Binar di wajah cantik Adhisty pudar ketika ia mendapati bahwa suaminya yang baru beberapa jam yang lalu sah menjadi suaminya ternyata memiliki istri lain selain dirinya.
Yang lebih menyakitkan lagi, pernikahan tersebut di lakukan hanya karena untuk menjadikannya sebagai ibu pengganti yang akan mengandung dan melahirkan anak untuk Zayn, suaminya, dan juga madunya Salwa, karena Salwa tidak bisa mengandung dan melahirkan anak untuk Zayn.
Dalam kurun waktu satu tahun, Adhisty harus bisa mmeberikan keturunan untuk Zayn. Dan saat itu ia harus merelakan anaknya dan pergi dari hidup Zayn sesuai dengan surat perjanjian yang sudah di tanda tangani oleh ayah Adhisty tanpa sepengetahuan Adhisty.
Adhisty merasa terjebak, ia bahkan rela memutuskan kekasihnya hanya demi menuruti keinginan orang tuanya untuk menikah dengan pria pilihan mereka. Karena menurutnya pria pilihan orang tuanya pasti yang terbaik.
Tapi, nyatanya? Ia hanya di jadikan alat sebagai ibu pengganti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Adhisty yang sudah sangat panik memanggil bibi.
"Ya Allah, Non! ini kenapa?" tanya bibi bingung dan panik melihat ada darah mangalir dari ************ Adhisty.
"Nggak tahu, bi. Perutku sakit," jawab Adhisty.
"non Dhisty sudah telepon tuan muda"?
"Nggak aktif, bi. Kita ke rumah sakit sekarang, aku takut anakku kenapa-napa, bi," ujar Dhisty.
"Ah iya, kita ke rumah sakit. Biar bibi panggil pak Sapto!" saking panik nya, bibi sampai bingung harus berbuat apa. Ia segera mencari sopir untuk mengantar ke rumah sakit.
"Bertahanlah, sayang," Adhisty kembali mengusap perutnya. Rasanya ia ingin menangis seja di-jadinya. Di saat genting seperti ini baik Zayn maupun Salwa malah tidak ada di rumah.
Adhisty, mencoba tak peduli dengan Zayn dan Salwa. Ia tak berniat menghubungi mereka lagi.
Membayangkan apa yang sedang mereka lakukansekarang membuat Adhisty semakin sesak. Ia berusaha untuk tetap tenang dan tegar hanya demi janin yang ada dalam kandungannya. Meski sebenarnya ia sangat ketakutan.
..........
Dini hari....
Zayn mengecek ponselnya setelah ia melakukan tugasnya sebagai sebagai suami kepada Salwa setelah wanita itu tidur pulas karena lelah.
Zayn terkejut karena ada pesan dari pelayan rumahnya yang mengtakan jika Adhisty berada di rumah sakit karena pendarahan.
Zayn pun langsung membangunkan Salwa, "Ada apa, bang? Aku masih lelah," sahut Salwa ketika Zayn membangunkannya.
"Adhisty masuk rumah sakit, ini bibi baru saja kirim pesan. Bersiaplah kita ke sana sekarang," ucap Zayn panik.
Zayn benar-benar kalut, ia mengendarai mobilnya denngan cepat. Untung saja jalanan dini hari tersebut masih lenggang.
"Abang pelan-pelan saja, jangan ngebut. Aku takut!" ucap Salwa.
Zayn menyadari kalau Salwa gemetar, wanita itu pasti ingat akan kecelakaan yang mereka alami tiga tahun yang lalu. Itu akibat ketidak hati-hatiannya yang mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi karena di kuasai amarah. Zayn pun memelanan laju mobilnya.
" Maaf, abang benar-benar khawatir dengan mereka," ucapnya keceplosan. Bukan hanya khawatir denngan calon anaknya melainkan dia bilang mereka yang artinya dengan Adhisty juga.
Sampai di rumah sakit, ia langsung membantu Salwa turun dari mobil dan duduk di kursi rodanya. Ia segera menuju ruangan dimana Adhisty di rawat. Bayangan kalau mungkin saja dirinya sudah kehilangan calon anaknya benar-benar membuat Zayn takut dan sedih.
