NovelToon NovelToon
Leonel Alastair

Leonel Alastair

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Kontras Takdir
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yu

Mengisahkan tentang perjalana kehidupan seorang anak bernama Leonel Alastair yang berasal dari keluarga Von Adler. Kecintaannya pada musik klasik begitu melekat saat dia masih kecil, demi nama keluarga dan citra keluarganya yang sebagai musisi.

Leonel menyukai biola seperti apa yang sering dia dengarkan melalui ponselnya. Alunan melodi biola selalu membawanya ke masa masa yang sangat kelam dalam hidupnya.

Namun perlahan seiringnya waktu berjalan, kehidupan dan minatnya berubah. Dengan bantuan seorang kakak angkat Raehan dia memiliki tujuan baru, dengan tujuan tersebut dia bertemu seseorang yang menempati hatinya.

Bromance!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17: "Di Bawah Langit Senja"

Malam sudah larut ketika Raehan dan Leonel tiba di rumah orang tua mereka. Langit di luar tampak bertabur bintang, dan suasana rumah terasa tenang, seolah-olah seluruh desa sedang terlelap dalam mimpi yang damai. Raehan memutuskan untuk tidur di sini malam ini, meskipun besok ia harus kembali ke kota untuk kuliah. Namun, sesuatu di dalam dirinya membuatnya ingin tetap berada di dekat Leonel.

Leonel, yang sudah terlihat lelah setelah seharian bermain di air terjun, masuk ke kamar dan langsung merebahkan diri di kasur. Pikirannya berkecamuk, tetapi tubuhnya terlalu letih untuk bertindak lebih. Ia memejamkan mata, berharap tidur segera menyambutnya. Sementara itu, Raehan masih duduk di tepi tempat tidur, matanya terus mengamati wajah adiknya.

Raehan menarik napas dalam, pandangannya tak lepas dari wajah Leonel yang tampak tenang dalam tidur. Mengapa Leonel bisa begitu... indah? pikir Raehan, perasaan aneh berputar dalam hatinya. Setiap kali melihat Leonel tertidur seperti ini, ada dorongan lembut dalam dirinya untuk melindungi adiknya, namun kali ini rasanya berbeda—lebih mendalam, lebih intens.

Perlahan, Raehan mengulurkan tangan, menyentuh wajah Leonel dengan lembut, membelai pipinya yang halus. "Kenapa kamu... punya wajah seperti ini, Leonel?" bisik Raehan, suaranya hampir tak terdengar. Wajah Leonel yang damai di bawah cahaya bulan tampak sangat lembut, namun di balik ketenangan itu, ada kesan dingin yang membuat Raehan merinding.

Raehan merasa dadanya berdebar. Mengapa aku merasa seperti ini? pikirnya, bingung dengan perasaan yang muncul. Saat jari-jarinya menyusuri garis wajah Leonel, Raehan hampir lupa dirinya masih berada di sini, di kamar adiknya, dalam keheningan malam.

Namun tiba-tiba, Leonel membuka matanya perlahan. Matanya yang besar dan indah menatap langsung ke arah Raehan, membuatnya terperangah.

"Ada apa, Raehan? Kenapa kamu suka menatap wajahku?" tanya Leonel dengan suara serak, setengah sadar tapi cukup tajam untuk membuat Raehan kaget.

Raehan tertegun, jantungnya berdetak cepat. "Eh, nggak... nggak ada apa-apa, Leonel," jawab Raehan terbata-bata, merasa gugup karena ketahuan. "Kamu... tidur aja. Besok pagi kita ada kegiatan."

Leonel memandang Raehan sebentar, sebelum berbalik dan berusaha memejamkan mata lagi. Namun, rasa kantuk tak kunjung datang. Leonel berbaring dengan pandangan kosong, memikirkan banyak hal. Suasana di kamar begitu hening, hanya suara angin yang menerpa lembut dari luar jendela.

