Elea Inglebert putri semata wayang Delia Djiwandono dan Jarvas Inglebert yang memiliki segalanya namun kurang beruntung dalam hal percintaan. Cintanya habis pada cinta pertamanya yang bernama Alan Taraka. Alan Taraka merupakan seorang CEO Perusahaan Taraka Group yang didalamnya berkecimpung dalam bidang pangan, hotel dan perbankan. Tak hanya itu, Alan Taraka juga berkecimpung dalam dunia bawah yang dimana ia memperjual-belikan senjata api serta bom rakitan dan menjualnya kepada negara-negara yang membutuhkannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui Alan di dunia bawahnya, dan ia lebih dikenal di dunia bawah dengan sebutan “TUAN AL”. Akankah Elea Inglebert bersatu dengan cinta pertamanya yang merupakan seorang CEO sekaligus MAFIA terkejam di Negeri ini? Lets read!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Endah Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Hari ini, Elea akan memulai pekerjaannya. Ia tak menyangka bahwa di usia yang masih sangat muda akan memimpin sebuah perusahaan di bidang pangan (memproduksi teh kemasan).
“Baiklah!!! Semangat Elea!! Kamu bisa!! Kamu hebat!!” Ujar Elea menyemangati dirinya sendiri.
Setelah 30 menit berlalu Elea belum juga nampak di meja makan sehingga membuat Muttinya khawatir.
Tok…tok…tok….
“Sayang, apakah kau kelelahan?”, Delia menghampiri kamar Elea.
“Tidak Mutti, sebentar” Elea langsung membuka pintu kamarnya dan betapa terkejutnya Delia menatap sang putri.
“Apakah ini benar anakku?!!! Kau sangat cantik sayang dan sangat berbeda!! Aku sangat menyayangimu Nak!”, Ucap Delia sambil memeluk putrinya. Sudut matanya tak kuasa membendung lagi hingga akhirnya air mata yang ditahannya luruh juga.
“Mutti kau menangis?”, Elea mengusap air mata Delia.
“Ini air mata bangga sayang. Kau benar-benar selalu membuatku bangga!”, ujar Mutti sambil membawa Elea menuju meja makan.
“Vati, maaf… Vati menungguku jadi sedikit tidak tepat waktu untuk sarapan hehe…”, ujar Elea sambil memeluk Jarvas.
“Tidak apa sayang. Terlambat satu jam pun itu tidak masalah”, Jarvas mencium pucuk kepala Elea.
Mereka melakukan sarapan tepat pada pukul 07.30 WIB yang dimana seharusnya dilakukan tepat pukul 07.00 WIB.
Ketika akan berangkat menuju kantor masing-masing, Elea merajuk. Ia ingin diantarkan oleh Jarvas. Setidaknya ia butuh diperkenalkan sebagai pemimpin yang baru terlebih dahulu.
“Ada apa lagi? Anakku hanya satu namun rasanya aku memiliki anak lebih dari satu. Hmm.. Kenapa?”, Jarvas menggeleng melihat Elea merajuk.
“Antarkan aku Vati. Setidaknya temani aku sebentar di hari pertamaku”, ucap Elea sambil menggandeng lengan Jarvas.
“Hmm… Baiklah… Ayo!!”, Ajak Jarvas dan diangguki oleh Elea. Delia melihat keluarga kecilnya yang sangat harmonis turut bangga. Ia memiliki seorang suami yang sangat luar biasa dan bisa menghasilkan seorang putri yang sangat luar biasa pula. Andaikan saja kejadian 10 tahun lalu ia tak mengalami kecelakaan saat ingin pergi menemui Jarvas dikantornya, maka rahimnya masih tetap ada di dalam tubuhnya. Namun nasib naas tak ada yang tahu, kecelakaan itu membuatnya harus mengangkat rahim dengan segera atas petunjuk dokter karena pendarahan di area perut yang tak kunjung berhenti. Elea yang saat itu berusia 6 tahun hanya bisa menangisi Muttinya. Sejak saat itu, Elea diambil alih oleh keluarga Ashkara setahun lamanya ketika Delia dan Jarvas melakukan pengobatan di Singapura. Walaupun ia berada di keluarga Ashkara namun ia tetap merasa seperti di rumah. Setiap harinya ia selalu ditemani oleh El dan Denis hingga ia bisa melupakan kesedihan dan kecemasannya perlahan.
