Halo semua nya. Ini novel author yang ke 3. Di novel ini pemeran utama nya agak berbeda dengan dua pemeran utama di novel author yang lain.
Selamat membaca, dan semoga kalian suka.
Setelah di selingkuhi, dan di tinggal nikah oleh sang kekasih, Mawar di jodohkan dengan anak dari majikan Bapaknya. Bukan nya Mawar tidak mau, hanya saja laki-laki itu bertingkah layak nya wanita. Bapaknya yang seorang supir keluarga itu, terpaksa menerima perjodohan Mawar dan Angga. Banyak yang di harapkan dari pernikahan mereka berdua. Entah bagaimana nasib Mawar selanjutnya.. Selamat membaca. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Loh, kok udah pulang aja ni sayang. Nggak jadi nginap di rumah Keluarga nya Reno?" Tanya Nyonya Kantil saat melihat Maharani sudah pulang.
"Nggak jadi, Ma."
Setelah mengatakan hal itu, Maharani langsung masuk ke dalam kamar nya. Kejadian tadi benar-benar membuat nya tidak bisa bernafas.
Ia sangat takut sekali saat melihat wajah Papa mertua yang sedang menahan hasrat. Bahkan tangan tua itu dengan mudah nya meraba kedua gunung kembar yang ranum.
Rani benar-benar terlena. Ia berfikir tangan itu adalah tangan suami nya. Papa mertua nya sangat pintar melihat suasana.
Ia sengaja memeluk Rani dari belakang supaya Maharani tidak tahu. Apalagi dengan kondisi Maharani yang sedang butuh pelukan dan belaian.
Maharani menangis di kamar nya. Sedangkan Reno malah kembali ke rumah itu. Reno benar-benar keterlaluan sebagai seorang suami.
Ah, jodoh memang tidak pernah tertukar bukan. Maharani malah cocok dengan laki-laki seperti Reno.
"Rani, buka pintu nya sayang. Kamu kenapa? Kok pulang-pulang malah ngurung diri di kamar?"
"Rani nggak apa, Ma. Hanya lelah saja. Rani pengen istirahat."
"Trus, kenapa nggak jadi nginap di rumah mertua mu?"
"Rani nggak nyaman, Ma. Di sana rame."
"Oh begitu. Ia sih. Mama juga nggak betah kalau tidur di tempat rame. Apalagi kamu itu dari kecil udah biasa punya kamar sendiri."
"Iya Ma. Yaudah. Rani tidur dulu, ya. Udah ngantuk banget."
"Iya.. Iya.. Tidur sana. Nanti Mama buatkan makanan kesukaan mu."
Setelah itu, Nyonya Kantil pun pergi dari kamar Maharani. Ia biarkan anak nya itu beristirahat. Ia mengira Rani pasti sedang lelah karena hamil.
Tidak tahu saja Nyonya Kantil kalau anak kesayangan nya baru saja di grepe-grepe oleh Ayah mertua.
" Kak Mawar. Aku mau ketemu."
Rani tiba-tiba mengirimkan pesan kepada Mawar. Entah apa mau nya. Mawar yang masih berada di salon, sama sekali tidak melihat pesan yang di kirimkan oleh Maharani.
"Kak Mawar, jangan sombong dong. Balas pesan aku."
Rani kembali mengirimkan pesan ke ponsel Mawar. Akan tetapi ia lagi-lagi di abaikan.
"Awas ya. Aku adukan ke Bapak."
Nihil. Tidak ada balasan apapun. Maharani semakin penasaran. Apa yang sedang dilakukan oleh Mawar. Ia pun menelpon Mawar.
Tut....
Satu panggilan tidak terjawab. Rani semakin kesal.
Tut....
Dua panggilan tidak terjawab bahkan sampai sepuluh kali.
Namun saat panggilan berikut nya, seseorang menjawab panggilan Maharani.
"Halo,,"
"Kak Mawar apaan sih. Dari tadi di hubungi tapi nggak di balas."