"Raehan..." Leonel akhirnya membuka suara setelah beberapa menit sunyi. "Apa kamu tahu kenapa aku suka menyendiri?"

Raehan yang semula berusaha memejamkan mata, membuka matanya lebar-lebar dan menatap punggung Leonel. "Kenapa, Leonel?" tanyanya, suaranya penuh perhatian.

Leonel menarik napas panjang. "Waktu kecil, aku sering dibenci oleh Gento dan kakek. Mereka selalu bilang aku nggak pantas. Julian juga nggak pernah membela aku. Papah selalu sibuk dengan urusan bisnis, dan mamah... dia lebih sibuk dengan musiknya. Nggak ada yang pernah peduli..."

Raehan terdiam mendengar cerita adiknya. Selama ini ia tidak tahu kalau Leonel memendam luka sebesar itu. Ia hanya tahu Leonel selalu tampak kuat di depannya.

"Tapi..." lanjut Leonel, suaranya mulai bergetar. "Morgan berbeda. Dia... selalu peduli padaku. Dia selalu ada saat aku butuh. Bahkan, saat aku merasa nggak ada yang mengerti aku, Morgan tetap ada."

Nama Morgan terlintas di telinga Raehan, membuatnya merasa aneh. Ada sedikit rasa cemburu yang tiba-tiba menyusup ke dalam dirinya. Kenapa harus Morgan? Kenapa bukan aku? pikir Raehan, hatinya tak nyaman.

"Morgan suka fotografi," lanjut Leonel dengan nada yang lebih ringan. "Dia selalu bilang, dia ingin mengabadikan momen-momen indah. Mungkin itu sebabnya dia selalu bisa melihat yang baik dalam diriku, bahkan saat aku merasa nggak ada apa-apa yang bagus dalam hidupku."

Raehan mendengarkan dengan hati yang berdesir. Rasa cemburu itu semakin menguat, tapi ia menahannya. Ia tak ingin merusak momen ini dengan emosinya sendiri. Akhirnya, dengan suara yang tenang tapi penuh makna, ia bertanya, "Menurutmu, Leonel... di antara aku dan Morgan, siapa yang lebih baik?"

Leonel terdiam sebentar, seolah memikirkan jawaban yang tepat. Namun, dengan kecerdasan yang selalu dimilikinya, Leonel menjawab tanpa sedikit pun membuat Raehan merasa tersakiti. "Kamu dan Morgan berbeda, Raehan. Morgan mungkin melihat hal-hal yang nggak kamu lihat, tapi kamu... kamu adalah satu-satunya yang selalu membuatku merasa aman, apa pun yang terjadi."

Raehan tertegun mendengar jawaban itu. Seketika, rasa cemburu dalam dirinya menghilang, digantikan oleh kehangatan yang lembut. Ia tahu, meski ada orang lain yang peduli pada Leonel, hanya dia yang memiliki tempat khusus di hati adiknya. Tempat yang tak bisa diisi oleh siapa pun.

Dengan perasaan yang damai, Raehan tersenyum dan menarik selimut menutupi tubuh Leonel. Ia lalu berbaring di samping adiknya, memeluknya erat seolah tak ingin melepaskannya.

Malam itu, di bawah langit senja yang mulai menghitam, Raehan dan Leonel tertidur bersama. Suara napas Leonel yang tenang dan ritmis menenangkan hati Raehan, sementara detak jantung Raehan yang hangat menjaga Leonel dari rasa dingin malam.

1
Prince'$
heeh tiba-tiba aja suka, teman? kalian kan kakak adik?. tapi gak papa
Prince'$
wah aku kira Julian anak kandung mereka loh, tapi ternyata
Prince'$
Ahh, raehan sama Leonel sweet banget sih/Kiss/
Prince'$
ceritanya oke sih. semangat thor buat karya yang lainnya/Determined/
Prince'$
Leonel kamu bisa, pasti bisa jangan ragu begitu yah sayang.
Prince'$
Kakek sama Gento nyebelin banget sih!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!