Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
Zio menyerahkan plastik yang ternyata berisi kotak makanan. Arsy melihat menoleh ke Zio, lalu berpindah pada plastik yang di sodorkan Zio kepadanya.
"Untukmu, aku sengaja buat khusus untukmu," ucap Zio yang masih tersenyum manis.
Jika Tio yang melihat senyuman itu, mungkin Tio akan muntah darah dan langsung pingsan. Apalagi saat melihat Zio memberikan makanan untuk Arsy.
"Apa ini?" tanya Arsy, tapi dia belum juga mengambil plastik tersebut. Sehingga tangan Zio masih menggantung di udara.
"Lihatlah, mungkin kamu suka," jawab Zio.
Akhirnya Arsy mengambil plastik tersebut, dalam hati Zio begitu senang karena Arsy mau mengambilnya. Padahal belum dimakan oleh Arsy.
"Kamu sudah sarapan?" tanya Arsy dan Zio menggeleng cepat.
Arsy mengembalikan plastik tersebut pada Zio. "Aku sudah sarapan, sebaiknya untukmu saja yang belum sarapan."
"Dek." Arsa yang sejak tadi berdiri di dekat mereka merasa terabaikan. Akhirnya Arsa mulai jengah juga dan segera pergi dari situ.
"Ah iya maaf, ambillah, kamu belum makan, kan?" Arsy berlari mengejar Arsa.
"Eh Ar, tunggu!" seru Zio. Namun Arsy hanya melambaikan tangannya dan segera masuk kedalam kampus.
"Huh ... aku sengaja bangun awal untuk menyiapkan semua ini. Ternyata perjuangan untuk mendapatkan gadis mahal cukup berat. Lebih mudah menenangkan tender dan melawan klan mafia," gumam Zio sambil menarik nafas pelan.
Namun Zio tidak akan putus asa, Ia membawa plastik tersebut ke dalam kelas. Zio tidak perduli dengan tanggapan para mahasiswa dan mahasiswi terhadapnya.
Zio meletakkan plastik tersebut didekat Arsy. Arsy menoleh ke Zio, namun Zio segera pergi setelah menyerahkan plastik tersebut.
"Zio, ini milikmu!" panggil Arsy.
Arsy membuka plastik tersebut dan melihat isinya yang ternyata sandwich, Arsy tersenyum lalu berlari keluar mengejar Zio.
"Ini milikmu, kamu 'kan belum makan?"
"Temani aku makan," jawab Zio.
"Tapi aku ...."
"Kalau tidak mau buang saja."
"Sayang dong jika di buang. Di luaran sana masih banyak orang yang kekurangan makanan."
"Kalau begitu temani aku makan."
Arsy akhirnya mengalah, mereka pergi ke taman untuk makan. Dalam hati Zio merasa menang. Andai saja tidak ada orang, mungkin dia sudah berjingkrak-jingkrak saking senangnya.
"Apa begini sikap seorang ketua mafia? Mafia apaan kalau begini?" batin Arsy.
Zio diam-diam memperhatikan Arsy yang sedang mengunyah makanan. Dan Arsy pun menyadari jika ia sedang diperhatikan.
"Menatapku tidak membuatmu kenyang, jangan lupa kita ada kelas sampai siang baru selesai," ucap Arsy yang masih terus memakan sandwich tersebut.
Zio mengangguk, barulah ia makan. Arsy sudah kenyang, sedangkan sandwich nya masih ada. Akhirnya Zio lah yang menghabiskan sandwich itu.
Setelah selesai makan, Arsy dan Zio pun hendak kembali ke kelas. Namun saat mereka bangun dari duduknya, tiba-tiba sebuah peluru melesat kearah mereka.
Beruntung peluru tersebut meleset, sehingga hanya menggores lengan Zio. Zio yang kaget pun dengan refleks menarik Arsy untuk tiarap.
"Kamu terluka," ucap Arsy.
"Aku tidak apa-apa, maaf aku jadi melibatkan mu," ujar Zio.
Arsy tidak menjawab, ia memperhatikan sekitar, namun tidak ada yang mencurigakan. Kemudian Arsy mengajak Zio pergi dari situ.
Namun saat mereka ingin bangkit, satu lagi peluru melesat kearah mereka. Zio mengamati posisi penembak tersebut.
Namun Zio tidak melihat siapa-siapa. Zio yakin, jika penembak itu berada jauh dari mereka.
Arsy menoleh ke bekas peluru yang terkena pot bunga di taman itu. Arsy mengerti karena itu pasti penembak jitu.
