Choki Zakaria atau yang biasa dipanggil 'Jack', adalah ketua geng motor yang ditakuti di kotanya mendadak harus menikah dengan Annisa Meizani karena kesalahpahaman dari para warga.
Annisa, seorang gadis muslimah dengan niqob yang menutupi sebagian wajahnya ini harus ikhlas menerima sikap cuek Jack yang mengira wajahnya buruk rupa.
Sikap Jack berubah setelah tau wajah Annisa yang sebenarnya. Bahkan ketua Genk motor itu menjadi pria penurut dan manja di hadapan istrinya.
Akankah niat Jack untuk bertobat mulus tanpa hambatan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#2. Menyelamatkan Pria Asing.
Dengan gemetar, Anissa tetap melangkah untuk mendekat. Karena, ia harus memastikan apakah sosok asing yang ada di teras rumahnya ini masih hidup atau tidak.
Annisa menyalakan senter pada ponselnya menyorot pada wajah pemuda di hadapannya.
"Ya Allah!" Sekali lagi Annisa memekik kaget karena Choki masih dalam keadaan setengah sadar. Pemuda itu sesekali membuka matanya dan berusaha mengeluarkan suara.
"To–tolong, selamatkan aku," ucap Choki lirih.
Mendengar kalimat dan raut wajah penuh permohonan itu. Ditambah lagi keadaan pemuda di hadapannya sungguh-sungguh nampak tak berdaya.
Annisa mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumahnya dan juga jalanan di depan.
Sepi.
Tak ada nampak batang hidung manusia yang masih berkeliaran.
Ketakutan yang tadi hinggap dalam benak Annisa, seketika mulai berubah menjadi rasa iba.
Akan tetapi, gadai itu masih nampak ragu. Untuk membawa pemuda itu kedalam rumahnya.
Jarak rumah kontrakan Annisa memang agak berjauhan dengan letak rumah tetangganya. Dia juga tak mungkin berteriak tengah malam begini.
Melihat napas dari pemuda itu yang tercekat, Annisa tak ada pilihan lagi.
Choki yang akhirnya tak sadarkan diri karena telah kehilangan banyak darah. Membuat Annisa menyeretnya untuk masuk kedalam rumah.
Gadis itu langsung mengunci pintu dan meletakkan Choki di atas sofa butut yang terletak pada ruang tengah kontrakannya yang hanya empat petak ini.
Annisa memberi pertolongan pertama dengan membersihkan luka pada bagian bahu Choki.
"Maaf, Annisa harus buka baju kamu," ucap gadis itu meminta ijin untuk membuka jaket serta kaus yang melekat pada tubuh atletis Choki.
"Astagfirullah. Astagfirullah," gumam Annisa ketika dirinya melihat luka-luka yang terdapat pada bahu pemuda ini. Annisa juga kaget ketika melihat dada bidang serta perut sixpack Choki.
Seumur hidup, dirinya belum pernah melihat tubuh pria dewasa manapun. Bahkan, adiknya sendiri.
Berbekal dengan ilmu yang ia miliki ketika masa-masa kuliah dulu. Dimana Annisa pada waktu itu adalah anggota PMR dan juga tim SAR yang pernah sempat menjadi sukarelawan di salah satu komunitas tim penyelamat independen.
Dia sudah pernah melakukan penyelamatan pertama pada korban bencana. Sehingga, pada saat ini Annisa tau apa yang harus ia lakukan tanpa merasa panik. Annisa juga memiliki beberapa persediaan obat yang bisa ia gunakan sebagai pertolongan pertama.
Selesai sudah Annisa membalut luka sambaran peluru di bahu Choki. Hingga, gadis itu beralih pada luka yang berada di siku dan juga lutut.
Gadis berkerudung lebar dengan niqob yang menutupi wajahnya, hingga hanya kedua matanya yang terlihat. Kini bangkit berdiri merapihkan semua alat yang baru saja ia gunakan untuk mengobati luka.
Berlalu ke dalam dan meninggalkan pemuda asing ini sendirian di ruang tamu.
Setelah itu Annisa meletakkan air dan juga makanan, di atas meja. Sebelum gadis itu masuk kedalam kamarnya. Ia pun menutupi tubuh terbuka Choki dengan kain selimut.
Pukul setengah tiga dini hari Annisa terbangun untuk melaksanakan kebiasannya solat tahajud.
Gadis itu menguap di atas kasur yang terdapat di dalam kamarnya. Annisa kembali mengenakan kerudung dan juga niqob. Pada saat ia keluar dari dalam kamar.
Karena di dalam rumah itu ada orang lain yang bukan mahramnya.
Annisa menengok sekilas dan nampak Choki masih dengan keadaan yang sama ketika ia tinggalkan semalam.
Annisa pun kekamar mandi untuk istinja dan berwudhu.
Pada saat ia ingin kembali ke kamarnya. Di atas sofa tak ada sosok pemuda yang ia selamatkan itu.