Tibalah Elea menginjakkan kakinya di perusahaan ini untuk pertama kalinya sebagai pemimpin perusahaan PT. INGLEBERT INDONESIA atau masyarakat mengenalnya dengan PT. II.
Seluruh karyawan berbaris rapi dan menundukkan kepalanya. Bahkan terlihat Sarah ada disana.
Setelah memperkenalkan diri secara formal, Elea memasuki ke dalam ruangannya diikuti dengan Sarah. Saat ini sarah bukan hanya menjadi bodyguardnya tetapi ia juga menjadi asisten pribadinya.
“Nona…” Ucap Sarah ragu.
“Ya? Ada apa?”, Elea memejamkan matanya sambil terduduk di sofa ruang kerjanya.
“Setengah jam lagi jadwal anda meeting dengan perusahaan milik Tn. Taraka di Restaurant Sabang”, ucap Sarah lugas.
“Ya, mari kita berangkat dan siapkan semuanya. Aku akan mempelajarinya selama perjalanan!”, titah Elea.
“Sarah!!! Kenapa kau melamun!”, kesal Elea.
“Ahh itu… Anu…anu…hmm…”, Sarah bingung untuk berbicara.
“Sudahlah, kau membuang waktuku! Cepat berangkat!”, Elea meninggalkan Sarah begitu saja.
“Ahh… Sarah!! Biarlah!! Nonamu akan bertemu dengannya! Biarkan saja!”, batin Sarah.
Setelah 20 menit ia sampai di Restaurant Sabang. Ia dan Sarah menunggu diruangan yang telah disiapkan oleh pihak Restaurant.
10 menit telah berlalu namun yang ditunggu tak kunjung tiba hingga Elea merasa jenuh padahal ia sudah sangat semangat untuk menjalin kerjasama ini di hari pertama Elea bekerja.
15 menit telah berlalu hingga Elea memutuskan untuk memesan makanan terlebih dahulu. Elea sangat kesal hingga memesan banyak makanan. Tiba-tiba El memasuki restauran tersebut dan tak sengaja melihat Elea. El sangat gemas pada Elea dan langsung menghampirinya. Selama ini ia selalu menghubungi namun Elea seperti sengaja menghindari El dan Denis.
“Heh anak nakal!!! Kenapa kau tak kunjung menemuiku!! Dan ya, kenapa kau sekarang hanya membalas chatku dan Denis secara singkat saja?!”, El memasang raut wajah marahnya.
Elea terkejut bukan main dengan kedatangan El. Ia tak menyangka akan bertemu disini. Bahkan Sarah hanya menunduk saja tanpa mengusir El. Mana berani Sarah melakukan hal itu, yang ada Sarah terbunuh. Mungkin itu yang ada dipikirannya Sarah.
“K..Kak El? Hehehe….”, Otak Elea seketika membeku, entah harus berbicara darimana dengan El.
“Katakan!”, El sedikit menaikkan suaranya.
“Ya? Mengatakan apa Kak?”, tanya Elea yang sudah meremas tangannya dibawah meja.
“Katakan semuanya! Terakhir kita bertemu saat pesta pernikahan Q. Tiba-tiba kau mengabariku di Dubai. Dan malah saat ini aku melihatmu disini!”, El sangat curiga dengan gerak-gerik adiknya yang seperti ini. El tahu bahwa Elea sedang menutupi sesuatu darinya.
