Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 - Gagal
"Kamu tidak mengikuti kemana pak Fariz pergi? Harusnya kamu ikuti mobilnya biar kamu bisa tahu dimana pak Fariz tinggal saat ini" ujar Zafira terdengar gusar.
"Bu Zafira tenang saja. Saya mengikuti pak Fariz sampai akhir. Dan sesuai permintaan bu Zafira, saya telah menemukan tempat tinggalnya"
"Dimana, Dan? Cepat beritahu saya! Dimana alamatnya?" Zafira mengejar informasi Dani tak sabar.
"Bu Zafira sabar sedikit. Saya pasti memberitahu semuanya" sahut Dani mengulum senyum seolah mengulur waktu.
"Ckk, Dani! Kamu menyuruhku sabar. Bagaimana bisa aku sabar di saat seperti ini! Huh!" Zafira mendengus kesal.
Terdengar suara Dani tertawa. Dia merasa atasannya itu sudah seperti anak ABG yang sedang jatuh cinta. Sedang dilanda rindu dan ingin segera bertemu pujaan hati.
"Dan? Kamu malah menertawakanku?" Zafira semakin sewot dengan tingkah bawahannya tersebut.
Meskipun Dani bertingkah menyebalkan tetapi Zafira puas memiliki bawahan seperti Dani yang selalu setia serta bertanggung jawab dengan segala pekerjaan kantor yang diberikan Zafira bahkan untuk pekerjaan pribadi mencari keberadaan Fariz, Dani melakukannya dengan cepat.
"Iya bu, maafkan saya. Saya..."
"Sudah, sudah. Lanjutkan laporanmu!" potong Zafira tidak ingin mendengar keusilan Dani lebih lama lagi.
"Baik bu. Pak Fariz menginap di hotel The Ritz Carlton, tapi saya tidak sempat menanyakan di kamar berapa," jawab Dani cepat karena tidak mau membuat boss nya marah.
Zafira tercengang mendengar penyampaian Dani. Dia sempat terkejut mengetahui keberadaan Fariz di hotel. Ada rasa cemburu dan juga curiga menyusup jiwa. Dia meremas ponsel dengan keras mencoba menahan perasaan cemburu serta curiga yang menguasai fikirannya.
"Kamu melihatnya bersama wanita? Atau mungkin kamu melihat gelagat pak Fariz yang mencurigakan saat masuk ke dalam hotel?," tanya Zafira curiga sambil berusaha meredakan seluruh perasaan yang meresahkan dirinya.
"Tidak bu. Pak Fariz masuk ke hotel sendiri. Bu Zafira tidak perlu khawatir, sepertinya tidak ada siapa pun bersama pak Fariz. Sikap pak Fariz juga biasa saja tidak seperti pria hidung belang pada umumnya yang masuk ke hotel dengan menggandeng wanita simpanannya" terang Dani sejujurnya.
Terdengar Zafira menarik nafas panjang dan melepasnya pelan. Ada kelegaan mendengar penyampaian karyawannya. Tidak bisa dibohongi, ada rasa takut, curiga, cemburu mendengar Fariz berada di hotel. Namun dia masih ingat jelas perkataan papa Arga, Fariz pria yang baik dan tidak akan melakukan sesuatu yang menyimpang.
"Baik Dan, terima kasih bantuan serta info yang kamu berikan. Mungkin beberapa hari ini kamu lelah mencari keberadaan pak Fariz. Jika kamu perlu cuti, besok kamu boleh mengajukan cuti. Saya akan menandatanganinya" ujar Zafira menawarkan.
"Aduuh, bu Zafira mendoakan saya sakit? Saya tidak sakit bu, jadi saya tidak memerlukan cuti"
Zafira tertawa kecil mendengar jawaban Dani yang mampu membuat hatinya sedikit terhibur.
"Apa kamu ingin sakit dulu baru mengajukan cuti? Dasar karyawan aneh" gerutu Zafira yang membuat Dani tertawa kencang di seberang sana.
"Baiklah bu Zafira, apa tugas saya telah selesai bu? Atau bu Zafira perlu bantuan lainnya?"
"Tidak perlu Dan. Saya sangat puas dengan kerjamu. Setidaknya saya tenang sekarang karena sudah mengetahui keberadaan suami saya dan dalam keadaan baik-baik saja"
"Baik bu. Mungkin ibu bisa menemui pak Fariz besok di hotel The Ritz Carlton dan menyelesaikan kesalahpahaman. Saya mendoakan yang terbaik untuk ibu dan pak Fariz" ujar Dani tulus.