"Tuan," sapa bibi yang melihat majikannya datang. Zayn melihat Adhisty sedang terlelap di ranjang rumah sakit.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Zayn.
"Syukurlah, janinnya bisa di pertahankan, tuan," jawab bibi. Ia tahu kabar pertama yang ingin majikannya dengan adalah tentang anaknya.
Zayn menghela napas lega mendengarnya, "Dia sendiri bagaimna?" Zayn melihat ke arah Adhisty.
Belum juga bibi menjawab, Adhisty sudah terbangun karena mendengar suara Zayn. Namun ia langsung melengos, membuang pandangannya ke arah lain.
Zayn segera mendekati ranjang Adhisty, "Kenapa bisa begini? Kenapa ceroboh sekali bisa sampai terjadi hal seperti ini? apa kamu kurang hati-hati? Baru di tinggal sebentar sudah terjadi hal kayak gini. Kamu ceroboh, tidak becus menjaga kehamilan kamu. Kalau sampai terjadi apa-apa bagaimana? sebelumnya dokter bilang anak kitabaik-baik saja," sebenarnya Zayn khawatir, tapi ia tak tahu cara menyampaikannyadengan baik. Yang ada malah ia menyudutkan Adhisty.
Adhisty hanya diam. Itu adalah kalimat terpanjang yang pernah Zayn katakan padanya. Namun malah terdengar menyakitkan.
"Sejak kapan kamu merasa sakit perutnya?" selidik Zayn.
"Dari sore, mau bilang tapi takut ganggu rencana kalian buat bulan madu di hotel," jawab Adhisty.
Zayn membuang napasnya kasar mendengarnya.
"Kalau kamu bilang sakit, pasti kami tak jadi pergi," kali ini Salwa yang bersuara.
Adhisty hanya tersenyum kecil, "tadinya aku pikir cuma kram biasa dan bisa aku tahan. Tapi, semakin malam semakin sakit rasanya," ucapnya.
"Sudah seperti itu, kenapa nggak hubungi saya semalam? apa kamu tidak anggap saya sebagai ayahnya? Apa kamu anggap saya tidak bisa diandalkan sebagai suami? Bagaimana kalau sesuatu terjadi pada kalian?"
Dari ucapannya, Adhisty mengambil kesimpulan jika suaminya memang tak tahu kalau semalam ia menghubunginya. Ia lalu menatap ke arah Salwa. Ya, Adhisty kecewa terhadap wanita itu yang sama sekali tak memberi tahu Zayn soal teleponnya semalam. Untung saja, bayinya masih bisa di selamatkan. Kalau tidak, siapa yang akan di salahkan di sini?
"Aku..." ingin sekali Adhsity mengatakan yang sebenarnya. Namun, Salwa keburu memotong kalimatnya.
"Sudahlah, bang. Jangan marahi Adhisty terus. Yang penting kan sekarang anak kita baik-baik aja. Tidak ada yang lebih melegakan selain kabar itu, bukan?" ucap Salwa.
Adhisty tersenyum miris nmendnegarnya. Seolah wanita itu paling peduli, tapi nyatanya semalam ia hampir kehilangan janinnya karena keegoisan wanita tersebut.
..........
Mendengar kabar menantunya masuk rumah sakit karena pendarahan, Senja langsung menuju ke rumah sakit untuk menjenguk Adhisty.
Sementara Salwa sudah pulang duluan beberapa saat yang lalu karena ingin membuatkan Adhisty makanan. Karena Adhsity tidak suka makanan rumah sakit.
"Mommy pagi-pagi sudah sampai sini?" tanya Zayn. Perasan ia baru beberapa saat lalu memberitahu ibunya tersebut.
"Sebagai seorang ibu, tentu saja mommy tak sabar menunggu waktu hingga siang hari untuk segera memastikan keadaan menantu dan calon cucu mommy! Kamu bagaimana sih, Zayn? nggak becus jaga istri sendiri sampai dia seperti ini!" omel Senja pada putra bungsunya tersebut.
