Alyssa tidak menyangka jika kedatangan nya kerumah sang mertua adalah untuk diceraikan oleh sang suami. Dan lebih tragisnya lagi, disaat ia dijatuhi talak 1 itu disaksikan langsung oleh calon istri baru dari suaminya. Tanpa disangka-sangka ia menjadi Janda dalam hitungan menit. Apa alasan sang suami menceraikan Alyssa? itu semua karena Alyssa tidak bisa menjaga penampilan nya sehingga memiliki badan gendut tak terawat. Hal itu lah yang memicu keinginan cerai dari suami nya. Padahal ia gendut karena ada faktor penyebabnya, namun semua itu disangkal oleh Reza, suami Alyssa. Dia tetap ingin berpisah.
Bagaimana kah kehidupan Alyssa setelah diceraikan secara tiba-tiba oleh suami nya? Bisa kah Alyssa bangkit dari keterpurukannya? mari kita temani perjalanan hidup Alyssa selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saras Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 - Siapa Kamu Berani Menyentuh Wanita Saya?
POV Alyssa
Pagi ini aku kembali menuju ke rumah sakit dimana pak Darren di rawat. Hari ini dia sudah di perbolehkan pulang.
Sesampainya di rumah sakit aku langsung menuju ke ruang perawatan pak Darren. Namun tiba-tiba seseorang menarik tangan ku dari belakang.
Saat aku menoleh, ternyata wanita yang kemarin lah yang menarik ku. Aku menatap bingung pada wanita yang berpenampilan seksi itu.
" Ada yang mau gue bicarain sama lo? " ucap wanita yang bernama Raisa itu.
Aku hanya menaikan alis kanan ku, menunggu Raisa berbicara.
" Gue tau lo bukan calon istri Darren kan? Lo itu cuma sekretaris dia kan? " Raisa bertanya dengan ekspresi yang sangat menyebalkan.
" Menurut lo? Kalau lo mau tau gue siapa, mending tanya aja langsung ke pak Darren. Gue nggak kenal sama lo dan gue juga nggak punya urusan sama lo. " aku berniat berbalik meninggalkan nya namun lagi-lagi dia menarik tangan ku dengan kasar.
Aku sedikit melotot pada wanita menyebalkan itu. Dia yang di tolak aku yang repot.
" Gue yakin lo yang nge goda Darren kan? Secara tipe wanita Darren itu nggak kayak lo. Dari atas sampe bawah nggak ada yang menarik. " dengan ekspresi menghina dia menatap ku dari atas ke bawah.
Aku mengepalkan kedua tangan ku. Rasanya ingin sekali aku menonjok wajah menor nya itu.
" Oh ya gue nggak menarik? Terus menurut lo tipe pak Darren itu yang kayak lo gini? Mimpi woi. Kalau pak Darren suka cewek menor kayak lo itu, udah pasti dia bakalan mau sama lo. Lah ini boro-boro mau, ngelirik lo aja dia nggak mau. " aku membalas ucapan nya sambil menatap sinis wanita stres ini.
Aku melihat wajah nya memerah seperti menahan marah. Saat dia akan bicara, seorang perawat menghampiri kami.
" Maaf, jangan berbicara terlalu nyaring. Ini rumah sakit, banyak pasien yang membutuhkan ketenangan. " ucap perawat itu sambil bergantian menatap padaku dan Raisa.
" Maaf, kalau begitu saya permisi dulu. " aku menggunakan teguran perawat itu untuk pergi meninggalkan Raisa.
Bisa emosi kalau aku terus meladeni ucapan tidak penting nya itu. Dan bisa-bisa nya dia percaya kalau aku benar-benar calon istri pak Darren.
Sesampainya aku di depan ruang perawatan bos ku itu, aku langsung membuka pintu dan masuk. Aku melihat pak Darren sedang memasukkan pakaian nya yang di simpan dalam lemari kecil di sudut ruangan. Aku segera menghampiri untuk membantu nya.
" Pagi, pak. Maaf saya agak terlambat datang." sapa ku pada pak Darren yang hanya di jawab dengan anggukan.
