Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 - Pilihan yang Tak Mudah
Lorong dingin itu sunyi. Hanya napas Nathan yang terdengar terputus-putus di tengah ketegangan. Ia berdiri di antara Adrian dan wanita yang mengaku sebagai ibunya, sementara Marcus tetap memandang dengan mata penuh rencana.
Adrian berusaha menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Bagaimana mungkin wanita yang selama ini ia yakini telah meninggal berdiri di hadapannya? Tatapannya yang dulu hangat kini dingin dan penuh misteri.
> Adrian, pelan tapi tegas: "Apa maksud semua ini? Kau bekerja dengan Marcus? Kau mengkhianati anak kita?"
Wanita itu, tersenyum tipis: "Aku tidak pernah mengkhianati Nathan. Semua yang aku lakukan adalah untuk melindunginya."
Nathan, bingung: "Melindungi dari apa, Bu? Apa yang sebenarnya terjadi?"
Marcus tertawa kecil, memecah suasana.
> Marcus: "Sepertinya keluarga kecil ini butuh waktu untuk reuni. Tapi, maaf, kita tidak punya banyak waktu. Nathan, kau harus ikut denganku."
Nathan mundur, tubuh kecilnya bergetar. Adrian langsung melangkah di depannya, melindungi anaknya dengan tubuhnya sendiri.
> Adrian: "Kau tidak akan menyentuhnya, Marcus. Jika kau ingin sesuatu, kau harus melewati aku dulu."
Wanita itu melangkah maju, berdiri di antara Marcus dan Adrian.
> Wanita itu: "Berhenti, Adrian. Kau tidak tahu apa yang kau hadapi. Kau pikir ini hanya tentang Nathan? Ini lebih besar dari yang kau bayangkan."
---
[Scene 1 - Kebenaran yang Terungkap]
Nathan memandang ibunya dengan penuh kebingungan.
> Nathan: "Ibu, apa yang Ibu sembunyikan dariku? Aku ingin tahu semuanya."
Wanita itu: "Nathan, kau adalah anak yang luar biasa. Kau spesial. Kau... hasil dari sesuatu yang tidak biasa."
Nathan, kaget: "Apa maksudnya? Aku anak normal!"
Marcus menyela dengan suara dinginnya.
> Marcus: "Tidak, Nathan. Kau adalah keajaiban. Otakmu mampu menyerap informasi dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh manusia biasa. Kau bukan hanya anak genius. Kau adalah prototipe masa depan."
Adrian langsung menyela dengan penuh kemarahan.
> Adrian: "Diam, Marcus! Kau tidak berhak bicara tentang anakku seperti itu."
Namun, wanita itu mengangkat tangan, meminta Adrian untuk tenang.
> Wanita itu: "Adrian, dengarkan aku. Nathan tidak hanya spesial. Dia adalah hasil eksperimen. Aku dan Marcus adalah bagian dari tim yang menciptakan potensi ini."
Kata-kata itu membuat Nathan tertegun.
> Nathan: "Eksperimen? Jadi aku hanya sebuah proyek? Aku bukan manusia biasa?"
Air mata mulai menggenang di mata anak itu. Adrian mendekapnya erat, mencoba memberikan rasa aman.
> Adrian: "Tidak, Nathan. Kau adalah anakku. Kau lebih dari sekadar eksperimen. Kau adalah manusia dengan hati dan jiwa."
---
Marcus melangkah maju, senyum liciknya semakin lebar.
> Marcus: "Nathan, kau punya dua pilihan sekarang. Tetap bersama ayahmu yang tidak tahu apa-apa tentang potensimu, atau ikut denganku dan ibumu untuk menjadi sesuatu yang lebih besar."
Adrian menatap Marcus dengan tatapan tajam.
> Adrian: "Kau tidak akan membawa anakku ke mana pun."
Marcus: "Kau pikir kau bisa melindunginya selamanya? Dunia akan tahu tentang dia cepat atau lambat. Aku hanya menawarkan kesempatan agar dia bisa memanfaatkan potensinya sepenuhnya."
Nathan memandang ibunya dengan mata penuh harapan sekaligus ketakutan.
> Nathan: "Ibu, apa yang Marcus katakan itu benar?"
Wanita itu: "Nathan, ini bukan tentang benar atau salah. Ini tentang apa yang terbaik untukmu."
---
Adrian tahu dia harus mengambil langkah cepat. Waktu tidak berada di pihak mereka, dan Marcus semakin mendekat. Ia berbisik pelan pada Nathan.
> Adrian, pelan: "Nathan, dengarkan aku. Jangan percaya mereka. Kau adalah dirimu sendiri. Kau punya pilihan, dan aku akan selalu ada untukmu."
Tiba-tiba, sirene berbunyi keras, memecah ketegangan. Marcus tampak terganggu sejenak.
> Marcus: "Sepertinya tamu tak diundang lainnya sudah datang. Kita harus pergi sekarang."
Beberapa pria bersenjata muncul di lorong, tapi Adrian bergerak cepat. Ia menembak lampu-lampu di langit-langit, menciptakan kegelapan total.
> Adrian: "Riko, bawa Nathan keluar dari sini!"
Riko, dengan cepat: "Ayo, Nathan! Kita harus pergi!"
Nathan berlari bersama Riko, meninggalkan Adrian dan ibunya di belakang.
---
Di tengah kegelapan, Adrian berhadapan dengan wanita itu.
> Adrian: "Apa yang kau inginkan sebenarnya? Kenapa kau membiarkan Marcus memanipulasimu?"
Wanita itu: "Kau tidak mengerti, Adrian. Dunia ini lebih kejam dari yang kau bayangkan. Aku hanya ingin Nathan punya masa depan yang aman."
Adrian: "Dengan mengorbankan kemanusiaannya? Kau sudah kehilangan arah."
Wanita itu terdiam sejenak, sebelum akhirnya berkata dengan suara pelan.
> Wanita itu: "Aku tidak pernah berhenti mencintai Nathan. Tapi aku juga tahu bahwa kau tidak akan pernah setuju dengan apa yang aku lakukan. Jadi, ini akhirnya."
Tiba-tiba, ledakan kecil terjadi di ujung lorong, menciptakan getaran hebat. Marcus berteriak dari kejauhan.
> Marcus: "Kita pergi sekarang, atau semuanya akan runtuh!"
Wanita itu memandang Adrian untuk terakhir kalinya, sebelum berlari mengikuti Marcus.
---
Adrian berhasil keluar dari bangunan itu dan menemukan Nathan bersama Riko di tempat aman. Tapi ketegangan belum berakhir.
> Nathan, dengan suara pelan: "Ayah, aku merasa ini belum selesai. Aku masih bisa mendengar suara Ibu... dan Marcus."
Adrian memandang Nathan dengan penuh kekhawatiran.
> Adrian: "Kita akan melawan mereka, Nathan. Kau tidak sendirian. Kau punya aku dan Riko."
Namun, saat mereka berjalan menuju mobil, ponsel Adrian berbunyi. Sebuah pesan masuk:
"Ini belum selesai. Nathan milikku. -M"
Adrian menggenggam ponselnya erat, mengetahui bahwa ancaman baru saja dimulai. Di kejauhan, mata-mata rahasia Marcus terus mengawasi mereka.
Marcus belum menyerah. Wanita yang Adrian cintai tampaknya telah memilih sisi lain. Dan kini, Nathan harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya adalah pusat dari konflik besar yang belum sepenuhnya ia pahami. Apa langkah Marcus selanjutnya? Akankah Adrian bisa melindungi Nathan dari bahaya yang terus mengintai?