" Zayn juga gak tahu, mom. Sebelumnya Adhisty baik-baik saja," Zayn bukan ingin melakukan pembelaan diri, tapi memang begitu kedaaanya yang ia tahu.
Senja tak peduli ucapan Zayn, ia langsung memeluk Adhisty," Syukurlah kalian tidak kenapa-kenapa. Mommy benar-benar panik tadi, sampai lupa memberi tahu daddy yang masih tidur," kata Senja.
"Nanti dady nyariin loh, mom. Di kiranya mommy pindah ke kayangan untuk bergabung dengan para bidadari," celetuk Zayn. Adhisty tersenyum, ternyata pria itu bisa sereceh ini juga jika dengan ibunya.
"Dhisty baik-baik saja kok, mom. Mommy jangan khawatir. Maaf, Dhisty ceroboh sehingga hampir saja kehilangan dia. Maaf, mom," ujar Dhisty mneeysal. Ia mengusap perutnya.
Dari sorot matanya, Zayn tahu jika istri keduanya tersebut begitu menyayangi calon anak mereka dan takut kehilangan dia. Lalu, bagaimana nanti jika tiba saatnya untuk wanita itu menyerahkan bayinya untuk dirinya dan Salwa. Ah, pikiran Zayn malah menerawang jauh ke depan. Mendadak hatinya terusik dengan pikiran tersebut.
"Jangan slaha kan diri kamu sendiri secara berlebihan, sayang. Karena mommy yakin, ini pasti gara-gara suami kamu, kan?"
"Kok aku, mom?" Protes Zayn.
Senja hanya mencebik kepada putranya tersebut.
Agak siangan sedikit, dokter datang untuk melakukan visit sebelum pergantian sift.
"Untunglah semuanya baik-baik saja. Hanya saja memang kondisi kandungannya sedikit lemah. Nanti akan saya resepkan obat penguat kandungan. Hari ini pasien boleh pulang. Dengan catatan harus banyak istirahat, tidak boleh terlalu capek dan yang paling utama, tidak boleh stress. Karena itu bisa memicu hal yang tidak diingkan pada janin seperti semalam," jelas dokter.
" Tuh, dengerin! Dhisty nggak boleh stress, Zayn!" ucap Senja kepada putra bungsunya tersebut.
" Kok Zayn terus yang di salahin," sahur Zayn.
" Karena kamu memang salah! mana ada wanita yang stres kalau dekat cowok modelan kamu. Salwa aja tuh yang tahan banting dekat sama kamu bertahun-tahun,"
" ck, gini-gini anak mommy loh!" timpal Zayn.
" Udah tahu dan merasa anak mommy, tapi kelakuan..." Senja tak melanjutkan kalimatnya. Ia tak enak dengan dokter yang masih di sana dan mendengar omelannya.
Zayn dan Adhisty menahan senyum melihat tingkah Senja yang menjadi salah tingkah di depan dokter tampan tersebut.
"Kalau daddy tahu, mommy genit begini. Habislah sudah," bisik Zayn kepada Adhisty. Wanita itu langsung menatapnya, apakah daddinya pemarah dan kasar? pikirnya.
"bukan seperti yang kamu pikir. Habis di ranjang, maksudnya. Daddy tuh salah satu anggota klub bucin akut. Nggak mungkin dady kasar sama mommy," jelas Zayn.
"beda ya, sama mas Zayn," sindir Adhisty.
"Kamu hanya belum menegnalku, saja, Shanum," timpal Zayn.
Adhisty suka setiap kali Zayn memanggilnya seperti itu.
.........
Setelah dokter pamit, Senja langsung menarik Zayn, " Mommy pinjam suamimu sebentar, ya sayang?" ucapnya pada Adhisty. Adhisty mengangguk.
" Apa, sih mom?" tanya Zayn ketika mereka sudah berada di luar ruangan.
