Nindya seorang sekertaris yang sangat amat sabar dalam menghadapi sikap sabar bosnya yang sering berubah suasana hati. Hingga tiba-tiba saja, tidak ada angin atau hujan bosnya dan keluarganya datang ke rumahnya dengan rombongan kecil.
Nindya kaget bukan main saat membuka pintu sudah ada wajah dingin bosnya di depan rumahnya. Sebenarnya apa yang membuat bos Nindya nekat datang ke rumah Nindya malam itu, dan kenapa bosnya membawa orang tuanya dan rombongan?
Ayo simak kelanjutan ceritanya disini🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
"Saya sekertarisnya pak Kai mbak, ada perlu apa ya mbak anda dengan pak Kaivan?" tanya Nindya dengan sopan
"Saya mau ketemu sama Kaivan saat ini juga, apa kamu sekertaris baru Kaivan?"
"Saya sudah lama menjadi sekertaris pak Kai mbak dari tujuh tahun yang lalu."
"Oh pantes saya tidak tahu sama kamu dan kamu tidak tahu siapa saya, kalau kamu bekerja dengan Kaivan delapan tahun yang lalu pasti kamu tidak berani untuk menghentikan saya" ucap perempuan itu dengan pongah.
"Kalau boleh tahu memang anda siapa?"
"Perkenalkan saya Cindy mantan pacar Kaivan sekaligus model papan atas yang sangat terkenal, orang seperti kamu pasti tidak tahu saya ini model karena hanya orang kelas atas yang tahu dengan saya sedangkan kamu kan hanya orang kelas bawah" ucap Cindy menyombongkan dirinya sendiri.
"Maaf mbak Cindy saya tidak tahu dengan anda."
"Jadi sekarang kamu minggir biarkan saya masuk ke dalam."
"Maaf mbak saya tidak bisa membiarkan mbak masuk begitu saja ke ruangan pak Kai sebelum beliau memberikan izin untuk anda masuk."
"Saya masuk ke dalam tidak perlu meminta izin dari Kaivan, kalau Kaivan tahu saya yang datang pasti langsung diizinkan untuk masuk tidak perlu izin dari Kaivan. Sudah sana kamu minggir dari jalan saya masuk."
"Maaf kalau begitu saya minta izin dulu kepada pak Kai" Nindya memencet tombol interkom.
"Permisi pak Kai ada seorang perempuan yang ingin bertemu dengan anda."
"Siapa nama perempuan itu?"
"Namanya Cindy pak."
"Jangan bolehkan dia masuk ke ruangan saya sampai kapanpun" setelah mengucapkan itu Kaivan mematikan interkom begitu saja.
"Maaf mbak anda tidak diperbolehkan oleh pak Kai masuk ke dalam ruangannya."
"Kamu mengada-ada kan?! Menyingkir kamu biarkan saya masuk dan bilang sendiri sama Kaivan" Cindy mulai melakukan tindakan perlawanan dengan mendorong Nindya agar menyingkir dari jalannya.
"Maaf mbak anda tidak boleh masuk, kalau anda tetap bersikeras untuk masuk ke dalam saya tidak akan segan-segan memangil keamanan supaya menyeret anda keluar dari sini" ancam Nindya.
"Saya tidak takut! Pergi kamu!" hingga dorongan yang kedua kalinya Nindya limbung ke samping dan kepalanya membentur lantai.
"Ukhu..." Nindya langsung merasakan kepalanya seketika pusing tapi untuk menghentikan Cindy yang bergerak masuk, Nindya langsung memaksa untuk bangun.
Tapi gerakan Nindya kurang cepat, Cindy sudah masuk ke dalam dan beringsut mendekati Kaivan. Nindya langsung menghentikan langkahnya dan berdiri di tempat.
"Maaf pak saya tidak bisa menghentikan mbak Cindy saat diluar tadi" ucap Nindya dengan sedikit menundukkan kepalanya.
"Kaivan masa sekertaris kamu itu menghentikan aku untuk masuk ke dalam ruangan kamu sih" lapor Cindy dengan bergelendotan di lengan Kaivan.
Kaivan yang merasa tidak nyaman pun menghempaskan tangan Cindy yang berada di lengan Kaivan. Kaivan pun sedikit menjauhi Cindy.
"Kamu apa-apaan sih bergelendotan di lenganku? kamu ingatkan sekarang kita sudah tidak ada hubungan apapun, lagian aku juga yang menyuruh Nindya agar kamu tidak masuk ke ruanganku tapi kamu malah nyelonong masuk begitu saja. Tidak sopan!"
