Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 ~ Satu-satunya Anna ~
Anna termenung sendiri di dalam kamar. Saat mengetahui Dean telah keluar dari apartemen barulah gadis itu keluar dari kamarnya. Anna merasa tidak betah lagi di kamar itu, untuk kesekian kalinya Anna dipaksa melayani Dean di kamar itu.
Anna berharap Dean tidak pulang lagi ke apartemen agar dirinya bisa memilih tidur di sofa di ruang tengah yang mewah itu. Tak masalah bagi Anna jika harus tidur di ruangan terbuka itu. Sofa mewah yang begitu nyaman itu harusnya bisa membuat Anna segera tertidur, tapi gadis itu justru tak sanggup memejamkan matanya.
Lama-lama aku bisa gila di sini. Aku nggak sanggup menunggu hingga sembilan bulan. Aku nggak sanggup lagi, batin Anna menangis.
Anna merasa hatinya terluka, jiwanya rusak. Anna bahkan tidak bisa tidur. Tidak bisa berpikir tenang, dan tak bisa mengikhlaskan apa yang dilakukan Dean. Anna bahkan berjalan-jalan sendiri di balkon saat tengah malam itu.
Pikirannya tidak bisa tenang, selalu berkecamuknya. Tak bisa tidur tak bisa tenangkan diri, Anna serasa ingin pergi dari apartemen itu. Anna menoleh ke kamarnya.
Entah mendapat perintah dari mana, kakinya begitu saja melangkah ke kamar untuk mencari paper bag yang diberikan Nick Rush untuknya. Mengeluarkan ponsel yang masih baru itu untuk digunakan. Dengan bermodal kartu nama Dean yang ditemukannya di ruang kerja laki-laki itu, Anna akhirnya menghubungi Dean Monteiro, suaminya.
“Tuan, ini aku. Aku tidak tahan lagi, aku ingin kita bercerai sekarang juga! Aku akan pulang ke rumah orang tuaku sekarang juga!” seru Anna dengan begitu frustasi.
Gadis itu menangis menyatakan keinginannya pada Dean. Anna tidak yakin apa yang dilakukannya itu benar tapi Anna. Entah apa lagi yang akan terjadi padanya saat memutuskan menelpon Dean.
Namun, rasa marah, kesal, sakit hati dan frustasi membuat gadis itu memilih itu bicara pada Dean. Rasa benci yang tadinya begitu besar bisa menggerakkan jarinya untuk menekan deretan nomor telepon Dean seketika berubah menjadi takut mendengar balasan dari laki-laki itu.
“Jangan coba-coba lakukan itu atau kamu akan menyesal!” Teriak Dean yang merupakan ancaman itu membuat Anna menjadi ketakutan.
Segera memutuskan sambungan telepon itu lalu berlari menuju walk-in closet. Mencari travel bag miliknya sendiri untuk mengemasi barang-barangnya. Anna dengan tergesa-gesa memasukkan barang-barang miliknya yang tidak seberapa itu.
Anna tidak tahu seberapa marah Dean padanya. Anna tidak mau menanggung resiko. Anna ingin cepat berlindung pada orang tuanya.
Baru saja Anna hendak menekan tombol private lift itu, denting bunyi lift telah terdengar. Apa yang ada dalam pikiran Anna menjadi kenyataan. Dean berdiri di dalam lift itu dengan sorot mata yang tajam.
“Beraninya kamu kabur dariku!” Dengan cepat Dean kembali menyeret Anna ke dalam unit apartemen mereka.
“Kamu nggak akan bisa menahan aku di sini lagi. Aku akan terus berusaha keluar dari apartemen ini!” teriak Anna.
Frustasi yang memuncak membuat Anna tak peduli lagi pada ketakutannya. Dean mendorong Anna hingga tubuh gadis itu jatuh di sofa. Dean menggenggam erat kedua pergelangan tangan Anna yang terhempas di atas sofa.
“Aku hanya ingin kamu bersabar sampai anak itu lahir. Aku tidak ingin daddy mencabut semua hakku gara-gara kamu. Aku tidak mau kalah dari Nick. Dia tidak boleh mendapatkan rasa kagum dari Veronica lagi!” teriak Dean pada Anna yang berada di bawah tubuhnya.
“Veronica! Veronica! Veronica lagi! Semua demi Veronica. Semua karena Veronica! Aku benci Veronica! Kau merusak hidupku, kehormatanku semua karena Veronica! Aku benci Veronica! Aku benci!” jerit Anna.
Tak peduli apa yang akan dilakukan Dean. Laki-laki bisa saja menamparnya, memukuli atau melakukan apapun untuk menyakitinya. Anna telah mengeluarkan segala uneg-uneg yang telah membuat dadanya terasa sesak.