"Dengar Zayn! apa yang kamu dan Salwa lakukan dengan menjadilkan Adhisty sebagai ibu pengganti buat anak kamu dan Salwa, itu sudah salah menurut mommy. Karena bagaimanapun, dia tetap istrimu, dia yang mengandung anakmu. Jadi, kedepannya mommy harap kamu akan lebih memperhatikan Adhisty juga. Bersikaplah adil padanya selama dia masih menjadi istrimu. Wanita hamil itu butuh perhatian, butuh ketenangan. Kamu harus lebi memperhatikan lagi kondisi kesehatan dan mentalnya. Jangan sampai kamu menyesal nantinya,"
" mom... "
" Mommy dengar semalam kamu pergi dengan Salwa dan menonaktifkan ponselmu, hingga Adhisty tidak bisa menghubungi," Senja langsung menancapkan panah di dada Zayn.
Zayn tertegun mendengarnya. Ia sudah salah memarahi wanita itu karena tidak menghubunginya sementara ponselnya sendiri tidak aktif.
..........
Setelah pulang dari rumah sakit, Salwa semakin over protektif terhadap Adhisty. Ia mmebuat peraturan-peraturan yang semakin ketat buat madu Sementaranya tersebut. Mulai dari makanan, kegiatan Adhisty, bahkan ia melarang Adhisty untuk keluar rumah sekedar mneghirup udara segar. Parahnya ia juga di larang pergi ke kampus.
Adhisty merasa Salwa sudah terlalu jauh mengekangnya dengan alasan demi kebaikan calon anaknya. Justru kalau begini terus, Adhisty akan semakin stres di buatnya.
Akhirnya, di saat ada kesempatan bicara berdua dengan Zayn, Adhisty mengutarakan keinginannya untuk pindah rumah.
"Tidak, saya tidak setuju!" tolak Zayn.
"Ayolah, mas. Kalau aku tinggal di sini terus aku bisa stres dan bahaya buat kehamilan aku. Mas Zayn dengar sendiri kan kata dokter, aku butuh ketenangan. Di sini terlalu ramai. Terlalu banyak orang. Aku ingin tinggal sendiri. Aku butuh ketenangan, boleh, ya?" rengek Adhisty.
Sebenarnya ada alasan lainnya, yaitu karena Adhisty tak bisa melihat kemesraan antara Zayn dan Salwa lagi di rumah itu. Ia butuh ketenangan dan kebahagiaan untuk kehamilannya. Jika terus tinggal di sana, sudah di pastikan tidak akan baik untuk kesehatan mentalnya yang mulai tak nyaman melihat kemesraan Zayn dan Salwa.
Selain itu, sikap Salwa tempo hari dan kekangan yang wanita iut berikan sekarang, benar-benar membuatnya kecewa dan berpikir ulang jika harus tetap tinggal di sana.
"Kalau kamu tinggal sendiri, siapa yang menjaga dan mengurusmu?" sepertinya Zayn mulai melunak. Hanya saja banyak hal yang ia khawatirkan jika Adhisty tinggal sendiri.
"Mas tenang saja, aku bisa jaga diri, kok. Nanti kan mas bisa sering-sering jenguk aku kalau kangen sama anak mas. Atau kalau tidak, aku tinggal sama ayah saja, gimana?"
Zayn tampak diam dan berpikir, "Nanti akan saya pertimbangkan," ucapnya.
Adhisty tersenyum, " Terima kasih mas!" refleks Adhisty memeluk Zayn. Pria itu langsung menatapnya.
"Maaf, nggak sengaja!" ucap Adhisty dan langsung mengurai pelukannya.
Zayn hanya tersenyum tipis. Alih-alih marah, justru menarik gadis itu ke dadanya. Hening tanpa kata.
"Mas..." Adhisty hendak protes, tapi itu nyaman.
"kenapa? nggak salah kan suami meluk istrinya? Bukankah kamu butuh kenyamanan?"
Adhisty tertegun, ia tahu kenyamanan ini hanyalah semu. Zayn melakukannya bukan untuknya, melainkan untuk calon anaknya.
...----------------...