Aku tidak berniat menceritakan tentang Raisa tadi. Bagi ku itu bukan lah hal yang penting. Walaupun semua gara-gara bos ku ini bicara sembarangan dengan mengatakan aku calon istri nya, tapi aku yakin dia terpaksa mengatakan itu agar tidak lagi di ganggu oleh wanita stres itu. Kalau mengingat apa yang dikatakan nya tadi, rasa nya aku ingin menjambak rambut nya itu.
Tak lama seorang perawat masuk.
" Permisi, karena pasien di perbolehkan pulang hari ini, tolong administrasi nya di urus dulu ya pak, bu. Ini berkas nya, dan untuk pasien silahkan tunggu visit terakhir dokter untuk kembali memastikan keadaan pasien. " jelas si perawat yang bertubuh langsing itu.
" Terima kasih. Sebentar saya akan urus administrasi nya. " jawab ku karena sudah pasti pak Darren tidak akan menjawab.
Si perawat hanya tersenyum lalu pamit pergi. Aku juga langsung ijin untuk mengurus sisa administrasi pak Darren.
Hanya membutuhkan waktu 15 menit, aku sudah kembali ke ruang perawatan pak Darren.
" Dokter nya belum datang ya pak? " tanya ku karena melihat pria itu duduk di sofa.
Infus nya sudah dilepas tadi malam, sehingga pria itu bebas berjalan kemana saja.
" Belum. " hanya jawaban singkat itu yang aku dengar.
Aku hanya mengangguk. Lalu kembali memeriksa barang-barang yang mungkin belum di masukkan ke dalam tas. Setelah memastikan semua barang sudah di masukkan, aku menyimpan tas baju berukuran sedang itu ke atas sofa. Aku juga menanyakan apa ada barang yang perlu di masuk kan lagi tapi pak Darren menjawab tidak ada hanya tinggal menunggu dokter saja. Lalu pria itu bangkit dan menuju ranjang pasien dan duduk disana.
Aku pun duduk tapi di sofa. Tak lama pintu kembali terbuka dan terlihat dokter yang masuk. Setelah memastikan kondisi pak Darren stabil, kami langsung pulang menuju rumah pak Darren.
Ya, aku akan menemani pak Darren sampai menuju rumah nya. Karena tante sarah sedang tidak enak badan, sehingga aku menawarkan diri untuk membantu kepulangan bos ku itu. Bukan apa, aku merasa berhutang nyawa pada pak Darren. Sehingga berusaha membantu sebisa ku.
Beberapa puluh menit kemudian kami sampai di rumah pak Darren. Aku takjub melihat rumah 3 tingkat di depan ku ini. Setelah mendengar pintu di samping ku tertutup, aku langsung keluar menyusul pak Darren yang sudah lebih dulu keluar.
Pak Darren langsung menekan bel, dan tak lama pintu terbuka. Terlihat tante Sarah menyambut kepulangan putra nya dengan senyum hangatnya. Walaupun wajahnya kelihatan sedikit pucat, tapi tante Sarah tetap berusaha menampilkan senyum nya.
Aku mengikuti pak Darren dari belakang nya. Tante Sarah langsung meminta ku duduk di samping nya. Aku pun menurut dan kami mengobrol hingga tidak menghiraukan pak Darren yang pergi entah kemana, mungkin ke kamar nya.
Tante Sarah bertanya ini itu, dan aku menjawab nya dengan senang hati. Hingga tiba-tiba tante Sarah menceritakan tentang Raisa, aku sedikit gugup takut jika apa yang terjadi tadi pagi di rumah sakit di ketahui oleh nya. Tapi tak lama, pembicaraan mengalir ke arah privasi keluarga mereka.
Aku sedikit terkejut saat mendengar tentang siapa Arra sebenarnya. Aku tidak menyangka jika Arra bukan lah anak kandung pak Darren, melainkan anak dari adik pak Darren yang sudah meninggal. Aku ikut merasakan kesedihan yanh tante Sarah rasakan.
Tiba-tiba dari belakang suara pak Darren mengalihkan perhatian kami.
" Aku ingin bicara. " ucap pria itu lalu duduk di sofa yang ada di depan kami.
Aku yang berpikir jika ini adalah pembicaraan antar keluarga, memutuskan untuk pamit pulang. Namun yang tidak terduga, pak Darren meminta ku untuk tetap disini karena aku juga harus mendengarkan apa yang akan dia bicara kan.