"Apa itu musuh mu? Sepertinya orang itu adalah penembak jitu," tanya Arsy. Arsy melihat ke lengan Zio yang mengeluarkan darah.
"Ya, mereka adalah musuhku, tapi bagaimana kamu tahu jika aku seorang ketua mafia?"
Arsy hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Zio. Zio mulai curiga, jika Arsy bukan gadis sembarangan.
Zio menunggu jawaban dari Arsy, namun Arsy malah mengajak Zio pergi mencari tempat aman.
Keduanya berpindah tempat dengan cara tiarap. Sehingga penembak jitu tersebut tidak melihat mereka.
"Kamu masuk ke kelas, aku akan selesaikan orang itu," pinta Zio pada Arsy.
"Aku ikut, kita akan hadapi sama-sama karena sudah mengganggu ku," ujar Arsy.
Zio dan Arsy akhirnya bisa keluar dari tempat itu, tanpa disadari oleh penembak tadi. Sementara penembak jitu masih berada ditempatnya, memperhatikan sasarannya.
Arsy dan Zio melihat ada sebuah mobil Van putih sedang terparkir sedikit jauh dari kawasan kampus.
Ternyata mobil itu memang sudah mengincar Zio sejak tadi. Namun Zio tidak menyadarinya sama sekali. Sehingga ada peluru mengenai lengannya, barulah ia sadar jika ia sedang di intai.
"Mobil itu mencurigakan," gumam Arsy, Zio menoleh karena gumam Arsy terdengar olehnya.
"Kita berpencar," usul Zio. Arsy pun mengangguk.
Keduanya mengendap-endap mendekati mobil tersebut. Zio dari sebelah kiri dan Arsy dari sebelah kanan.
Tidak ada yang menyadari jika keduanya mendekati mobil tersebut. Karena orang didalam mobil masih mengawasi Zio dan Arsy ditempat tadi.
Semakin Zio mendekati mobil itu, terlihat dari celah kaca mobil moncong senjata berlaras panjang mengarah ke tempat Zio tadi.
Zio semakin yakin, jika mobil itu sengaja menargetkan dirinya. Zio mengamati sekitar, tempat itu terlihat sepi dan memang sesuai untuk mengintai.
Dor ... terdengar suara tembakan dari dalam mobil. Ternyata keberadaan Zio sudah diketahui oleh musuh. Zio berguling menghindari tembakan tersebut dan berlindung ditempat yang aman.
"Sepertinya mereka sudah menyadari keberadaan Zio," batin Arsy. Arsy tidak membawa senjata, karena tas ranselnya tertinggal di kelas.
Arsy terus maju dengan cara mengendap-endap mendekati mobil tersebut. Sementara Zio masih bersembunyi, karena keberadaannya sudah diketahui musuh.
Salah satu musuh keluar dari mobil Van tersebut dengan membawa pistol ditangannya.
"Keluar! Jika tidak, aku akan menembak mu!"
Zio masih bersembunyi, Zio menatap pinggangnya yang ternyata tidak ada apa-apa.
"Sial, sepertinya senjataku terjatuh di tempat tadi," batin Zio. Keduanya tidak bersenjata, sementara musuh membawa senjata api.
Musuh berjalan mendekat, Zio yang tidak memiliki senjata pun harus mengandalkan kemampuan untuk melawan musuhnya.
Akhirnya Zio memutuskan untuk menyerahkan diri. Zio keluar dengan mengangkat tangannya keatas.
"Aku nyerah," ucap Zio. Zio tidak ada pilihan lain selain menyerahkan diri pada musuhnya.
Sementara Arsy yang melihat hal itu hanya menepuk keningnya pelan. Karena Zio terlalu terburu-buru menyerahkan diri.
"Kacau deh," gumam Arsy pelan.
Zio melirik kearah Arsy berada, seolah memberi kode bahwa dirinya tidak apa-apa. Arsy hanya menghela nafas sambil menunggu tindakan Zio selanjutnya.
Ternyata orang yang didalam mobil Van ada empat orang, satu penembak jitu, satu supir dan dua lainnya pengawal penembak jitu tersebut.
Mereka semua keluarga dan membawa pistol masing-masing di tangannya. Zio sekali lagi melirik ke arah Arsy. Kemudian mengangguk pelan yang tidak disadari oleh siapapun.
Lalu Zio mengedipkan matanya sebagai kode bahwa dirinya siap melawan musuhnya. Arsy yang mengerti pun mengangguk perlahan.
lanjut Thor jngan dengar kan yg engga suka