Maha Rani Larasati rela menikah dengan Daniel Nur Indra seorang duda ber anak satu tapi jauh dari kata bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trisubarti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13
Maharani PoV.
Menjalani rumah tangga yang baru genap satu tahun aku mulai menyerah.
Jika waktu yang lalu aku selalu memaafkan Mas Daniel, tapi tidak untuk saat ini. Setelah aku kehilangan bayi dalam rahimku seolah semua telah hancur berkeping-keping, hingga tinggal puing-puing reruntuhan.
Aku rasanya sudah lelah dan tidak mau lagi walau hanya sekedar menatap wajahnya.
Pagi ini saat subuh aku kebawah ingin mengambil air minum. Aku lihat Daniel keluar dari ruang kerjanya.
Aku segera ke lantai atas ia mengejarku. Aku masuk kedalam kamar bermaksud ingin menguncinya tapi dorongan tangan kekarnya lebih kuat.
Ia akhirnya masuk kekamar dengan raut wajah yang memohon.
Ia mendudukan bokongnya di ranjang.
Aku tidak peduli lagi dengannya, sibuk melipat selimut tanpa mau menatapnya.
"Ra duduklah aku ingin bicara serius" Katanya. Ia menepuk ranjang di sampingnya.
Aku duduk di ranjang yang sama tapi berjauhan.
Aku mengalah, aku juga ingin masalah ini tidak berlarut-larut dan ingin cepat selesai. Aku ingin ia mencabut tuduhannya terhadapku. Dan menyelidiki siapa pelaku pencurian perhiasan yang selama menjadi Istrinya belum pernah sekalipun. Aku melihatnya.
"Maaf kalau kata-kata ku menyakiti hatimu," "Aku hanya ingin jika kamu membutuhkan sesuatu, bicara dengan baik! tidak harus mengambil secara diam-diam." Katanya.
Aku menoleh cepat, kekecewaan ku bertambah, bukan ini jawaban yang ingin aku dengar.
"Yang harus kamu tahu Ra, perhiasan itu satu-satunya harapanku untuk menutup kerugian usahaku," Tuturnya.
"Jadi Mas masih menuduh, kalau aku yang ambil barang milik Almira?" Tanya ku masih dengan kata melemah.
"Bukan aku menuduh Ra, jika kamu memang mengambil barang itu, aku tidak masalah"
"Aku hanya ingin kamu jujur, miliku, milik kamu juga."
Dengan entengnya ia mengatakan itu. Ternyata ia masih menuduh aku.
"Prokk... aku melempar gelas tupperwer ke tembok untuk melampiaskan kekesalan yang aku rasakan.
"Ra! apa yang kamu lakukan?! Ia bertanya.
"Jadi Tuan selama ini menganggap aku sebagai pencuri! bukan sebagai istri?!" Bentakku.
"Ra! bukan itu maksud aku" Ia berdiri dari ranjang.
"Tapi yang harus tuan tahu! saya bukan pencuri seperti yang Tuan tuduhkan!!" Bentaku.
"Selama ini saya selalu mengalah dan bersabar menghadapi keegoisan Tuan! tapi tidak untuk saat ini"
"Stok sabar saya sudah habis Tuan"
"Ternyata bukan hanya kata pujangga bahwa sabar ada batasnya."
"Dan saat ini saya sudah mengalami di titik terendah akan adanya sabar"
"Saya mohon ceraikan saya!"
Emosiku tidak terkendali, sebenarnya ini bukan tipe ku. Entah setan apa yang merasuki aku.
"Ra please! jangan ucap kata-kata itu aku tidak mau dengar!"
Ia mendekati aku ingin menyentuh tapi aku menepisnya.
"Yank aku mencintai kamu, dan aku tidak mau kehilangan kamu." Katanya memohon.
"Jangan sebut kata cinta omong kosong itu Tuan! mana ada cinta selalu menyakiti."
"Minta maaf, lalu mengulanginya lagi! terùs menerus lalu mau sampai kapan?"
"Yang harus Tuan tau! selama ini aku bertahan demi Icha! demi Mama! tapi saat ini, Icha sudah mulai mengerti."
"Jadi saya mohon ceraikan saya!"
Entah benar atau salah tindakan ku, yang jelas, aku ingin bahagia.
"Rani please!!" Jangan bicara seperti itu, aku mencintai kamu, aku tidak mau berpisah dengan kamu." Katanya entah sungguh-sungguh atau hanya di bibir saja.
"Ahahaha..."aku tertawa mengejek.
"Tuan selama ini hanya memiliki tubuh saya tapi belum bisa memahami hati saya."
"Saya sudah lelah Tuan, segala sesuatu yang dipaksakan hasilnya tidak akan baik."
"Pernikahan saya dengan Tuan dulu hanya karena terpaksa,"
"Jujur Tuan, saya juga mencintai anda tapi cinta saya belum cukup untuk membuat Tuan melupakan Mbak Almira."
"Tuan masih terus di bayangi, oleh Mbak Almira seperti perhiasan yang Tuan puja"
"Bukan karena perhiasannya kan? melainkan karena perhiasan itu milik Almarhumah Almira."
Mas Daniel menunduk diam.
"Sebaiknya kita instropeksi diri, koreksi diri masing-masing, biarkan saya pergi untuk menenangkan diri, dan aku mohon Tuan ikhlaskan kepergian saya, biar bagaimanapun, Tuan masih suami saya secara hukum! "
"Saya minta Tuan ridho dengan kepergian saya semoga Allah mengampuni keputusan saya.
"Aku akan menunggu Tuan mengirimkan gugatan cerai dan saya siap, menandatangani."
