Linda adalah seorang pengembara dengan ilmu medis dan keterampilan beladiri yang sangat hebat.
Mengalami hilang ingatan membuatnya diperbudak oleh sebuah keluarga yang membutuhkan seorang perawat gratis untuk putra mereka yang sedang sakit.
Sebuah kecelakaan membuat Linda kembali mengingat ingatannya dan kemudian bertemu seorang pria bernama Alaska yang memberinya sebidang tanah.
Dari tanah itu Linda mendapat kesuksesan sebagai seorang perempuan pengusaha tanaman herbal terbaik di desa tersebut.
Kalau kamu sakit, jangan lupa datang ke kebunnya meminta obat herbal, dijamin sembuh!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Sandiwara
"Kakak!" Seru Bunga berlari menghampiri Linda.
Meski dia terlihat bahagia, namum dalam hatinya menyimpan rasa kesal, bagaimana bisa Linda semakin cantik?
Juga,,, pakaiannya..?
"Ini benar-benar kau!" Seru Bunga ketika dia tiba di hadapan Linda dan melihat perempuan di depannya memang benar adalah kakaknya.
Bunga pun mengulurkan kedua tangannya dan langsung memeluk Linda dengan begitu eratnya seolah-olah cemas Linda akan pergi lagi menjauh darinya.
"Aku sangat merindukanmu! Orang-orang di rumah pasti senang mengetahui kau sudah kembali," ucap Bunga seraya meneteskan air matanya.
Siapapun yang melihat wajah Bunga bisa melihat bagaimana kerinduan Bunga tersalur lewat pertemuan tersebut.
Tetapi Linda masih tetap berwajah dingin, dia tidak merasakan gejolak apapun setelah bertemu dengan Bunga kecuali perasaan jijik dan kesal.
Dia bisa melihat orang-orang memperhatikan mereka, dan tampaknya semua orang terharu atas pertemuan tersebut, tetapi Linda jelas mengetahui bahwa itu hanyalah sebuah sandiwara saja.
Maka dengan suara yang begitu dingin, Linda berkata, "Sepertinya kau sudah salah orang. Aku tidak memiliki adik."
Wajah Bunga langsung membeku, dia perlahan-lahan melepaskan pelukan mereka dan beralih memegang kedua tangan Linda Seraya menatap Linda dengan tatapan tak percayanya.
"Kakak, kenapa kau berkata seperti itu? Apa kau,,, Apa kau mengalami kejadian buruk selama 2 tahun tidak ditemukan? Apa ada seseorang yang menyakitimu? Kenapa kau jadi melupakanku?" Bunga bertanya dengan panik, suaranya gemetar dan wajahnya penuh kecemasan.
Linda mengatup erat-erat giginya, jelas-jelas perempuan ini sedang bersandiwara dan dia akan dengan senang hati memberikan nilai sempurna pada sandiwara Bunga yang begitu luar biasa.
Tidak ada celah dalam sandiwara itu, aktingnya sangat sempurna.
Melihat Linda terdiam, Bunga yang masih cemas dengan perlahan berkata, "kakak? Kau benar-benar tidak mengingatku? Sama sekali tidak mengingat? Bagaimana dengan kakek? Ayah? Kau,, kau,,,"
"Linda," tiba-tiba sebuah suara dari belakang membuat Linda berbalik dan mendapati Indira berjalan ke arah mereka sambil membawa sebuah kotak hadiah berwarna putih.
Begitu tiba di samping Linda, Indira menatap Bunga dengan senyuman menghina, "wah,, gadis dari keluarga Gintara datang lagi. Apa kau benar-benar tertarik dengan kehidupan orang lain sampai-sampai tidak bosan datang kemari? Kau lupa ya kalau aku sudah mengusirmu tadi, kenapa masih di sini? Ah,,, atau kau berada di sini untuk mengganggu temanku?" Indira menatap Linda, "Apakah ular berbisa ini kembali mengganggumu?" Tanya Indira dengan kening berkerut.
"Tidak apa-apa, Ayo kita masuk saja," ucap Linda langsung menarik lengan Indira untuk pergi dari sana, sebab Dia tahu jika Indira berhadapan dengan Bunga, maka Indira tidak pernah bisa menahan mulutnya, bahkan tenaganya untuk memberi pelajaran pada Bunga.
Apalagi saat itu mereka berada di depan restoran, banyak orang memperhatikan mereka sehingga Linda ingin menghindari keributan.
"Tapi,, tapi,," Indira hendak protes, dia terus menoleh ke belakang dengan kekesalan memenuhi seluruh wajahnya.
Tetapi Linda tidak membiarkan Indira, dia terus menarik perempuan itu masuk ke dalam restoran.
