Kisah ini bermula ketika JAPRI (Jaka dan Supri) sedang mencari rumput untuk pakan ternak mereka di area hutan pinus. Sewaktu kedua bocah laki-laki itu sedang menyabit rumput, beberapa kali telinga Supri mendengar suara minta tolong, yang ternyata berasal dari arwah seorang perempuan yang jasadnya dikubur di hutan tersebut. Ketika jasad perempuan itu ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan karena hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.
Siapakah perempuan itu? Apa yang terjadi padanya? dan siapakah pembunuhnya?
Ikuti kisahnya di sini...
Ingat ya, cerita ini hanya fiktif belaka, mohon bijak dalam berkomentar... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 Mencari Supri
Sekarang ini tampaklah Jaka sedang menyusuri jalanan aspal yang kanan kirinya adalah area hutan pinus dengan diikuti Pak Bambang, Pak Bedjo dan Pak Rahmat.
Karena mengandalkan penciuman si khodam, langkah mereka agak lambat. Namun demi keselamatan Supri, mereka rela melakukan apapun.
Setelah berjalan kaki selama hampir 4 jam, Jaka tiba-tiba berhenti lalu lebih mempertajam penciumannya. Tak lama kemudian, bocah laki-laki itu pun berbelok ke kiri masuk ke area hutan pinus.
Kali ini langkah Jaka lebih cepat dari sebelumnya karena memang di tempat ini lah Supri sudah diturunkan dari mobil oleh penculiknya, jadi aroma tubuh si gembul lebih kuat tercium daripada saat dia di dalam mobil.
Dengan langkah mantap anaknya Pak Rahmat menyusuri area hutan pinus dengan tetap diikuti oleh Pak Bambang, Pak Bedjo dan Pak Rahmat yang mulai merasa lelah karena sedari tadi mereka terus berjalan kaki.
Untungnya tadi pagi, selama menunggu Pak Bambang tiba di sekolahan, Pak Rahmat dibekali beberapa botol air mineral dan makanan oleh Bu Siti. Jadi, ketika merasa lapar dan haus, mereka bisa makan dan minum sambil terus mengikuti Jaka.
Sementara itu, Jaka masih menolak ketika ditawari makan dan minum oleh bapaknya padahal sedari pagi bocah laki-laki tersebut belum makan dan minum sama sekali.
Sesudah menyusuri hutan hingga 2 jam an, Jaka membawa ketiga bapak itu ke area yang ditumbuhi pepohonan yang berlainan jenis dan ditumbuhi ilalang yang lumayan lebat dan tinggi, seolah memang sengaja dibuat demikian padahal area lainnya ditumbuhi pohon pinus yang ditanam rapi.
Setengah jam an kemudian tampaklah oleh mereka sebuah bangunan yang dipagari oleh tembok yang lumayan tinggi. Segera saja Jaka berlari mendekati bangunan itu lalu berhenti sejenak di depan pagar besi tinggi yang merupakan depan rumah.
"Supri disekap di sini," kata bocah laki-laki itu dengan suara yang sudah berubah besar dan serak.
Baru saja Pak Bambang melangkah hendak memanjat pagar besi, Jaka sudah mendahuluinya. Dengan gerakan yang cepat, bocah laki-laki itu memanjat dan berhasil sampai di balik pagar dalam hitungan detik saja lalu langsung meninggalkan ketiga bapak tersebut.
Tanpa menunggu lama, Pak Bambang, Pak Bedjo dan Pak Rahmat pun ikutan memanjat pagar besi secara bergantian. Begitu sepasang kaki Pak Bambang menapak ke tanah kembali, polisi itu mengeluarkan pistolnya untuk jaga-jaga kalau ada serangan dadakan.
Dengan langkah pelan-pelan sambil menggeram, Jaka mengelilingi bangunan itu untuk mencari jalan masuk karena pintu depan dalam keadaan dikunci.
Begitu sampai di pintu belakang rumah, bocah laki-laki itu berhenti sejenak karena mencium aroma tubuh Supri yang mengarah ke kebun. Segera saja Jaka berjalan menuju ke arah kebun tersebut lalu berhenti lagi di dekat pohon yang besar dan tinggi.