"Saya juga Minta tolong sama Tuan, cari pencuri yang sebenarnya, jangan main fitnah, main tuduh" Kataku.
"Karena setelah Tuan menuduh saya sebagai pencuri kemarin, saya menganggap bahwa Tuan bukan suami saya lagi.
"Ra aku mohon."
Katanya dengan wajah sendu, tapi kali ini aku sudah tidak mau menangis lagi. Aku hapus air mataku dan menyuruhnya dia keluar. Dengan langkah gontai ia meninggalkan kamarku.
Aku segera mengemasi barang-barang ku. Mas kawin 133 gram, Atm, semua barang milik Daniel aku tinggalkan.
Setelah mandi dan ganti pakain aku menulis surat untuk Icha, untuk Mama mertua, dan untuk Daniel sendiri. Sambil menunggu Icha berangkat sekolah aku tidak ingin Icha melihat aku pergi takut tidak mau sekolah.
Setelah Icha berangkat aku meninggalkan surat di tempat tidurnya. Nanti aku akan menemuinya sekali-sekali jika aku sudah tenang.
Aku menarik koper menatap tempat tidur ini untuk yang terakhir kali. Aku meninggalkan kalung yang pernah Daniel beli ketika di puncak di meja belajar. Hanya Cincin kawin yang masih terselip di jariku.
Aku kebawah pamit Simbok sambil menunggu taksi.
"Loh Mbak Rani mau kemana?" Tanya Simbok panik.
"Mbok maafkan Rani, aku harus pergi tolong titip Icha ya Mbok."
Simbok menatap aku berkaca-kaca.
"Tapi Mbak Rani mau tinggal di mana? beri tau Mbok supaya Mbok bisa tenang," Kata Simbok sambil memeluk aku.
"Maaf Mbok Rani belum bisa beri tau sekarang kalau sudah saatnya nanti saya akan menjemput simbok." Kataku menenangkan Simbok.
"Ya sudah Mbok saya pamit"
Aku keluar meninggalkan rumah, ternyata Bambang sudah menunggu di depan.
Author
Rani keluar dari rumah. Bambang sudah menunggu di pinggir jalan.
"Assalamualaikum"
Salam dari Bambang
"Waalaikumsalam"
"Jawab Rani.
"lhoh..lhoh..Mbak e, mau kemana to?" Tanya Bambang heran sebab Rani membawa banyak barang.
"Antar ke Ruko bang" Jawab Rani singkat.
Bambang hanya diam, melajukan mobilnya tidak berani bertanya lagi. Sebab, Bambang melihat Rani sedang tidak baik.
Bambang sudah bisa menerka pasti Rani sedang minggat dari rumah. Bambang mengamati Rani dari kaca spion. Rani hanya menatap jalanan, tatapan matanya kosong.
"Bang besok bisa antar saya ke terminal kampung rambutan nggakk"
Akhirnya Rani bersuara.
"Siap Mbak e, memang mau mudik ya?" Tanya Bambang menyelidiki.
"Nggak sih! ingin bertemu seseorang." Jawab Rani masih fokus kejalan, kepalanya bersandar di pintu kaca.
"Mbak e, bayarnya kemarin kebanyakan, jadi hari ini sampai besok siap antar kemanapun, tidak usah bayar lagi."
"Kemarin sebenarnya saya ingin mengembalikan sama Mbak" "Tapi saya serba salah dengan suami Mbak."
Tutur Bambang.
"Mbak, saya mau tanya hal pribadi! tapi nuwon sewu jangan marah."
Ucap Bambang hati-hati, jangan sampai Rani tersinggung.
"Mau tanya apa?" Tanya Rani, tanpa menoleh.
"Sebenarnya ada masalah apa to! kok Mbak Rani sepertinya meninggalkan Rumah?"
"Tidak baik loh, seorang istri meninggalkan suaminya, apa lagi dalam keadan marah," Nasehat Bambang.
"Menurut Islam yang saya pahami istri meninggalkan suami adalah haram hukumnya."
Rani menoleh cepat menatap Bambang kemudian menunduk.
"Istri yang keluar rumah tanpa seizin suaminya maka ia akan mendapatkan laknat dari malaikat walau hanya dilakukan sedetik saja.."
"Rasulullah SWT berkata.
"Sesungguhnya Iblis meletakkan singgah sananya di atas air, kemudian ia mengutus bala tentara, maka yang akan menjadi pasukan orang yang paling dekat dengannya adalah orang yang paling banyak fitnah. Kata Bambang seperti seorang Ustadz.
"Lalu ada yang datang dan berkata, saya telah berbuat ini, dan itu." Maka iblis berkata" Engkau tidak berbuat apa-apa."
Kemudian ada yang datang lagi dan berkata,
"Saya tidak meninggalkan seorangpun kecuali telah aku pisahkan antara dia dengan istrinya,"
Maka Iblis mendekatkan dia dan berkata." Engkau sebaik baiknya pasukanku."
(HR Muslim no 2267)
"Maaf Mbak e, saya hanya mengatakan yang saya baca dari buku"
"Sebaiknya jika ada masalah segera di selesaikan." Nasehat Bambang.
Rani hanya diam, yang di katakan Bambang memang benar. Tetapi kembali lagi, Rani hanya manusia yang tidak luput dari salah.
******
Ditempat lain
"Ahahaha...gue berhasil!" "Akhirnya yang gue tunggu-tunggu selama ini, sebentar lagi akan menjadi milik gue."
"Akhirnya loe minggat juga! pembokat! ahahaha..."
lumayan buat nambah penghasilan tambahan 🙏😭😭😭