Aluna gadis lugu yang penuh dengan cobaan hidup. Sebenarnya dia gadis yang baik. Namun sejak dia dikhianati kekasih dan sahabatnya dia berubah menjadi gadis pendiam yang penuh dengan misteri. Banyak hal aneh dia alami. Dia sering berhalusinasi. Namun siapa sangka orang-orang yang datang dalam halusinasinya adalah orang-orang dari dunia lain. Apakah Aluna akan bahagia dengan kejadian tersebut. Atau malah semakin terpuruk. Ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌹Ossy😘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
Diam mungkin akan lebih baik daripada kita bercerita tentang apa yang kita alami. Belum tentu kita dapat simpati. Bisa jadi kita hanya dicemooh.
🔥🔥🔥
Aluna dan ketiga lelaki tampan hanya melewati tubuh Alisha yang pingsan. Dia ditaruh di kursi yang ada di depan restoran dan sedang berusaha disadarkan oleh para karyawan restoran tersebut.
Aluna hanya melirik sekilas. Sebenarnya dia merasa kasian melihat keadaan Alisha, Namun egonya membawanya untuk menjauh saja. Apalagi Juan sudah menariknya untuk segera masuk ke dalam mobil.
Namun Aluna tidak diam begitu saja. Dia mengabari Bram tentang keadaan Aluna. Beruntungnya nomer kontaknya tidak diblokir. Dia hanya ingin memberitahu keadaan Alisha. Yang beruntung Alisha tentunya. Kalau Aluna sudah tidak perduli lagi. Dia sudah tidak ingin berurusan dengan mereka lagi. Hanya rasa kemanusiaan saja makanya dia memberi kabar pada Bram.
Setelah mengirim pesan, Aluna menghapus nomer kontak Bram dari ponselnya. Aluna benar-benar ingin menjauh dari mereka. Baginya semua sudah selesai. Sudah tidak ingin menjalin hubungan dengan mereka lagi.
Aluna memandang keluar jendela. Dia menarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar. Bahkan sampai terdengar seisi mobil.
" Kenapa lagi beb.." Juan menoleh. Menatap Aluna yang terlihat resah.
" Tidak ada apa-apa." Jawab Aluna pelan.
Arga dan Azlan melihat dari kaca spion. Mereka melihat Aluna yang terlihat murung. Duduknya gelisah.
"Beb, kamu kenapa? Ada yang dipikirkan kah? Cerita pada kita. Siapa tahu kita punya solusinya. Atau paling tidak beban kamu sedikit berkurang." Juan meraih tangan Aluna dan memainkan jarinya. Namun Aluna langsung menarik tangannya.
"Saya ingin tahu, kenapa pak Arga menyembunyikan fakta kalau bapak yang telah menabrak saya ." Ucap Aluna perlahan. Ada perasaan takut dan juga kecewa dalam hatinya.
"Sebenarnya saya sudah ingin bilang tapi saat itu saya harus buru-buru pergi. Ibu saya sakit. Maafkan saya. Bukan bermaksud menyembunyikan." Arga duduk dengan posisi menyamping agar bisa menatap Aluna.
"Saya hanya bisa memberi perawatan yang terbaik dan juga mengganti motor kamu yang rusak parah. Sekali lagi maafkan saya." Arga mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
"Saya sudah pernah bertanya, Kenapa bapak tidak bicara yang sebenarnya." Aluna menunduk, tidak berani menatap Arga, Aluna memilin-milin tangannya.
"Iya Aluna, maafkan saya juga. Sebenarnya pas mengantar kamu pulang, kita mau mampir dan mau jujur bicara apa adanya, tapi.." Azlan melirik Juan dari kaca spion. Kemudian melanjutkan ucapannya. "Ada suatu hal yang membuat kita tidak bisa mampir dan harus segera pergi. Sekali lagi maafkan saya."
Azlan memberi penjelasan yang terjadi sebenarnya. Namun menurut pemikiran Aluna ada hal yang masih disembunyikan oleh mereka.
" Aluna , sekali lagi saya minta maaf dengan yang terjadi pada kemu. Tidak ada unsur kesengajaan sama sekali." Arga belum merubah posisinya. Tangannya pun masih mengatup di depan dadanya.
Aluna menarik nafas panjang. "Baiklah saya maafkan. Dan terima kasih atas kejujuran bapak berdua." Ucap Aluna akhirnya.
Aluna kembali diam. Dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Tapi pandangannya melihat keluar. Sepertinya masih ada yang mengganjal pikirannya.
"Kenapa diam beb, kalau capek istirahat saja. Ini hari pertama kamu masuk bukan. Dan kamu malah mengalami hal yang buruk yang tidak kamu pikirkan sebelumnya. Apalagi kamu baru saja sembuh. Pasti kamu lelah."