"Kamu kok jadi gitu sih sama aku? Aku bela-belain ke sini itu karena pengen ketemu sama kamu tapi respon kamu malah seperti ini."
"Kenapa kamu enggak terima? aku juga enggak mengharapkan kamu datang ke sini. Nindya panggil keamanan untuk membawa Cindy pergi dari sini!" ucap Kaivan sedikit berteriak.
Nindya bertindak cepat mengambil teleponnya dan menghubungi keamanan. Tidak menunggu lama dua orang satpam datang ke ruangan Kaivan.
"Kaivan kamu enggak bisa seperti ini sama aku! Aku enggak mau keluar dari ruanganmu sebelum kita bicara!" teriak Cindy sambil terus berusaha mendekati Kaivan, tapi Kaivan malah terus menjauh tidak ingin disentuh oleh Cindy.
"Cepat angkut perempuan itu pak! Saya enggak mau dia berada lama di ruangan saya!"
Dua satpam pun mendekati Cindy, melihat dia akan dipegang oleh laki-laki lain Cindy malah menjerit tidak jelas. "Kalian jangan mendekat! Kalau kalian mendekat saya malah akan lama berada disini."
Satpam pun berhenti, "jangan dengarkan apa yang dia katakan pak! cepat angkut perempuan itu dan bawa keluar dari sini!"
Satpam mendekat, "sudah saya bilang kalian jangan mendekat! saya enggak mau disentuh dengan tangan kotor kalian berdua! saya akan pergi sendiri tidak perlu dipegang dan diseret dengan tidak terhormat karena saya ini wanita terhormat!"
Pandangan Cindy kembali lagi ke Kaivan, "dan kamu Kaivan aku akan terus-menerus ke kantormu sampai kamu mau bicara denganku" ucap Cindy dengan sorot mata serius.
Baru seusai itu Cindy pergi keluar dari ruangan Kaivan. Sesaat sebelum keluar Cindy memandang Nindya sinis dengan pandangan menilai. Kedua satpam tadi pun mengikuti Cindy dari belakang.
"Itu tadi mantan terakhir saya" ucap Kaivan tiba-tiba buka suara.
Nindya yang semula memperhatikan Cindy keluar pun menengok ke Kaivan. "Saya tidak bertanya tentang perempuan itu kepada anda pak."
"Saya hanya mau memberitahu saja kepada kamu agar kamu tidak salah paham dan melaporkan kejadian saat ini kepada ibu saya."
"Memang saya ember, hingga melaporkan kejadian ini kepada bu Eni. Saya tidak mungkin berperilaku seperti itu."
"Syukurlah kalau kamu tidak melaporkan kejadian ini kepada ibu saya."
Nindya tidak menyambungi lagi perkataan Kaivan. Nindya berlalu keluar menuju ruangannya sendiri. Kaivan malah frustasi sendiri melihat Nindya yang biasa saja, yang Kaivan inginkan itu Nindya cemburu dengan keberadaan Cindy tadi.
Kaivan tidak terima Nindya biasa saja, "bagaimana sih Nindya itu, seharusnya dia cemburu dong saat ada perempuan lain merangkul lenganku masa ekspresinya biasa saja? Aku tidak terima! Aku kelimpungan saat dia berada di samping laki-laki lain tapi dia malah biasa saja saat aku dengan perempuan lain."
Kaivan yang masih tidak terima dengan respon Nindya tadi pun keluar ruangan menghampiri Nindya. Nindya yang melihat Kaivan berada di ruangannya pun mengerutkan alisnya bingung.
"Ada perlu apa ya pak hingga anda mendatangi ruangan saya?"
"Nindya saya mau tanya."
"Silahkan pak."
"Nindya apa kamu tadi tidak cemburu dengan saya tadi?" tanya Kaivan dengan menelisik ekspresi wajah Nindya.
"Cemburu? buat apa saya cemburu pak enggak ada gunanya sama sekali" ucap Nindya cuek.
"Masa kamu tidak ada rasa cemburu sedikitpun?" Nindya menggeleng.
"Lagian anda kenapa sih menanyakan hal tidak penting seperti itu kepada saya?"
"Itu pertanyaan penting bagi saya Nindya."
Nindya yang bingung pun hanya bisa mengerutkan keningnya. "Penting darimananya sih pak? Perasaan pertanyaan anda tadi tidak penting dan tidak berbobot sama sekali."
"Halah ya sudahlah kalau gitu, sepertinya percuma saja" Kaivan kembali masuk kedalam ruangan. Nindya hanya memandang kepergian Kaivan dengan pandangan aneh.