"Loh, cowok tadi mana? Gak mungkin dia keluar, kan pintu di kunci," gumam Annisa yang kini tengah mengedarkan pandangannya di ruang tamu.
Akan tetapi, ketika gadis ini berniat berbalik ke dalam kamar.
Grep!!
Ada tangan kekar seseorang yang membekap mulutnya. Lalu menyeret, Annisa ke dalam dan bersembunyi di balik dinding kamarnya. Tak lupa, Choki mematikan lampu ruang tamu.
"Diamlah. Ku rasa ada seseorang yang sedang mengawasi rumahmu," ucap Choki dengan berbisik di samping telinga Annisa.
Seketika, dada gadis itu berdebar tak karuan. Apalagi, ini adalah pertama kalinya dia membawa laki-laki masuk kedalam rumahnya.
Annisa membulatkan matanya ketika, dirinya seketika memegang ketika posisinya tubuhnya menempel pada sosok pemuda yang bertelanjang dada ini.
Choki terus menyeret Annisa ke depan jendela yang terdapat di dalam kamar gadis itu. Di sana ia mengintip suasana luar rumah. Ketika di rasa aman, maka pada saat itulah ia melepaskan telapak tangannya dari mulut Annisa.
Uh!
Huh ... hah!
Annisa mengambil napas sebanyak-banyaknya. Dadanya terasa sesak karena susah bernapas dan juga takut.
Bagaimana tidak, jika saat ini dirinya tak tau siapa sebenarnya pria yang ia selamatan ini. Bisa saja dia itu penjahat yang mungkin saja mampu melukai dirinya.
"Kamu siapa? Kenapa kamu melakukan ini pada saya?" cecar Annisa dengan suara yang bergetar.
Matanya tanpa kedip memandang sambil menelisik ke arah pemuda di hadapannya.
"Kamu gak perlu tau siapa saya. Tapi, satu hal yang perlu kamu tau bahwa saya sangat berterimakasih karena sudah di selamatkan dan juga diobati luka-luka di tubuh saya ini. Ijinkan saya beberapa hari lagi menginap, sampai keadaan di luar sana benar-benar kondusif lebih dulu," pinta Choki.
"Tidak!"
"Jika anda sudah merasa lebih baik. Pergilah! Selesaikan urusan anda dan mintalah perlindungan pada yang berwajib jika memang anda merasa terancam. Tolong, jangan libatkan saya. Jangan sampai orang lain salah paham terhadap apa yang saya buat," tolak Annisa tegas.
Bahkan dalam hatinya, gadis ini ingin pria berkulit bak manekin itu keluar dari kamarnya saat ini juga. Anissa merasa kesehatan jantungnya terancam.
"Kamu mengusir saya? Asal kamu tau ya. Meskipun sedang terluka begini, saya bisa saja mencelakai kamu. Bahkan, saya bisa memperkosa kamu," ancam Choki dengan pikiran agar gadis di hadapannya takut padanya sana menurut.
Mendengar kalimat ancaman itu, Annisa langsung menyilangkan tangan di depan tubuhnya.
Raganya sontak bergetar.
Memangnya wanita mana yang mendapat ancaman seperti itu di depan matanya sendiri, yang tidak merasa takut. Tentu saja, Annisa merasakan takut itu. Apalagi, saat ini, Choki terlihat berjalan pelan untuk menghampirinya.
Pemuda yang bertelanjang dada itu entah kenapa nampak menyeramkan bagi Annisa.
"K–kau di datang kerumah ku dalam keadaan tak sadarkan diri. Dengan tubuh penuh luka d–dan bersimbah darah. Apakah ini cara balasanmu? Dengan mengancam untuk melakukan perbuatan jahat kepadaku?" tukas Annisa tegas.
Gadis ini berusaha untuk mengeluarkan segala keberaniannya agar ia tak dapat ditindas dengan mudah.
Choki yang mendengar ucapan Annisa, seketika merasa tertohok. Pemuda itu ingat bagaimana rasanya beberapa saat yang lalu. Ketika tubuhnya merasakan udara di sekitarnya mendadak dingin.
Entah apa yang terjadi padanya jika gadis di hadapannya ini tidak bersedia menyelamatkannya?
Akan tetapi dengan sikap tinggi hati, Choki tetap tidak mau mengakui perbuatan yang sudah di lakukan oleh Annisa.
"Pokoknya, jangan laporkan dulu keberadaanku di sini. Aku akan keluar ketika keadaan sudah aman. Kamu, jika mau menolong orang jangan setengah-setengah!" ujar Choki lagi.
Dengan berat hati dan lenguhan, Annisa pun menjawab.
"Baiklah, tapi keluar dari kamarku sekarang!" titah Annisa.
Choki pun keluar dengan. melewatinya yang berdiri di depan pintu kamar.
Sejak saat itu Annisa tidak keluar dari kamar hingga adzan subuh berkumandang.
Beberapa saat kemudian. Ketika Annisa baru saja selesai solat subuh.
Ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya.
Bersambung
Jazakillah khairan author
👍👍👍👍👍
ana uhibbuki fillah untuk perempuan