Anna telah siap dengan tamparan keras yang akan dilayangkan Dean padanya. Sifat buruk Ny. Maria pasti turun ke anaknya, itulah yang terbayang oleh Anna beberapa saat yang lalu. Namun, Dean justru hanya diam menatap wajah yang telah basah bersimbah air mata itu.
“Jangan pergi!” Justru itu yang keluar dari mulut Dean pada akhirnya. “Aku tidak akan melakukan itu lagi padamu,” ucap Dean akhirnya.
“Apa?” Saking herannya, Anna bahkan tidak bisa berkata-kata.
“Sampai daddy melimpahkan semua padaku secara hukum. Kamu tidak boleh pergi!” lanjut Dean.
“Kamu benar-benar egois ….”
“Ya! Aku memang egois. Kamu … hanya gadis miskin. Kamu harus patuh padaku. Aku akan hancurkan kamu dan orang tuamu, jika kamu berani menentangku. Kamu tidak punya kekuatan apapun untuk melawanku. Bersabarlah, aku juga betah hidup dengan gadis kampungan bau seperti kamu,” ucap Dean pelan tapi menusuk hati.
Anna memejamkan mata. Tidak sanggup mendengar hinaan dari laki-laki itu. Air matanya mengalir melewati sela-sela rambutnya hingga ke sofa.
"Tuan harus janji tidak akan melakukan itu lagi padaku,” ucap Anna dengan suara yang tercekat.
Anna mencoba bertahan seperti yang diinginkan Dean, tapi jika Dean berjanji tidak akan menyentuhnya lagi. Anna akan mencoba bertahan seperti yang diinginkan laki-laki egois itu. Anna akan mencoba bertahan hingga kesepakatan mereka.
“Aku tidak bisa. Aku tidak akan berjanji,” ucap laki-laki itu.
Lalu perlahan membungkuk, menekan tubuhnya ke tubuh Anna. menempelkan bibirnya di leher putih gadis itu. Mengecup kulit sensitifnya dengan ciuman-ciuman basah dan panas.
“Tuan, jangan ... lagi,” ucap Anna tidak sanggup berkata-kata lagi.
Kamu yang membuat aku jadi begini. Pemberontakanmu yang memunculkan hasratku, batin Dean sambil terus menciumi leher jenjang gadis itu.
Setelah menghina, Dean justru seperti terobsesi. Tangannya terus membelai tubuh Anna. Napasnya terdengar semakin memburu. Semakin Anna mendorong tubuh itu, tangan Dean semakin bergerak di atas lekuk tubuh Anna.
Gadis itu menangis. Sentuhan-sentuhan yang seharusnya dinikmati oleh pasangan suami istri, justru terasa menyiksa baginya. Semakin Anna berusaha menolak semakin Dean menikmati rasa yang ditimbulkan. Dean menarik tubuh Anna lebih mendekat padanya. saat itu Dean berbisik di telinga Anna.
“Nikmati saja.”
Menyebalkan! Dean memang menyebalkan. Mencintai wanita lain tetapi melepas hasrat pada Anna. Laki-laki itu menikmati kuasa yang dimilikinya.
Sebagai pemilik sah tubuh Anna. Sebagai atasan gadis itu. Dean seolah-olah pergunakan kesempatan itu kapanpun dia inginkan. Dean yang tadinya ingin mabuk di kamar hotel, untuk kedua kalinya menaklukkan tubuh seorang Anna.
Bagus Anna! Sebaiknya kamu pasrah saja, batin Dean menikmati setiap irama bercintanya.
Anna telah pasrah. Persis seperti bisikan hati Dean. Kali ini, laki-laki itu semakin menggebu, semakin menikmati kepasrahan Anna.
Sementara itu Nick yang ditinggal Dean di dalam kamar super mewah itu akhirnya menghempaskan tubuhnya di atas ranjang yang nyaman itu. Termenung membayangkan apa yang dilakukan Anna saat ini. Nick mengira Anna telah tertidur dengan nyenyak setelah bekerja seharian.
Anna ... berapa banyak gadis yang bernama Anna di dunia ini? Bahkan Dean juga mengenal seseorang bernama Anna. Aku tidak pedulikan berjuta-juta Anna. Aku hanya inginkan satu Anna. Cukup Anna ku saja, batin Nick Rush lalu mengusap ranjang lembut yang ditidurinya.
Memejamkan mata sambil membayangkan Anna berbaring di sisinya. Merasakan begitu nyamannya berbaring di atas ranjang itu. Ranjang yang justru pernah menjadi saksi pelampiasan hasrat Dean terhadap Anna. Satu-satunya Anna yang diinginkannya.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...