Walaupun dengan perasaan bingung dan penasaran yang menjadi satu, aku menurut dan tetap duduk di samping tante Sarah.
" Aku mau melamar kamu, Sa. Aku mau kamu jadi istriku. "
Aku tentu syok mendengar ucapan bos ku itu. Tidak ada angin tidak ada hujan, tapi tiba-tiba meminta ku untuk jadi istri nya. Apa-apaan ini? Apa ini efek dari kepala nya yang kejatuhan kayu kemarin?
Aku menanyakan maksud pria itu, namun dia tetap mengatakan ingin aku menjadi istri nya.
" Ren, kamu ini nggak ada romantis-romantis nya. Melamar anak orang kok kayak mau ngajak kerja sama klien aja. Dasar kamu ini. Liat Alyssa sampe syok kayak gini " tante Sarah bukan nya terkejut mendengar anak nya melamarku, malah terlihat senang.
Sungguh aku bingung. Dan lagi pula, aku tidak pernah kepikiran untuk menikah lagi setelah kegagalan ku yang dulu. Ada sedikit trauma.
Setelah bisa mengontrol perasaan ku, aku memberanikan diri untuk menolak dan mengatakan alasan ku menolak. Tapi jawaban pria itu membuat ku terdiam.
" Mantan suami mu itu yang br3ngsek, kenapa aku yang tidak di percaya? Apa aku terlihat sama br3ngsek nya dengan pria itu? Dan soal pernikahan, jika dulu kamu gagal, itu bukan kesalahan kamu sepenuh nya. Kesalahan kamu cuma satu, salah memilih pria. Selebihnya memang mantan kamu itu yang tidak bisa bersyukur. " ucap nya panjang lebar yang benar-benar membungkam mulutku.
Ingin membantah, tapi apa yang dia ucapkan juga benar.
" Nak, tante tau ini terlalu tiba-tiba untuk kamu. Tapi kamu bisa pikirkan lebih dulu dan memberi kesempatan untuk anak tante. Sebenarnya tante juga pengen kamu jadi menantu tante, tapi tante juga nggak bisa memaksa kamu. Jadi, kalau bisa kamu pikirkan dulu ya. " tante Sarah menggenggam tangan ku. Memberi keyakinan yang sama sekali tidak aku miliki.
Aku ragu. Walau aku sedikit mengetahui bagaimana karakter pak Darren, tapi tetap saja aku tidak tau bagaimana sifat sebenarnya pria ini.
Aku benar-benar bingung, tapi genggaman tante Sarah dan juga senyuman nya sedikit bisa menenangkan perasaan ku.
Aku menatap pak Darren, dan pria itu juga menatap ku. Aku ingin menyelami hati nya melalui sorot mata nya, apakah ada kebohongan disana? Tapi aku tidak menemukan nya.
" Tante, bisa kasi saya waktu untuk berpikir? Saya belum bisa menjawab apapun sekarang. " tanya ku pada tante Sarah, karena aku terlalu gugup untuk bicara dengan pak Darren.
" Baiklah. Yang penting pikirkan ini dalam keadaan hati yang tenang. Selain itu, biarkan Darren juga membuktikan keseriusan nya. Biarkan dia berusaha untuk menyakinkan kamu. Jika dia berhasil, tante yakin kamu akan menerima lamaran Darren. " jawab tante Sarah yang membuatku sedikit lega karena tidak harus menjawab nya sekarang.
Aku pun mengangguk dan kembali menatap pak Dareen. Entah kenapa aku jadi sering melihat ke arah pria itu.
...****************...
" Halo, Sa. Lo dimana? " tanya Bella yang menelpon ku saat aku baru selesai mandi.
Aku sudah di apartement ku sejak siang tadi. Setelah pembicaraan mengejutkan dari pak Darren, aku memutuskan untuk pulang dengan alasan ada janji, padahal aku ingin pulang dan mengistirahatkan diri dan otak ku.
" Halo, Sa! Lo dengerin gue nggak sih? " ucap Bella yang menyadarkan ku dari ingatan tentang pak Darren.
" Iya gue denger. Gue lagi di apart, kenapa emang nya? " aku menjawab Bella sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk.