“A..nu… It…u… Aku disini sedang bekerja Kak, mau bertemu dengan rekan bisnisku. Sekarang aku memegang salah satu perusahaan Vati. Dan untuk masalah yang di Dubai, aku sedang transit dan sengaja mengabarimu disana. Kalau ku katakan pada kedua kakakku bahwa aku sendirian ke Maladewa, bisa-bisa aku di kurung!!”, Elea menyipitkan mata menatap El.
“Lalu?”, tanya El yang masih ingin menggali informasi Elea. El sangat yakin, baru kali ini Elea berbicara tak menatapnya intens. El harus mengetahui sebenarnya apa yang disembunyikan Elea.
Di parkiran, Alan sudah menelepon El berkali-kali namun tak kunjung mendapat respon. Dengan kesal Alan memasuki restauran itu dan menemukan El sedang bersama Elea. Alan menghampiri dengan cepat menuju ruangan VIP tersebut.
BRRAAAKK!!!
Alan menendang kursi kosong tepat di sebelah El. Semua orang terkejut melihatnya bahkan Elea bergetar ketakutan namun ia langsung didekap erat oleh Sarah.
“Alan!! Apa kau gila hah!”, teriak El mengumpat pada Alan.
“Berani sekali kau tak mengangkat panggilanku hah! Kau lupa dengan tugasmu?! Kau sudah bosan bekerja denganku rupanya!”, ucap Alan dingin membuat El terasa sulit meneguk salivanya. El tersadar dengan kemarahan Alan, itu murni kesalahan El. Ia melupakan tugasnya ketika melihat Elea berada di tempat ini juga.
“Ahh…. Itu… Iyaa… Sorry!!”, ucap El menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Ketika aku melihat Elea, emosiku tak terkendali! Jadi aku harus menemuinya terlebih dahulu!”, sambungnya lagi.
“Cukup! Kau temuilah Tn. Jarvas, CEPAT!!”, titah Alan. Dengan langkah seribu El mencari keberadaan Tn. Jarvas.
“Tuan Muda……” ucap Sarah langsung menunduk, baginya Alan saat ini terlihat menyeramkan. Hawa di sekitar juga terasa amat dingin ditambah lagi dengan tatapan dari beberapa orang ke arahnya membuat Sarah harus bisa menekan rasa takutnya. Ia tahu betul betapa kejamnya Alan saat berada di dunia bawah.
Alan hanya melirik tajam asisten Elea. Lalu Sarah menunjuk Elea menggunakan jempolnya. Ia memberi isyarat pada Alan bahwa saat ini Elea ketakutan. Bagaimana pun ia baru pertama kali melihat hal itu dan selama ini ia tak pernah dibentak oleh siapapun apalagi oleh orang tuanya.
Alan kemudian berjongkok dan menggenggam tangan Elea dan sebelahnya lagi ia mengusap rambut indah Elea.
“Maaf…” hanya itu yang bisa Alan katakan saat ini. Ia merasa bersalah telah meluapkan emosinya pada El di depan Elea. Ia tahu bahwa Elea memiliki hati yang sangat lembut dan juga El itu kakaknya.
“K….Ka…K… Al…an…”, gemetar Elea ketakutan melihat mata Alan.
Alan langsung memeluk Elea tanpa aba-aba dan Elea sedikit terisak dipelukan Alan. Setelah 5 menit berada dalam pelukan Alan, ia merasa tenang.
El datang dengan tiba-tiba dan tentu sangat terkejut melihat pemandangan tersebut.
“Ekhmmm, kalian bertiga berhutang penjelasan padaku! Cepat pergi dari sini, jika kalian masih ingin hidup! Ketua Dara Hitam berada disini!” Titah El. Dan mereka semua langsung pergi meninggalkan restauran tersebut. Elea yang kebingungan pun hanya mengikuti saja ditambah lagi Alan menggenggamnya semakin erat seolah ia tak ingin terjadi sesuatu pada Elea.