunia kerja dan cinta. Dia harus menghadapi tantangan dari mantan suaminya, mantan pacar Tanier, dan berbagai karakter wanita seksi lainnya yang muncul dalam hidupnya. Tanier, karyawan Lieka yang tampan, sabar, dan kocak, berjuang untuk memenangkan hati Lieka dan membantu perusahaan mereka bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanier alfaruq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19: Kembalinya Sugi

Lieka dan Tanier masih terjebak dalam perasaan penuh harapan setelah pertemuan yang penuh tantangan dengan Sundari. Namun, keheningan sejenak ini segera terpecahkan oleh kenyataan baru yang mengguncang dunia Lieka.

Beberapa hari setelah pertemuan tersebut, Lieka sedang berada di ruang kerjanya, mempersiapkan presentasi untuk pemindahan kantor yang akan datang. Tiba-tiba, dia menerima pesan dari asisten pribadi yang menyatakan bahwa Sugi, mantan suaminya, ingin bertemu. Seketika, hati Lieka berdebar.

Dia menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Kenapa sekarang?" batinnya. Setelah perceraiannya, Sugi pergi tanpa kabar dan dia tidak pernah mengira dia akan kembali.

Lieka memutuskan untuk bertemu dengan Sugi di sebuah restoran yang tenang, tempat mereka biasa menghabiskan waktu bersama sebelum pernikahan mereka berantakan. Saat dia masuk ke dalam restoran, rasa cemas dan nostalgia menyelimuti pikirannya.

Begitu dia melihat Sugi duduk di sudut dengan penampilan yang lebih dewasa dan berwibawa, perasaannya campur aduk. Ada rasa marah, kesedihan, dan sedikit harapan yang tidak dapat dia sembunyikan.

“Sugi,” sapanya, berusaha menyembunyikan emosinya di balik senyuman datar.

“Saya senang melihatmu, Lieka,” jawab Sugi dengan suara tenang. “Terima kasih telah datang.”

Mereka saling duduk, dan hening sejenak di antara mereka. Lieka tidak tahu harus mulai dari mana. Sugi terlihat lebih matang, tetapi di balik tatapan matanya, ada sesuatu yang tidak bisa dia pahami.

“Aku tahu ini mungkin terasa aneh setelah semua yang terjadi,” Sugi memulai, “tetapi aku ingin meminta maaf.”

Lieka terkejut. “Meminta maaf? Kenapa kamu kembali setelah semua ini? Kenapa tidak dari dulu?”

Sugi menghela napas, tampak berat. “Setelah pergi, aku menyadari banyak hal. Aku tidak bisa melanjutkan hidupku tanpa menyelesaikan masa lalu kita. Aku juga merasa sangat menyesal atas keputusan yang kuambil.”

“Menyesal?” Lieka tidak bisa menahan tawa pahit. “Selama ini aku berjuang sendiri untuk membangun kembali hidupku setelah kamu pergi. Kamu tidak tahu betapa sulitnya.”

“Saya tahu,” jawab Sugi dengan serius. “Itulah sebabnya saya di sini. Aku ingin berusaha memperbaiki semuanya, jika kamu memberi kesempatan.”

Lieka menggelengkan kepala. “Perbaiki? Sugi, kamu sudah membuat keputusanmu. Aku sudah bergerak maju. Sekarang aku punya Tanier, dan aku tidak mau terjebak dalam drama masa lalu ini.”

“Tanier?” tanya Sugi, seolah terkejut. “Siapa dia?”

“Dia karyawan di perusahaanku. Dia adalah teman dan dukungan terbesarku saat ini,” jawab Lieka, merasakan bangga saat menyebutkan nama Tanier.

Sugi mengangguk, tetapi raut wajahnya menunjukkan rasa cemburu yang tidak dapat dia sembunyikan. “Jadi, kau sudah benar-benar melupakan aku?”

“Tidak semudah itu,” jawab Lieka dengan jujur. “Aku tidak pernah bisa melupakan apa yang kita miliki. Tapi, aku tidak bisa kembali ke masa lalu. Aku ingin membangun hidup baru.”

Sugi menundukkan kepala, seolah terjebak dalam pikirannya sendiri. “Aku mengerti. Tapi aku ingin berusaha. Aku ingin mendukungmu, bukan sebagai mantan suami, tetapi sebagai teman.”

“Teman?” Lieka mencibir. “Kamu pergi begitu saja, dan sekarang kamu ingin menjadi teman? Itu tidak semudah itu, Sugi.”

“Saya tahu, dan saya tidak berharap kau bisa mempercayaiku dengan mudah. Tapi izinkan aku menunjukkan bahwa aku telah berubah,” jawab Sugi dengan penuh harapan.

Lieka merasa terombang-ambing oleh kata-kata Sugi. Dia ingin mempercayainya, tetapi kenangan pahit yang masih membekas membuatnya sulit untuk mengabaikan masa lalu.