" Jalan ke mall yok. Mumpung weekend nih. "
" Duh, sorry ya Bell. Gue lagi nggak enak badan, pengen istirahat aja hari ini. Sorry ya. " aku menolak ajakan Bella karena merasa tidak mood untuk pergi kemana pun.
Badan dan pikiran ku lelah karena kejadian hari ini.
" Yaahhhh, sayang banget kita nggak bisa hangout bareng. Tapi yaudah, nggak apa-apa, lo istirahat aja. "
Aku hanya mengiyakan dan akhir nya panggilan terputus.
Setelah rambut ku cukup kering aku beranjak menuju ranjang. Aku ingin merebahkan diri.
Baru beberapa menit aku berbaring, aku ketiduran. Hingga sore hari baru aku terbangun.
...****************...
[ Aku di depan. ]
Pesan dari pak Darren membuat ku bingung. Apa maksudnya di depan? Di depan mana? Masa di depan gedung apartement ku?
[ Maksud nya di depan apa ya pak? ]
Aku membalas pesan pria itu sambil menyelesaikan sarapan ku. Tak lama suara pesan masuk terdengar.
[ Aku jemput kamu, dan aku sudah di luar gedung apartement kamu. ]
Aku melotot membaca balasan dari pak Darren. Pria itu menjemput ku? Untuk apa?
Aku terburu-buru menyelesaikan makan ku, dan langsung keluar dari apartement. Namun saat di lobi, aku kembali bertemu dengan seseorang yang sudah membuatnya di permalukan beberapa minggu lalu.
Aku akan menghindar dari pria itu. Aku tidak mau terkena masalah lagi kedepan nya.
Namun sayang, pria itu malah menghampiri ku seperti memang sedang menunggu ku.
Aku berusaha untuk tidak menghiraukan nya, dan terus berjalan melewati Reza. Ya pria yang ku lihat itu adalah mantan suami ku.
Reza mengejarku yang sudah berhasil keluar dari gedung apartement. Saat aku berusaha mencari dimana pak Darren menunggu, tangan ku di tarik dsri belakang.
Saat aku menoleh ternyata itu adalah Reza. Aku menepis kasar tangan pria itu yang masih memegang tangan ku.
Aku menatapnya dengan tajam. Ingin rasanya aku membalas tamparan yang istri nya berikan pada ku ke pria di hadapan ku ini.
" Sa, aku mau ngomong sebentar. Tolong dengerin aku dulu. "
Aku membuang muka, rasa nya sangat memuak kan melihat wajah pria ini.
" Sa, aku mau minta maaf kalau beberapa minggu yang lalu Clara ada ganggu kamu. Aku beneran nggak tau kalau Clara ngedatangin kamu. "
Reza mengatakan itu dengan raut wajah penuh penyesalan. Aku semakin muak. Tanpa menjawab ucapan nya, aku berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Reza.
Tapi baru beberapa langkah, pria itu menarik ku masuk ke dalam pelukan nya. Pelukan yang dulu sangat aku suka, tapi kini sangat aku benci.
Aku memberontak berusaha melepas pelukan yang tidak seharusnya terjadi ini.
" Sa, aku minta maaf. Aku masih cinta sama kamu, Sa. Aku belum melupakan kamu. "
Reza semakin mengeratkan pelukan nya, aku menangis karena tidak bisa lepas dari pelukan pria ini.
Tapi tak lama aku kembali merasa ada yang menari ku dari pelukan Reza. Dan saat aku melihat orang yang menarik ku ternyata itu adalah pak Darren.
Pria itu menatap Reza dengan tatapan tajam nya. Aku merasa lega, dan aku berdiri di belakang pak Darren, berlindung di balik tubuh kokoh milik nya.
" Siapa kamu yang berani memeluk calon istri saya? "
Ada tekanan dari kalimat yang di ucapkan pak Darren. Dan baru ini aku merasa tertolong dengan status calon istri pria ini. Setidaknya setelah ini aku berharap Reza tidak lagi mengganggu ku.
" Ca-calon istri? "
Aku sedikit mengintip melihat bagaimana ekspresi Reza saat mendengar perkataan pak Darren. Ekspresi nya jelas terkejut.
" Ya, Alyssa adalah calon istri saya. Dan siapa kamu berani menyentuh wanita saya? "
Terus lah semangat dalam berkarya, semoga karya barunya lebih ok lagi🔥🔥🔥😍