Samuel, pria berusia 38 tahun, memilih hidup melajang bertahun-tahun hanya demi satu tujuan—menjadikan Angelina, gadis 19 tahun yang selama ini ia nantikan, sebagai pendamping hidupnya. Setelah lama menunggu, kini waktu yang dinantikannya tiba. Namun, harapan Samuel hancur saat Angelina menolak cintanya mentah-mentah, merasa Samuel terlalu tua baginya. Tak terima dengan penolakan itu, Samuel mengambil jalan pintas. Diam-diam, ia menyogok orang tua Angelina untuk menikahkannya dengan paksa pada gadis itu. Kini, Angelina terperangkap dalam pernikahan yang tak diinginkannya, sementara Samuel terus berusaha memenangkan hatinya dengan segala cara. Tapi, dapatkah cinta tumbuh dari paksaaan, atau justru perasaan Angelina akan tetap beku terhadap Samuel selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kak Rinn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kedatangan bodyguard baru
Setelah beberapa jam selesai pertemuan, Samuel akhirnya memiliki jam makan siang dengancalon klien besar yang berpotensi memperluas jaringan bisnisnya. Di sebuah restoran mewah, Samuel duduk di meja yang telah dipesan khusus, menunggu kedatangan klien tersebut. Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya dengan setelan rapi masuk dan menghampirinya.
"Samuel! Senang akhirnya bisa bertemu langsung," ucap klien itu sambil tersenyum ramah.
"Senang bertemu denganmu juga, Pak Adrian. Semoga makan siang ini bisa mempererat kerja sama kita," jawab Samuel dengan senyum hangat, berjabat tangan dengan erat.
Selama makan siang, mereka berbincang tentang peluang bisnis, perkembangan industri, dan potensi ekspansi. Samuel menunjukkan pemahaman yang dalam dan keyakinan pada strateginya, yang membuat Adrian semakin terkesan.
Namun, sesekali pikiran Samuel melayang pada Angelina—membayangkan bagaimana suasana hatinya saat ini di rumah. Meski demikian, ia tetap berusaha fokus, memastikan pertemuan ini berakhir dengan kesepakatan positif.
Saat itu juga ponsel milik Samuel berdering. Ia segera menatap Adrian dan berkata, "Maaf, sebentar. Aku akan segera kembali."
Adrian mengangguk saja sambil melanjutkan makan siangnya. Sementara Samuel menjauh dari pertemuannya dengan Adrian dan menatap layar ponselnya untuk melihat siapa yang menelepon. Terbaca jelas bahwa itu nomor yang tidak dikenalnya.
Dengan wajah sedikit merengut, Samuel menjawab panggilan tersebut, "Halo?"
"Halo Tuan, maaf mengganggu waktumu. Ini aku, orang yang kau sewa untuk menjadi bodyguard di rumahmu. Apakah itu benar?"
Samuel merasa sedikit lega, semalam ia meminta bantuan untuk mencarikan bodyguard. Dan akhirnya bisa mendapatkan seseorang secepatnya untuk menjaga Angelina agar tidak melarikan diri dari mansion
Ia pun menjawab penelpon tersebut, "Benar. Kau sudah sampai mana?"
"Aku sudah tiba di depan pintu gerbang mansionmu," jawab bodyguard itu.
Mendengar jawaban itu, Samuel segera serius. "Baguslah, kau bisa memantau istriku. Atau tunggu saja di situ, aku akan segera menemui mu."
"Baik, Tuan. Aku akan tetap di sini dan mengawasi situasi," kata bodyguard.
Saat panggilan berakhir, Samuel segera kembali ke meja makannya bersama Adrian sebelumnya. Ia duduk kembali di tempatnya sambil menatap Adrian dan berkata, "Tuan Adrian, kurasa pertemuan kita harus ditunda. Ada hal penting yang perlu aku urus."
Adrian mengangkat alisnya, terlihat sedikit khawatir. "Ada masalah apa, Samuel? Apa aku perlu membantumu?"
Samuel menggelengkan kepala. "Tidak perlu, aku bisa mengurusnya sendiri. Ini urusan pribadi."
Adrian menatapnya sejenak, kemudian mengangguk. "Baiklah, jika kau butuh bantuan, jangan ragu untuk menghubungiku."
"Terima kasih, Adrian. Aku akan menghubungimu setelah semuanya beres," ujar Samuel sebelum berdiri dan berjalan cepat menuju pintu keluar restoran.
Sesampainya di luar, ia langsung menuju mobilnya dan mengemudikan kendaraan menuju mansion. Dalam perjalanan, pikirannya berputar tentang Angelina dan bagaimana perasaannya saat ini. Dia tahu pernikahan ini tidak akan mudah, tetapi ia bersikeras untuk menjaga Angelina agar tidak melarikan diri atau berbuat hal-hal yang tidak diinginkan.