“Kalau kamu benar-benar ingin membantu, buktikan saja. Aku tidak ingin terlibat lebih dalam denganmu. Jangan mengganggu hidupku lagi,” tegas Lieka.

Sugi menatapnya dengan tatapan penuh pengertian. “Baiklah. Aku akan memberi jarak. Tetapi aku ingin kau tahu, aku ada di sini jika kau butuhku.”

Dengan itu, Lieka berdiri dan berjalan keluar restoran. Hatinya berdebar, campur aduk antara rasa kesedihan dan lega. Dia merasa telah melangkah maju, tetapi Sugi datang seperti bayang-bayang yang tidak bisa dia hapus.

Ketika dia kembali ke kantor, Tanier sudah menunggunya dengan cemas. “Kau baik-baik saja? Aku melihat wajahmu ketika keluar dari restoran.”

Lieka menghela napas. “Sugi kembali. Dia ingin meminta maaf dan menjalin hubungan baik lagi.”

“Dia tidak akan mengganggu kita, kan?” tanya Tanier dengan tegas.

“Tidak. Aku sudah memberitahunya bahwa aku ingin hidupku sendiri tanpa gangguannya,” jawab Lieka.

Tanier mengangguk, tetapi kerutan di dahi menunjukkan bahwa dia masih khawatir. “Jika dia mengganggumu, jangan ragu untuk memberi tahu aku. Aku akan melakukan apapun untuk melindungimu.”

Lieka merasakan hatinya hangat mendengar perkataan Tanier. Dia menyadari betapa berartinya Tanier dalam hidupnya. “Terima kasih, Tan. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu.”

Setelah pertemuan penuh emosi dengan Sugi, Lieka merasakan ketegangan yang menempel dalam dirinya. Dia ingin melupakan semua tentang masa lalu dan fokus pada apa yang telah dia bangun bersama Tanier. Namun, kembalinya Sugi memicu keraguan dalam benaknya.

Di malam hari, Lieka duduk di meja kerjanya, mengerjakan laporan untuk proyek baru. Meski fokus pada pekerjaannya, pikirannya terus kembali ke pertemuannya dengan Sugi. Tanpa sadar, dia memegang teleponnya dan Membuka pesan dari Tanier yang mengingatkan tentang makan malam yang telah mereka rencanakan.

Pesan dari Tanier: “Hey, jangan terlalu memikirkan hal itu. Aku sudah menyiapkan sesuatu yang spesial untuk kita malam ini. Datanglah tepat waktu, ya!”

Lieka tersenyum, merasa bersyukur memiliki Tanier di sisinya. Dia membalas pesan itu, berjanji akan datang tepat waktu dan mematikan teleponnya untuk sejenak. Dia merasa perlu menenangkan pikirannya sebelum bertemu Tanier.

Saat Lieka sampai di restoran yang telah dipilih Tanier, suasana hangat dan intim menyambutnya. Dia melihat Tanier sudah menunggu dengan senyuman lebar di wajahnya, mengenakan kemeja biru yang membuatnya terlihat semakin menawan.

“Selamat malam, CEO!” Tanier menyapa dengan semangat. “Bagaimana harimu?”

“Agak berat, tapi akan lebih baik setelah aku melihatmu,” jawab Lieka, berusaha menutupi perasaannya.

Mereka duduk, dan Tanier mulai menjelaskan tentang rencana makan malamnya. “Aku ingin kita bisa menikmati malam ini dengan santai. Lupakan semua masalah dan nikmati waktu kita bersama.”

Lieka mengangguk, berusaha merelaksasikan diri. Mereka mulai berbagi cerita tentang hari mereka, dan Tanier membawa suasana menjadi ceria. Dia bercerita tentang proyek yang sedang ditangani dan lelucon konyol dari rekan-rekannya di kantor, membuat Lieka tertawa lepas.

Namun, di dalam hati Lieka, rasa cemas tentang Sugi masih mengganggu. Akhirnya, saat momen tenang di antara mereka, Tanier menatapnya serius. “Kau tampak tidak sepenuhnya hadir, Lieka. Apakah ada yang ingin kau bicarakan?”

Lieka menghela napas dalam-dalam. “Sugi kembali. Dia ingin meminta maaf dan menjalin hubungan baik lagi,” ujarnya pelan.

Mendengar nama Sugi, Tanier langsung mengubah ekspresinya. “Dia pasti tidak mau kamu bahagia, kan? Kau sudah berjuang terlalu keras untuk melupakan masa lalu.”

“Itu benar,” jawab Lieka. “Tetapi aku merasa tidak nyaman. Aku ingin melanjutkan hidupku dan tidak ingin dia menjadi penghalang lagi.”

Tanier mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Lieka dengan lembut. “Dengarkan aku, Lieka. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu di sisimu. Jangan biarkan dia mengganggu kebahagiaan kita.”