"Maaf, Nona Mawar sedang melakukan serangkaian perawatan di salon milik kami. Dan beliau sedang tidak bisa di ganggu." Ucap salah satu pegawai yang menjawab panggilan itu.
"Memang nya di salon mana?"
"Salon Xx."
"Apa? Perawatan apa aja yang di lakukan oleh nya? Palingan cuma potong rambut."
"Nona Mawar melakukan semua jenis perawatan. Dari ujung rambut hingga ujung kaki. Semua rangkaian perawatan juga ikut di coba nya."
"Apa?"
Maharani yang terkejut langsung mengakhiri panggilan nya. Ia sangat terkejut. Salon itu adalah salah satu salon yang ingin ia datangi selama ini.
Namun apalah daya uang tidak cukup untuk sekali perawatan. Walaupun uang nya banyak, tapi Rani merasa kasihan.
Ia akhirnya berlangganan di salon yang murah saja. Yang penting tetap kelihatan cantik.
Maharani tidak sanggup membayangkan betapa beruntung nya Mawar. Baru jadi calon istri saja sudah begitu banyak yang ia terima. Bagaimana jika menjadi istri nya seorang Angga.
Maharani sangat menyesal karena sudah menggoda Reno. Reno bahkan tidak bisa di harapkan.
*****
Mawar selesai perawatan hampir menjelang tengah malam. Ia merasa sangat bahagia sekarang. Tubuh dan pikiran nya terasa ringan.
Ia pun kelihatan lebih cantik dan wangi. Salon itu juga memberikan serangkaian skincare untuk di pakai oleh Mawar.
"Apakah sudah siap?"
"Sudah dong. Enak banget tahu nggak."
"Iya jelas dong. Aku kan pilihin salon yang paling bagus untuk calon istri."
"Iya iya. Terima kasih calon suami." Ucap Mawar sambil menutup mulut nya.
"Kamu lapar? Gimana kalau kita cari makan dulu?"
"Boleh deh. Dari tadi aku nggak sempat makan. Cuma makan cemilan."
"Cemilan kan makan juga." Ucap Angga.
"Ya maksud nya makan yang berat gtu loh. Tahu lah perut aku ni. Udah terbiasa makan nasi."
"Iya deh iya. Yaudah yuk berangkat."
Mereka berdua langsung pergi dan mencari tempat makan yang masih buka.
Setelah mutar-mutar beberapa menit, akhir nya mereka menemukan tempat itu."
" Mawar, aku ke kamar mandi dulu ya sebentar. Kamu nggak apa kan aku tinggal sebentar."
"Iya nggak apa loh. Emang nya aku anak kecil apa."
Setelah tersenyum Angga pun pergi mencari kamar mandi. Setelah selesai, ia pun keluar. Akan tetapi saat ia keluar, hal aneh pun terjadi.
"Oh, jadi ini pelakor nya. Kamu sengaja ya mengikuti suami ku sampai kamar mandi? Apa kamu mau menggoda nya? Iya?"
Angga yang masih bingung hanya diam saja. Ia masih belum mengerti apa maksud dari perkataan Ibu itu.
"Pake diam lagi. Hey pelakor. Awas kamu ya kalau berani dekati suami ku lagi."
Ibu itu semakin emosi karena melihat Angga yang diam saja dan tidak menanggapi. Orang-orang sudah pada berkumpul saat kejadian itu berlangsung.
Mawar yang penasaran pun langsung datang ingin melihat ada kejadian apa yang membuat orang-orang pada ramai.
Akan tetapi, saat ia melihat Angga ada di depan sana dan akan di pu-kul oleh seorang Ibu yang ada di sana, ia pun langsung maju dan mendorong Ibu tersebut.
"Jangan kasar ya bu."
"Oh ini teman nya sudah datang. Apa kalian sama-sama pelakor?" Tanya sang Ibu.
"Pelakor apaan. Ibu salah minum obat!? Dengar ya, Bu. Dia ini laki-laki. Bagaimana bisa jadi pelakor. Dan dia juga calon suami saya. Ngerti!"
Ibu itu pun melongo dan tidak percaya dengan apa yang ia lihat di hadapan nya saat ini.