Bunga memperhatikan sekitarnya, orang-orang ramai menonton kejadian yang baru saja terjadi sehingga dia tidak punya pilihan lain selain berlari ke dalam restoran untuk mengejar Linda.
Begitu masuk ke restoran, ia melihat Linda ditarik oleh Indira memasuki sebuah ruangan yang khusus untuk staf sehingga tanpa pikir panjang Bunga langsung berlari ke ruangan tersebut dan berhenti di sebuah ruang tamu khusus yang biasanya ditempati oleh Indira untuk menerima tamunya.
"Kakak!" Seru Bunga memanggil Linda.
Indira dan Linda menghentikan langkahnya, dan berbalik menatap Bunga dengan tatapan yang begitu dingin.
"Apalagi yang kau mau?! Belum cukup mengusir Linda dari rumah, dan sekarang Kau datang mengganggunya di sini?!" Gerutu Indira benar-benar kesal pada Bunga.
"Apa yang kau bicarakan?" Wajah Bunga begitu buruk, matanya meredup menatap Indira lalu berpindah menatap Linda yang tampak diam di samping Indira.
"Kakak, semua orang di rumah sangat merindukanmu, kakek menjadi lebih kurus selama 2 tahun terakhir kau tidak pernah mengunjunginya, bahkan tidak pernah mengirim surat padanya. Ayah juga,,,, dia terus mengkhawatirkan mu, kami sudah mengeluarkan begitu banyak biaya untuk menyewa orang-orang mencarimu kemanapun, namun tidak bisa menemukanmu. Nenek bahkan selalu bertanya padaku Apakah aku pernah melihatmu setiap kali keluar bersama teman-temanku, semua orang mengkhawatirkanmu, mereka semua berharap kau bisa pulang ke rumah. Kalau seandainya,,, seandainya aku punya salah padamu, tolong melampiaskan semuanya padaku, tidak perlu menyakiti orang lain yang tidak bersalah. Terutama ibuku,, dia, dia,,," air mata mata Bunga menetes ke pipi sampai membasahi dagunya yang runcing dan melunturkan make up yang dilalui tetesan air mata itu.
Dengan suara yang semakin sedih, Bunga lanjut berkata, "Aku tahu aku sudah salah selama ini, aku tahu kau sangat membenciku karena apa yang terjadi dengan hubungan--"
"Bisakah kau diam?!" Indira memotong ucapan Bunga.
Bunga terkejut, "Aku,, aku,," Bunga tergagap, dia tampak seperti Bunga lily di tengah gurun pasir yang sudah kehilangan air, rapuh dan hampir saja merontokkan seluruh kelopak-kelopak Bunganya.
"Percuma mendengar omong kosongmu! Kenapa kau tidak diam di rumahmu menikmati segala sesuatu yang sudah kau rebut dari Linda? Kenapa terus mengejar-ngejar Linda untuk bersandiwara di depannya seolah-olah Kau adalah orang yang suci dan murni?! Ku beritahu padamu ya, selama bertahun tahun terakhir Linda sudah benar-benar berusaha membuang seluruh kenangannya bersamamu dan kenangannya dengan pria sialan itu! Sekarang kau datang berbicara omong kosong lagi, berapa banyak lagi omong kosong yang akan kau katakan untuk menyakiti hati Linda?! Dengar ya! Sekali lagi kau datang membicarakan omong kosong yang menjijikan itu, Aku tidak akan pernah tinggal diam, Aku pastikan kau tidak bisa menginjakkan kakimu di restoranku lagi!" Bentak Indira sangat marah.
Air mata Bunga semakin banyak menutupi pipinya, dia menatap Linda yang tampak dingin berdiri di samping Indira, sama sekali tidak terpengaruh atas apapun yang dikatakan oleh Indira maupun Bunga.
"Kakak,,," Bunga memanggil Linda dengan suara yang serak, tetapi saat itu Bunga hanya berbalik pergi, membuka sebuah pintu dan menghilang dibalik pintu itu.
Setelah Bunga menghilang di balik pintu, Indira masih tinggal menatap Bunga yang terlihat begitu rapuh di hadapannya, "pergilah dari sini! Hari ini adalah hari terakhir aku mentolerir kakacauan yang kau buat di restoran ini, sekali lagi kau melakukan sesuatu yang mengacaukan restoran ini, Jangan harap aku akan membiarkanmu! Juga, pergilah bersama kekasihmu itu, kekasih yang busuk yang kau rampas dari Linda, jangan pernah mengganggu Linda lagi, dia sudah hidup dengan damai selama beberapa tahun terakhir ini, jadi kemunculanmu hanya membuat luka baru padanya! Sungguh menjijikan melihat seorang perempuan bermuka berdua sepertimu!" Geram Indira sebelum mengikuti Linda memasuki ruangan pribadinya.