" Tuan Juan, boleh saya bertanya?" Aluna memberanikan diri menatap mata Juan, namun hanya sebentar. Kemudian dia menunduk.
" Silahkan, seandainya bisa pasti gue jawab. Tapi jangan susah-susah ya. Gue tidak bawa contekan. dan satu lagi, bisa tidak jangan panggil tuan. Panggil gue bebeb atau panggil nama saja." Juan tersenyum bersamaan dengan Aluna yang menoleh.
" Seandainya kamu tahu Juan. Kalau bebeb itu adalah singkatan dari bebek. Hahahaha.." Azlan memotong perkataan Juan dan tertawa terbahak.
Arga tersenyum mendengar ucapan Azlan. Demikian juga dengan Aluna, dia ikut tersenyum.
" Pak Azlan bisa saja.." Aluna menimpali sambil tersenyum lebar.
"Benar itu. Saya pernah mendengar ada yang bercerita. Manusia saja yang ikut-ikutan bahasa hewan.." Tambah Azlan menjelaskan.
" Hem, bilang saja bang Azlan iri. Iya kan?" Juan tersenyum masam.
" Kenapa harus iri. Saya hanya bercanda. Saya suka dengan panggilan tersebut walaupun dari sejarahnya terdengar sangat memalukan. Terdengar manis dan romantis. Tidak usah perduli pendapat orang. Jalani saja jika kamu nyaman dan yang pasti Aluna juga memberi ijin dengan panggilan tersebut." Ucap Azlan terdengar bijaksana.
" Benar juga sih, gue hanya ingin memberi perhatian pada Aluna. Bagaimana dengan kamu beb? Apa pendapat kamu?" Juan masih memandang Aluna.
" Sebenarnya saya..." Aluna tidak meneruskan ucapannya. Dia ragu untuk mengungkapkan isi hatinya.
" Katakan saja beb, apapun keputusan kamu gue terima."
" Bener Aluna, jawab saja sesuai apa yang ada dipikiran kamu. Jujur saja. Tidak usah sungkan. " Arga ikut berbicara. Dia hanya berharap Aluna nyaman berbincang dengan mereka.
Aluna menunduk. Dia bimbang mau menjawab. Sebenarnya dia sendiri tidak tahu dengan isi hatinya. Haruskah jujur atau ... Entahlah..
"Katakan saja Aluna. Juan mempunyai hati yang kuat dan baik. Jangan takut dia akan tersinggung." Ucap Azlan menyakinkan Aluna.
Aluna menatap satu persatu dari mereka. Lalu kembali menatap keluar. Menarik nafas panjang dan kemudian kembali menatap Juan.
"Bang Juan..." Aluna menghentikan ucapannya. Dia menunduk. Namun sesaat kemudian kembali menatap Juan.
"Hahahah .. Abang. Lucu sih, hahahah bang siomay, bang bakso,bang cilok. Hahahah.." Juan terbahak ketika Aluna memanggilnya dengan sebutan Abang.
"Satu lagi bangkotan. Hahahaha.." Azlan ikut menimpali sambil tertawa terbahak. Arga hanya tersenyum. Lucu mendengar perkataan Aluna.
"Ya sudahlah tidak jadi. Malah ditertawakan.." Aluna merajuk walaupun dengan senyum dibibir. Apalagi setelah mendengar ucapan Azlan.
"Eh kok tidak jadi. Katakan saja, jangan dengarkan omongan bang Azlan. Eh ini gue juga manggil Abang, Bangkotan juga . Hahahaha.."
Mereka akhirnya tertawan bersama. Walaupun Arga tetap hanya tersenyum. Tapi terlihat rona bahagia disana. Biasanya dia hanya tersenyum saja. Kali ini bisa ikut tertawa.
" Saya teruskan pertanyaan saya." Mereka bertiga langsung terdiam mendengar ucapan Aluna. "Sebenarnya Abang siapa? Tiba-tiba datang dan memberi perhatian lebih pada saya." Aluna memberanikan diri tetap menatap pada Juan.
Juan masih diam. Kemudian dia menatap Aluna dalam-dalam. Meraih kedua tangannya dan memainkan. "Gue.. Gue memang datang dari planet lain." Juan melepaskan pegangannya. Tapi sesaat kemudian menariknya lagi. "Tapi memang kamu percaya di planet lain ada penghuninya. Hahahaha.." Juan malah terbahak mendengar ucapannya sendiri.
Aluna menatap Juan sebal. Dia menarik tangannya yang digenggam. Kemudian melengos. Melihat keluar mobil.
