WARNING BUKAN UNTUK BOCIL ❤️❤️
YANG DIBAWAH UMUR
MOHON UNTUK JANGAN BACA NOVEL INI!!
KARENA INI NOVEL KHUSUS UNTUK KAUM IYA-IYA 😝
TERIMA KASIH!! SELAMAT MEMBACA!!
ANNABELLA TASYA KUSUMA pegawai di salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang terletak di Jakarta ini sudah mengabdi di perusahaannya selama hampir 4 tahun.
Pekerjaannya lancar dan mengasyikan. Dia sangat mencintai pekerjaannya. Dia orang yang mudah bergaul, itu yang membuat dia sangat akrab dengan rekan-rekan di devisinya, yaitu devisi keuangan.
Tapi semua itu berubah, ketenangan di usik. Dia merasa diawasi, dikekang, dan diperlakukan tidak adil oleh CEO baru di perusahaannya.
Mampukah Tasya bertahan, atau Tasya memilih untuk keluar dari perusahaan nya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ssyptr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 31 - TERBANG
YUK SEBELUM BACA PASTIKAN SUDAH
LIKE
COMMENT
VOTE
DAN JANGAN LUPA BERIKAN BINTANG l
LIMA.
SUPAYA AUTHOR-NYA BERSEMANGAT DAN RAJIN UPLOAD.
TERIMA KASIH CINTA-CINTAKU.
---------------------------------------------
Vanda hanya tersenyum kecil melihat calon mertuanya membenci Tasya. Lalu Vanda menghampiri Rinda dan mengelus punggung Rinda dengan lembut. "Mom sudah, jangan ribut dirumah Sean. Lebih baik mom menyusul Daddy. Aku akan hidangkan Bolu keju untuk Sean. " kata Vanda lembut.
Rinda mengangguk lalu menghadap Vanda dengan senyum kecilnya. "Mom minta tolong ya Vanda." Vanda hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.
Melihat Rinda yang sudah menjauh dari dapur, Vanda langsung melancarkan aksinya. Ia mendekati Tasya dengan senyum liciknya. "Lo denger sendiri kan apa yang Sean bilang. Lo itu cuma jal*ng, jadi mending Lo pergi dari sini. Kehadiran Lo sama sekali ga diharapkan disini."
Setelah mengatakan itu Vanda pergi meninggalkan Tasya yang termenung didepan dapur.
"Hiks...hiks....sudah saatnya aku pergi..." gumam Tasya.
---------------------------------------------
Tasya mengemudikan mobilnya cepat, yang ada dipikirannya saat ini adalah pulang untuk memenangkan diri.
Setelah 20 menit berkendara, Tasya sampai di mansion milik mendiang orang tuanya. memarkirkan mobilnya secara acak lalu sedikit berlari memasuki rumahnya.
"Lula...hiks...lulaa...hiks..." teriak Tasya diiringi dengan tangisannya.
Lula yang sedang berada di kamarnya sambil memainkan Handphone nya langsung tersedak bangun dan berlari menuju Tasya.
Ia menuruni anak tangga dengan cepat lalu mencari-cari keberadaan kakaknya. "Ada apa kak ?"
Tasya langsung memeluk adiknya sambil menangis. "Hiks....hiks...hutang kita sudah dibayarkan...hiks.."
Lula mendengar itu langsung tersenyum sumringah. "Syukurlah kak, apa sekarang kita bisa meninggalkan Jakarta dan tinggal di kota lain?" tanya Lula beruntun.
Tasya menggeleng dan semakin terisak. "Maafkan kakak, yang membayar hutang....hiks...Tante Mega...hiks..itu Sean..hiks... laki-laki yang sudah menculikmu dan memperk*sa kakak."
Lula membulatkan matanya, dan air matanya mengalir deras. "Terus...hiks..kita harus..hiks bagaimana ?"
Tasya menggeleng ia sudah tak tahu lagi harus bagaimana lagi. "Aku harus bagaimana lagi ? aku harus minta tolong pada siapa lagi ? Dylan...aku membutuhkan mu." batin Tasya.
"Kak jika kita cuma diam saja...hiks..hiks...dan menangis, kita gak bakalan nemu jalan keluarnya. Aku sudah menaruh semua barang kita kedalam koper. Kita...hiks...harus pergi dari rumah ini segera." tutur Lula sembari menangis.
Tasya menggeleng cepat "Kakak takut, kamu nanti dijahatin sama orang....hiks...hiks... keluarga kakak cuma ada kamu...cuma kamu sayang." tutur Tasya lembut.
Lula berdecak malas. "Apa kakak mau menjadi budak nya terus ?" Tasya menggeleng cepat.