Setibanya di mansion, Samuel segera bergegas menuju pintu gerbang dan melihat bodyguard yang sudah menunggunya. "Bagaimana situasinya?" tanya Samuel.
"Semua aman, Tuan. Namun, aku melihat ada beberapa tanda bahwa Nona Angelina mungkin tidak ingin berada di sini," jawab bodyguard dengan nada serius.
Samuel menghela napas, menyadari bahwa misi untuk mendapatkan hati Angelina tidak akan mudah. "Baiklah, aku perlu berbicara dengannya," ucapnya sebelum melangkah menuju pintu mansion.
Diikuti oleh bodyguard barunya, Samuel berjalan dengan tegas menuju pintu depan mansion. Begitu membuka pintu, ia merasakan suasana di dalam yang sunyi dan tegang. Angelina pasti masih merasa marah dan tertekan. Samuel mengedarkan pandangannya, berharap bisa menemukan istrinya dan berbicara dengannya.
"Di mana Angelina?" tanya Samuel kepada bodyguard.
"Saya tidak melihatnya di ruang tamu, Tuan. Mungkin dia sedang di kamar," jawab bodyguard.
Samuel mengangguk, lalu melangkah cepat menuju kamar mereka. Namun, saat ia sampai di depan pintu kamar, ia ragu sejenak. Apa yang harus ia katakan? Bagaimana cara membuat Angelina mendengarkannya?
Dengan tekad yang baru, ia mengetuk pintu kamar. "Angelina, bisa kita bicara?" panggilnya.
Tak ada jawaban. Samuel menunggu beberapa detik sebelum mengetuk lagi, lebih keras kali ini. "Angelina! Tolong, buka pintunya."
Setelah beberapa saat, terdengar suara langkah kaki mendekat, dan akhirnya pintu terbuka sedikit. Angelina berdiri di balik pintu, wajahnya masih dingin.
"Apa yang kau inginkan, Samuel?"
"Aku ingin menjelaskan segalanya. Aku tidak bermaksud untuk memaksamu. Mari kita bicarakan ini," Samuel berkata, berusaha menahan nada suaranya agar terdengar tenang.
Angelina mengerutkan keningnya. "Bicarakan apa? Tentang bagaimana kau merusak hidupku? Atau bagaimana kau membuatku terjebak dalam pernikahan ini?"
Samuel merasa hatinya tertekan mendengar kata-kata itu, tetapi ia tetap berdiri tegar. "Aku tahu ini sulit, tetapi aku bersungguh-sungguh ingin memperbaiki semuanya. Aku tidak ingin kau merasa terpaksa atau terkurung."
Angelina menatapnya dengan tajam, seolah mencari kejujuran di mata Samuel. "Kau sudah menempatkanku di situasi yang sangat tidak nyaman. Apa yang kau harapkan dariku?"
Dengan suara pelan, Samuel berkata, "Aku berharap kita bisa saling memahami dan menemukan jalan tengah. Aku ingin memberikan yang terbaik untukmu."
Angelina terdiam, melihat ketulusan di wajah Samuel. Di sisi lain, bodyguard yang berada di belakang Samuel tetap waspada, menunggu instruksi selanjutnya.
Kemudian Samuel menoleh pada bodyguardnya, ia kembali menatap Angelina dengan lembut, "Dia adalah bodyguard baru kita. Aku membawanya kesini untuk memastikan kau baik-baik saja. Dan mulai besok hingga beberapa hari aku akan pergi ke luar negeri untuk menyelesaikan beberapa urusan bisnis. Aku tidak ingin khawatir tentang keselamatanmu selama aku pergi."
Angelina terkejut mendengar bahwa Samuel telah mengambil langkah itu. "Jadi, kau mengira mengawasi aku adalah cara terbaik untuk menjaga keselamatanku?"
Samuel mengangguk. "Aku tahu ini terdengar berlebihan, tetapi aku tidak ingin kau merasa sendirian atau terancam. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, meskipun caraku mungkin terlihat aneh."
Angelina mendengus, "Bagaimana bisa kau menganggap mengawasi setiap gerakanku adalah cara menunjukkan perhatian?"
"Aku mengerti kenapa kau marah. Tapi ingat, aku berusaha melindungimu. Ketika aku pergi, kau akan memiliki seseorang yang bisa menjaga dan membantumu."
"Aku tidak butuh! Aku bisa melakukan apapun dengan diriku sendiri!" lawan Angelina dengan wajah kesal.
Samuel menghela napas, berusaha menahan emosinya. "Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Bodyguard ini hanya akan ada untuk menjaga keselamatanmu, bukan mengawasi setiap langkahmu. Jika kau ingin sendirian, ia akan menghormati itu."
Angelina terdiam, mempertimbangkan kata-kata Samuel. Dia ingin melawan, tetapi di satu sisi, dia juga tidak ingin berdebat terus menerus.
"Baiklah, tapi itu tidak akan mudah bagiku untuk menerimanya!"