"Saya serius. kenapa menjawabnya becanda. Saya hanya ingin tahu. Bukan kah saya harus berhati-hati. Itu yang Abang katakan pada saya kemarin bukan?" Aluna berkata panjang lebar dengan nada kesal. Bibirnya cemberut dengan muka yang ditekuk.
"Memang benar kamu harus berhati-hati. Buktinya ada bukan ? Tiba-tiba Bram datang dengan perlakuan yang tidak baik pada kamu. Dan alisha juga berada disana. Kamu tidak tahu yang mereka rencanakan bukan? Dan kamu harus waspada dan berhati-hati. Benar yang gue katakan bukan?" Juan berkata panjang dan terlihat nadanya yang serius. Mimik wajahnya pun terlihat tegas. Tidak seperti tadi yang penuh candaan.
Aluna mengangguk mendengar ucapan Juan. Memang benar semua ucapannya. Seandainya saja tidak ada mereka pasti keadaannya akan lain. Mau ditaruh di mana muka Aluna saat di depan orang banyak dikatakan berselingkuh dan hamil. Untuk Juan dan yang lain membelanya tadi.
" Aluna, setiap kehidupan akan mendapatkan ujiannya masing-masing. Tidak ada yang sama . Bahkan saudara kembar identik sekalipun. Dan setiap masalah pasti akan ada jalan keluarnya. Saya berpesan kamu jangan mudah terpuruk seperti kemarin. Sampai membahayakan diri kamu. Untung saja tabrakan itu tidak merenggut nyawa kamu." Azlan ikut menambahkan.
Aluna mengangguk lagi. Apa yang diucapkan Azlan benar juga. Hidupnya masih panjang. Hanya masalah percintaan saja dia jadi tidak berhati-hati. Bahkan membahayakan dirinya sendiri.
"Dan satu lagi. Ada kita. Ada kami. Tapi bukan plafon pinjol ya. Hahahah.." Juan terbahak lagi. Dia sebenarnya mau bicara yang serius tapi entah malah kepikiran kesana.
"Bang juan mahal bercanda." Aluna tersenyum sambil menatap Juan.
"Benar Aluna. Jika kamu sedang tidak baik-baik saja datang saja pada kami. Kami akan memberi solusi.." Azlan menimpali. Namun belum selesai sudah dipotong Juan.
"Malah iklan lagi. Hahaha.." jadilah mereka tertawa terbahak lagi.
" Ternyata kalian suka bercanda ya. Saya kira dingin seperti kulkas empat pintu yang bikin membeku. Tidak disangka, ternyata kompor gas tungku dua yang bisa bikin panas. Hihihi.." Aluna terkikik sendiri mendengar ucapannya sendiri.
" Hahahaha.. Kamu pun ternyata bisa becanda. Lanjutkan.. Hahahahaha.."
Semua tertawa gembira. Seperti tidak ada batasan antara anak buah dan atasan. Suasana di dalam mobil jadi ceria. Penuh canda tawa. Saling melempar ejekan. Dan Aluna menikmati itu semua.
Senyum terhias di bibirnya yang tipis. Wajahnya terlihat segar dan sumringah. Semuanya tidak lepas dari perhatian para lelaki tampan tersebut. Tentu saja membuat ketiga orang tersebut ikut gembira. Apa yang mereka lakukan ada manfaatnya.
"Aluna,ada yang bisa bantu. Misalnya memecat Alisha atau menjatuhkan Bram begitu." Arga membuka suara setelah mereka terdiam karena lelah bercanda dan tertawa.
Aluna terdiam mendengar ucapan Arga. Apakah dia akan sejahat itu? Apakah Aluna akan membalas kejahatan mereka dengan berbuat jahat juga.
Aluna termangu. Dia masih memikirkan hal itu. Memang terlalu banyak luka yang Bram dan Alisha berikan padanya selama ini.
Bukan Aluna mengungkit kebaikannya, namun jika di ingatkan kembali. Dia pernah melakukan hal bodoh dengan mengorbankan diri untuk mereka berdua. Tidak hanya materi namun juga emosi dan semua yang Aluna punya selalu siap sedia untuk mereka berdua.
Namun apa yang Aluna dapatkan. Sebuah pengkhianatan. Sakit. Sakit sekai tentunya.
Aluna masih diam membisu. Dia memejamkan mata. Mencoba menelaah dan memilah apa yang terbaik yang harus dia lakukan untuk memberi pelajaran pada kedua pengkhianat tersebut.
" Bagaimana Aluna?"
Aluna terkejut ketika mendengar tiga orang tersebut bertanya bersamaan.
Aluna membuka mata dan berkata.
Bersambung
Terima kasih untuk yang sudah mampir. jangan lupa tinggalkan jejak. Lope ❤️❤️❤️