Lieka merasakan kehangatan dari genggaman Tanier. “Aku tahu, Tan. Aku merasa beruntung memilikimu.”

Setelah makan malam yang menyenangkan, Tanier mengajaknya berjalan-jalan di taman. Mereka berbicara lebih dalam, berbagi impian dan harapan untuk masa depan. Namun, saat mereka duduk di bangku taman, mendadak Tanier berhenti dan menatap Lieka dengan serius.

“Lieka, aku ingin kita mengambil langkah berikutnya. Apa pendapatmu tentang kita?”

Lieka merasakan jantungnya berdebar. “Maksudmu?”

“Aku ingin kita lebih dari sekadar teman atau rekan kerja. Aku mencintaimu, dan aku ingin bersamamu sepenuhnya. Apakah kau siap untuk itu?”

Lieka terdiam sejenak, merasakan perasaannya menggebu. Dia menyukai Tanier, lebih dari yang bisa dia ungkapkan. Namun, bayangan Sugi dan masa lalu masih menghantui pikirannya. “Aku... aku ingin, Tan. Tapi aku masih harus mengatasi semua ini.”

Tanier mengangguk, seolah memahami. “Aku tidak ingin terburu-buru. Aku ingin kamu merasa nyaman dengan keputusanmu. Tetapi ingat, aku akan selalu ada di sini.”

Malam itu, mereka berpisah dengan perasaan campur aduk. Lieka pulang dengan pikiran penuh. Dia ingin memberikan kesempatan untuk Tanier, tetapi bayangan Sugi terus mengganggu hatinya.

Keesokan harinya di kantor, Lieka merasa lebih bersemangat. Dia bertekad untuk fokus pada pekerjaan dan hubungannya dengan Tanier. Namun, saat dia memasuki ruang kerjanya, dia mendapati Sugi menunggunya.

“Lieka, kita perlu bicara,” Sugi mengatakan dengan nada serius.

Lieka menatap Sugi dengan tegas. “Apa lagi yang ingin kau bicarakan? Aku sudah memberimu jawaban.”

“Tidak, ini berbeda. Aku tahu aku tidak berhak meminta ini, tetapi aku ingin memberikan penjelasan tentang keputusanku yang dulu,” Sugi berkata, berusaha untuk bersikap tenang.

“Keputusanmu telah mengubah segalanya, Sugi. Aku tidak ingin mendengar penjelasan yang hanya akan mengingatkan aku pada kesakitan itu,” jawab Lieka dengan tegas.

Sugi menghela napas, tampak frustrasi. “Dengarkan aku. Aku bukan lagi orang yang sama. Aku telah belajar banyak selama aku pergi. Aku ingin membuktikannya.”

Lieka merasa hatinya bergetar. Sugi mungkin benar-benar ingin berubah, tetapi apakah itu cukup untuk menghapus semua luka? “Aku sudah terlalu banyak mengalami. Aku tidak bisa kembali ke masa lalu.”

“Cobalah memberi kesempatan padaku, Lieka. Setidaknya, biarkan aku menjelaskan semuanya. Kita tidak harus kembali bersama, tetapi kita bisa menjadi teman. Aku tidak ingin kamu merasa tertekan.”

Lieka menatap Sugi, bingung. Dia merasa terjebak antara masa lalu yang tidak ingin dia ingat dan masa depan yang penuh harapan dengan Tanier. “Baiklah, satu kesempatan. Tapi hanya untuk menjelaskan. Tidak lebih dari itu.”

Saat mereka berbicara, Lieka merasa hatinya semakin berat. Sugi berusaha menjelaskan keputusannya yang menyebabkan perpisahan mereka dan semua hal yang telah dia pelajari sejak saat itu. Namun, di dalam benaknya, Lieka terus teringat pada Tanier dan rasa nyaman yang dia rasakan saat bersamanya.

Pertemuan itu berakhir dengan kesepakatan untuk tidak mengganggu hidup satu sama lain. Lieka merasa lega tetapi juga penuh keraguan. Apakah dia sudah siap untuk sepenuhnya melepaskan masa lalu? Apakah Sugi benar-benar sudah berubah?

Ketika dia kembali ke mejanya, Tanier melihatnya dengan cemas. “Kau baik-baik saja? Aku melihat ekspresimu saat keluar dari ruangan.”

Lieka mengangguk. “Sugi meminta untuk menjelaskan semuanya. Aku memberinya kesempatan, tetapi aku tidak ingin terjebak lagi.”

“Biarkan dia pergi, Lieka. Kau tidak perlu memikirkan apa pun yang terjadi di masa lalu. Fokuslah pada kita,” Tanier berkata dengan lembut.

1
Leviathan
4 like mendarat, semangat, jgn lupa mampir juga saling bantu di chatt story ane
Tanier Alfaruq: ok siap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!