Zafira tersenyum mendengar doa tulus dari bawahannya.
"Terima kasih. Kamu karyawan terbaikku meski otakmu sedikit tidak pintar" Zafira berkata sedikit bergurau.
"Meski otakku sedikit tidak pintar tapi aku orang pertama yang menemukan keberadaan pak Fariz. Benar kan bu Zafira?" Dani membanggakan diri sambil mengembangkan senyum.
Zafira kembali tertawa kecil lalu mengangguk membenarkan.
"Kamu benar. Besok saya akan men-transfer biaya makan siang untuk 1 bulan biar otakmu sedikit pintar" ujar Zafira yang membuat Dani terkekeh mendengar gurauan sang boss. Di sisi lain dia juga terharu atas kebaikan hati Zafira.
Ya, meski Zafira atasannya dan pemilik perusahaan tetapi Zafira tidak pernah bersikap tinggi hati kepada seluruh karyawannya. Hal itulah yang membuat Dani sangat mengagumi gadis itu.
"Waah terima kasih banyak bu Zafira. Sekarang aku bisa makan gratis selama 1 bulan. Dan aku juga pastikan, aku akan jauh lebih pintar kalau bu Zafira terus menjadi boss-ku" ucap Dani terkekeh kegirangan.
"Sama-sama, Dan" Zafira pun menutup sambungan telepon sambil tersenyum senang. Hatinya bernyanyi gembira mendapat info keberadaan Fariz. Wajah gadis itu mendadak ceria tak sabar menunggu datangnya esok pagi.
***
Esok paginya sebelum berangkat ke kantor, Zafira menyambangi keberadaan Fariz. Dia tidak bisa menunggu sore sepulang kerja untuk menemui Fariz di hotel yang diinfokan Dani tadi malam karena rasa rindunya sudah tidak dapat diredam lagi.
Zafira melajukan kecepatan mobil cukup tinggi demi sampai dengan cepat ke tempat tujuan. Tempat yang akan membawanya kembali bertemu Fariz. Senyum merekah di sela bibir yang sudah dilapisi lipstik tipis. Senandung kecil dari mulutnya terdengar menemani perjalanannya. Dia bertekad jika bertemu Fariz, dia akan menyelesaikan permasalahan mereka hari ini juga.
Sepatu heels yang dipakainya memasuki lobby hotel. Dengan keriangan hati, dia langsung menuju ke meja resepsionis yang kebetulan sedang tidak melayani tamu.
"Selamat pagi mbak. Mbak mau pesan kamar untuk berapa orang?" sapa resepsionis wanita yang berpenampilan rapi memakai setelan blezer.
"Pagi mbak. Saya kemari bukan ingin memesan kamar tapi ingin menemui suami saya. Boleh tolong panggilkan suami saya untuk menemui saya di lobby?" pinta Zafira sambil mengedarkan pandangan kalau-kalau ada Fariz yang melintas di sekitarnya.
"Baik mbak. Apakah mbak sudah membuat janji?" tanya resepsionis.
"Belum. Tapi katakan saja kalau istrinya menunggu di lobby" Zafira menatap resepsionis itu sesaat kemudian matanya melanjutkan pencarian ke seluruh sudut tempatnya berdiri saat ini.
"Baik, boleh saya tahu nama suami mbak?" resepsionis bertanya kembali.
Setelah Zafira menyebutkan nama Fariz, sang resepsionis langsung mengecek nama tersebut di komputer.
"Maaf mbak, pak Fariz sudah ceck-out tiga puluh menit lalu"
Zafira mendadak lemas mendengar info resepsionis tersebut. Tangannya memegang sudut meja agar tubuhnya tidak kehilangan keseimbangan. Tungkai kakinya rasa membeku. Mukanya yang awalnya ceria, kini terpekur sedih menatap lantai.
"Mbak?" panggil resepsionis tatkala melihat Zafira hanya terdiam.
"Apa mbak baik-baik saja?" tanya resepsionis mengamati wajah Zafira yang seketika murung.
"Oh iya-iya mbak.., Saya baik-baik saja" sahut Zafira gagap tersadar dari ke-termenungan-nya.
"Terima kasih infonya, mbak. Saya permisi" ucap Zafira meninggalkan meja resepsionis dengan muka tertunduk muram.
...*****...