"Ada apa, Le?" tanya Pak Rahmat yang sudah berada di dekat anaknya bersama Pak Bambang dan Pak Bedjo.
"Supri sudah kabur naik pohon ini," terang bocah laki-laki itu.
"Beneran, Le?" Pak Bedjo ingin memastikan kebenarannya karena sangat mengkhawatirkan keadaan anaknya.
"Kita bagi saja 2 kelompok. Yang 2 tinggal di sini dan yang lain ikut aku mencari Supri," bukannya menjawab pertanyaan Pak Bedjo, Jaka malah memberi instruksi. Namun, demi keselamatan si gembul, ketiga bapak itu pun menurut.
Berdasarkan kesepakatan, akhirnya Pak Bambang dan Pak Rahmat tetap siaga di rumah itu sedangkan Pak Bedjo ikut dengan Jaka.
Baru saja mereka bergerak akan meninggalkan tempat tersebut, terdengar suara dari arah depan yang rupanya Parman sudah kembali dalam usahanya mencari Supri.
Segera saja keempat orang itu bersembunyi di balik rerimbunan pohon, sementara Pak Bambang siaga dengan pistolnya.
"Yang masuk tadi hanya satu orang, silahkan Pak Bambang dan Pak Rahmat urus orang itu," ucap Jaka yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Pak Bambang.
Tak berapa lama, Pak Bambang dan Pak Rahmat pun melangkah pelan-pelan menuju pintu belakang. Sebelum masuk ke dalam rumah, mereka berdua berhenti dulu di dekat pintu untuk memantau situasi.
Parman yang saat itu sangat haus karena sekian jam mencari Supri, begitu masuk rumah dan mengunci kembali pintu depan, langsung berjalan ke arah dapur untuk minum. Ketika pria paruh baya itu baru membuka pintu kulkas...
"Jangan bergerak! Atau kutembak kepalamu," kata Pak Bambang dengan mengarahkan moncong pistolnya ke arah Parman.
Parman yang tidak siap menerima sergapan dadakan pun tidak bisa berkutik, pria paruh baya itu mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. Tak butuh waktu lama, Pak Bambang pun sudah menguasai situasi, dengan segera Parman diborgolnya.
"Ayo Pak Bedjo kita cari Supri sekarang," Jaka yang tahu jika Pak Bambang sudah berhasil membekuk salah satu penculik pun mengajak Pak Bedjo untuk segera mencari Supri.
*
Supri yang sudah tidak kuat berlari lagi, memutuskan untuk istirahat sebentar. Dengan napas ngos-ngosan, bocah laki-laki bertubuh gemuk itu pun menyandarkan tubuhnya di batang pohon yang cukup besar.
Sambil istirahat dan mengatur napas, si gembul mengedarkan pandangannya. Ternyata hutan tempat dia berada sudah bukan hutan pinus lagi melainkan hutan yang ditumbuhi berbagai macam jenis pepohonan dan sudah agak rapat, yang menandakan dia sudah lumayan jauh masuk ke dalam hutan.
Seketika pikiran bocah laki-laki itu teringat saat dia dan Jaka pernah tersesat di hutan beberapa waktu lalu. Supri membayangkan bagaimana dia akan melewati ngerinya malam panjang sendirian.
Karena sudah berlari sekian jam, si gembul pun merasa lapar dan haus lagi. Di saat bocah laki-laki bertubuh gemuk itu mendongakkan kepalanya dengan maksud mencari buah untuk mengganjal perut, Supri dibuat kaget setengah mati ketika melihat ada ular besar sedang melingkar di atas pohon yang dia sandari tadi. Dengan jantung deg-deg an, si gembul pun segera bangkit berdiri lalu berlari menjauh dari tempat itu.
Jika sebelumnya Supri melihat ular sebesar itu di TV atau HP, tapi sekarang dia bisa menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Setelah kejadian tadi, si gembul menjadi lebih hati-hati lagi dalam menyusuri hutan.
Sambil menetralkan degup jantungnya, anaknya Pak Bedjo kembali melangkah tanpa arah tujuan dengan lesu dan putus asa. Tanpa Supri sadari rupanya dia sudah dikerjai oleh penghuni hutan sehingga dia dibuat berjalan di tempat yang sama sampai beberapa kali.