"Apa kakak mau dianggap sebagai pela*ur ?" Tasya kembali menggeleng.
"Apa kakak ma..."
"Enggak Lula, kakak...hiks...gak mau...hiks...hiks..." Tasya terus menangis kencang.
Lula menggosok lembut punggung Tasya dan menenangkannya. "Husttt, tenangkan diri kakak. Ayo kita pergi dari sini, kita akan memesan tiket pesawat secara online nanti bi...." Ucapan Lula terpotong karena kakak ya yang memuntahkan sesuatu di ruangan itu
"Hoek.....Hoek....Hoek..."
"Tuh kan, kakak kebanyakan nangis sampe jadi muntah-muntah gini."
Tasya lari menuju wastafel lalu memuntahkan isi perutnya lagi.
"Hoek...Hoek...Hoek..."
Lula dengan cekatan memijit tengkuk leher Tasya, agar lebih memudahkan Tasya mengeluarkan isi perutnya.
"Udah enakan kak ?" tanya Lula. Tasya hanya mengangguk mengiyakan tanpa menjawab.
"Kepala kakak sakit dek, kakak tadi muntah hanya keluar air saja. Badan kakak serasa lemas banget." ujar Tasya.
Lula menggelengkan kepalanya pelan. "Sekarang kakak tidur, aku yang pesan grab sama tiket pesawat. Soal mobil kakak nanti kita kirim pake kapal aja ya."
Tasya hanya mengangguk mengiyakan ucapan Lula, ia tak punya tenaga lagi untuk membalas ucapan Lula.
"Semoga ini awal yang baik untuk kita berdua kak." batin Tasya.
---------------------------------------------
"Sean, jadi gimana ? kapan kamu mau tunangan sama Vanda." tanya Rinda.
Sean melirik ibu angkatnya sekilas lalu menghela nafas. "Terserah mom saja."
Albert menganggukan kepalanya singkat. "Bagaimana jika besok Sean ?"
Vanda dan Rinda saling lirik lalu tersenyum singkat. "Iya Dad, Vanda setuju dengan usul Dad." jawab Vanda dengan senang.
Sean berdiri lalu menatap mereka bertiga yang duduk disofa ruang keluarga. "Jangan membuatku berbicara dua kali."
Setelah mengatakan itu Sean berjalan meninggalkan kedua orang tua angkatnya yang menggerutu kesal sedangkan Vanda tengah tersenyum sumringah.
---------------------------------------------
Keesokan harinya, dua wanita cantik tengah berada di bandara tengah menunggu jam check-in nya.
"Kamu beneran kita mau pergi Malang ?" tanyanya.
Lula mengangguk mantap lalu menatap sang kakak dengan penuh semangat. "Iya kak aku yakin. Kita harus bisa mencari pekerjaan dan sukses."
Tasya menatap adiknya dengan sayang. "Cuma kamu kekuatan kakak."
Lula lantas memeluk Tasya dengan erat seolah-olah tak ingin meninggalkannya. "Aku juga menyayangi kakak."
Setelah menunggu 20 menit, pesawat yang akan ditumpangi mereka berdua akan lepas landas. "Kak ayo cepet, nanti kita terlambat."
Mereka berdua berlari terburu-buru takut tertinggal pesawat. Tasya terasa sangat kecapean, entah mengapa beberapa hari ini Tasya merasa badannya mudah sekali kelelahan.
"Huft, capek ya kak lari-lari gitu hahahah." ujar Lula tertawa saat mereka berdua sudah duduk di bangku penumpang.
"Kamu itu gimana sih, kok pilih tempat duduk pisah gini. Kan kakak maunya duduk sama kamu." gerutu Tasya kesal.
Lula mengerutkan dahinya bingung, "Kakak apaan sih, akhir-akhir ini sensitif banget." batin Tasya.
Lula menghela nafas sebentar lalu menatap kakaknya malas. "Kak udahlah terima aja, sekarang udah mau masuk liburan, jadi ya banyak yang berlibur. Dan aku cuma bisa dapet tempat duduk ini."
"Tapi kan...." ucapan Tasya terpotong ketika ada seseorang yang menepuk pundaknya.
"Kamu yang di Bank itu kan ?" tanya seorang pria dengan senyum sumringah.
"LAH??!? PAK POLISI ?!?" teriak Tasya.
---------------------------------------------
BERSAMBUNG
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN ❤️
KALO SUKA BOLEH YA SEKALIAN DI VOTE
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA
SEMOGA SUKA YA SAMA CERITA INI.
DUKUNG CERITA INI DENGAN CARA VOTE+KOMEN+LIKE.