Bunga langsung runtuh di lantai setelah mendengar ucapan Indira, dan beberapa pelayan yang tepat berada di ruangan itu terdiam memandangi Bunga, tidak ada satupun diantara mereka yang berani menghibur perempuan itu meski mereka merasa prihatin dan khawatir melihat keadaan Bunga.
Cukup lama Bunga terdiam menangis di lantai sebelum akhirnya dia berdiri dengan tubuh yang terlihat begitu rapuh dan keluar dari ruangan itu.
"Nona muda," pelayan pribadi Bunga langsung menyambut Bunga.
"Aku baik-baik saja," ucap Bunga dengan suara yang begitu lemah, tubuhnya terhuyung-huyung melangkah hingga membuat pelayan pribadinya dengan cepat menahan tubuh Bunga dan membantunya keluar dari restoran.
Tepat ketika mereka keluar dari restoran, sebuah kereta kuda tiba di depan restoran lalu seorang pria tinggi kurus turun dari kereta kuda.
Wajah yang tampan berlapis kulit sehalus porselen dan hidung mancung serta mata bulan sabit yang tampak bercahaya langsung meredup ketika ia melihat kekasihnya dalam keadaan begitu buruk.
"Kak Axel," ucap Bunga dengan suara yang begitu lemah membuat Axel segera berlari ke arah Bunga dan membawa Bunga kegendongannya.
Begitu masuk ke gendongan Axel, Bunga langsung meneteskan air matanya dan memeluk leher Axel dengan erat. Tubuh Bunga gemetar membuat Axel bisa menebak apa yang telah terjadi, seseorang baru saja menyakiti kekasihnya.
Axel menatap dingin ke arah restoran yang ada di hadapannya, itu adalah restoran tempat Linda selalu berada Jika datang ke ibukota.
Sesuatu yang dingin langsung muncul di matanya namun Hanya sekejap saja sebelum dia berbalik kembali ke kereta kuda membawa Bunga di gendongannya.
Setelah naik kereta kuda, Axel dengan lembut menyeka air mata yang masih menetes di pipi Bunga.
Tatapan pria itu dipenuhi emosi yang bergejolak, kesedihan, kemarahan dan kehancuran melihat kekasihnya yang berada dalam keadaan buruk.
"Siapa yang berani menyakitimu?" Tanya Axel setelah beberapa saat keheningan, suara pria itu mengandung kekhawatiran namun juga kemarahan dan aura dingin.
"Tidak,,, tidak ada yang menyakitiku. Hari ini,,, aku hanya datang menemui kakak karena mendengar dia ada di restoran itu. Tapi,,, Tapi Kakak sepertinya tidak mengingatku lagi. Dia bahkan,,," Bunga tidak sanggup melanjutkan ucapannya, suaranya menjadi serak, tenggorokannya tercekat dan air mata terus menetes di pipinya.
Mata Axel menjadi redup melihat perempuan dipelukannya yang tampak begitu hancur sehingga dia memeluk erat Bunga sambil berkata, "tidak apa-apa, Aku yakin dia akan memperlakukanmu dengan baik lain kalian. Ini juga salahku, akulah yang menyakitinya sehingga dia membalaskan rasa sakitnya padamu, aku minta maaf."
Bunga menggelengkan kepalanya dalam pelukan Axel, "tidak,,, Kak Axel sama sekali tidak bersalah, akulah yang salah. Akulah yang sudah merebut ke Axel dari kakak, aku sudah sepatutnya mendapat perlakuan tidak baik dari kakak, aku,,, aku benar-benar..." Bunga melepaskan diri dari pelukan Axel dan menatap Axel dengan mata yang redup berlinang air mata, "aku rasa aku sudah salah, aku sudah menyakiti kakak terlalu dalam. Hubungan kita tidak benar, ini,,,, ini menyakiti kakak,,,, jadi,,, aku rasa sebaiknya kita mengakhiri hubungan kita, Kak Axel bisa kembali pada Kakak dan--"
"Apa yang kau bicarakan?!" Axel menyela ucapan Bunga, "bukan kau yang salah, akulah yang salah. Jadi Jangan menyalahkan dirimu sendiri, aku akan menemui Linda dan mengatakan padanya untuk memarahiku saja," ucap Axel sambil menyeka air mata Bunga lalu menarik Bunga kembali ke dalam pelukannya. Tidak memberi kesempatan bagi Bunga untuk berbicara apapun lagi.
biar makin semangat
thankyou ya Thor..