Genap 31 tahun usianya, Rafardhan Faaz Imtiyaz belum kembali memiliki keinginan untuk menikah. Kegagalan beberapa tahun lalu membuat Faaz trauma untuk menjalin kedekatan apalagi sampai mengkhitbah seorang wanita.
Hingga, di suatu malam semesta mempertemukannya dengan Ganeeta, gadis pembuat onar yang membuat Faaz terperangkap dalam masalah besar.
Niat hati hanya sekadar mengantar gadis itu kepada orang tuanya dalam keadaan mabuk berat dan pengaruh obat-obatan terlarang, Faaz justru diminta untuk menikahi Ganeeta dengan harapan bisa mendidiknya.
Faaz yang tahu seberapa nakal dan brutal gadis itu sontak menolak lantaran tidak ingin sakit kepala. Namun, penolakan Faaz dibalas ancaman dari Cakra hingga mau tidak mau pria itu patuh demi menyelamatkan pondok pesantren yang didirikan abinya.
.
.
"Astaghfirullah, apa tidak ada cara lain untuk mendidik gadis itu selain menikahinya?" Rafardhan Faaz Imtiyaz
Follow Ig : desh_puspita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 - Aku Sudah Bersuami
Tak hanya Aruni dan Laura yang terkejut, tapi Ganeeta juga demikian. Bagaimana tidak? Dengan jelas di depan sana ada beberapa pasang mata yang menyaksikan mereka, Faaz sesantai itu tatkala mendaratkan kecupan di wajahnya.
Tak hanya sekali, tapi beberapa kali hingga membuat Ganeeta bersemu merah. "Mas kenapa sih? Banyak orang juga."
"Tidak apa, kan cuma cium pipi," jawab Faaz membela diri seraya merapikan hijab Ganeeta yang sedikit kurang rapi di matanya.
Beralasan hanya pipi, Faaz merasa bebas dan santai saja tanpa peduli lingkungan sekitar. Hal itu sengaja Faaz lakukan agar Ganeeta sadar akan statusnya yang sekarang tak lagi lajang.
Mengingat, tadi malam Ganeeta masih berani nekat menemui Zion yang memang berakhir sebagai mantan, bukan tidak mungkin untuk seterusnya Ganeeta lupa akan status jika di luar.
"Pulang jam berapa?"
"Kurang tahu, nanti aku kabarin."
"Okay, jangan terlalu lama ... sebelum makan siang sudah selesai belum kira-kira?"
Pertanyaan Faaz seketika membuat Ganeeta mengembuskan napas kasar. "Belum lah, baru setengah jalan kalau segitu."
"Hem, baiklah, intinya kabari ... kalau misal tidak diangkat, telpon Khalif atau siapapun yang di rumah, Mas tidak janji selalu pegang handphone soalnya."
Ganeeta mengangguk, dia tidak begitu peduli dengan kegiatan Faaz selama jauh darinya. Paling juga main catur atau diskusi bersama papinya, toh memang tidak ada kegiatan lain selain itu jika di Jakarta.
Sesaat setelah Faaz berlalu, barulah Ganeeta menghampiri kedua sahabatnya yang masih tercengang dan sedikit tak percaya di sana.
Bukan hanya tercengang akibat tindakan Faaz tadi, tapi juga penampilan Ganeeta yang di luar ekspektasi.
"Kenapa kalian? Aku aneh ya?"
Keduanya kompak menggeleng pelan. "Tidak."
"Terus kenapa bengong gitu?"
"Agak kaget saja, kamu beneran tobat, Net?" tanya Laura sedikit meragukan Ganeeta yang mendadak tertutup padahal biasanya kerap menggunakan baju kurang bahan setiap kali main ke luar.
"Ck, tobat-tobat ... emang aku ngelakuin dosa apaan?" tanya Ganeeta bernada sewot dan hanya ditanggapi gelak tawa oleh kedua sahabatnya.
Bisa-bisanya dia bertanya telah melakukan dosa apa, Aruni dan Laura yang tahu seberapa problematiknya Ganeeta tidak ingin menanggapi serius, khawatir tersinggung dan marahnya bisa berbulan-bulan.
Bahkan berakhir memutuskan silaturahmi dan benar-benar enggan berteman. Persis sebagaimana yang dia lakukan pada beberapa sahabat dekatnya yang lain hanya karena tidak terima sewaktu dinasihati masalah kedepannya bersama Zion.
Karena itulah, sebagai dua orang yang tersisa dan masih bertahan sebagai teman Ganeeta mereka tidak ingin memperkeruh masalah.
Sebagai penengah, Aruni segera mengajak keduanya untuk masuk dan duduk dengan tenang sembari menunggu pesanan mereka.
"Anyway gimana kehidupan setelah pernikahan? Apa menyenangkan?" tanya Laura membuka pembicaraan, untuk bagian ini dia memang penasaran.
Ganeeta tampak berpikir dan tak segera menjawab pertanyaan tersebut. "Biasa saja sih, tidak seseru yang dibayangkan."
"Kok bisa? Bukannya seru banget ya?"
"Kata siapa?"
"Kata Mauren, dia nikah muda ... sama kayak kamu dan sekarang Honeymoon di Bali sama suaminya," ungkap Laura tak segan membagikan kisah salah-satu temannya yang juga sempat akrab dengan Ganeeta tahun lalu.
"Oh iya?"
"He'em, dia juga sering cerita kalau nikah itu menyenangkan ... jadi pengen cepet nyusul, Khalif umur berapa sekarang?" tanya Laura secara tidak langsung mengincar adik semata wayangnya dan berakhir decakan kesal dari Ganeeta.
"Ujung-ujungnya ke sana."
"Ha-ha-ha, namanya usaha ... tidak ada salahnya, iya 'kan, Aruni?"
"Hm, terserah kamu saja, Ra," sahut Aruni ogah-ogahan, tampak jelas kedua orang ini kompak menolak kehadiran Laura untuk menjadi anggota keluarga besarnya.
"Ih, kok kalian judes gitu sih jawabnya? Padahal aku sama Khalif itu cocok banget kalau jadi pasangan."
"Cocok di matamu, di mata kami tidak," timpal Ganeeta cepat.
Khalif memang menyebalkan, tapi jujur saja jika harus menjadi pasangan Laura, Ganeeta agak tidak rela.
"Ganeeta ih, benar-benar tidak bisa diajak kerja sama ... padahal aku kurang apa? Mamaku psikiater loh, Net."
"Apa hubungannya pe'a? Dikira Khalif gangguan jiwa sampe butuh mertua psikiater segala," sahut Ganeeta makin sewot.
"Siapa tahu, tekanan mental karena punya kakak kayak kamu," timpal Laura yang tak mau kalah dan berakhir geplakan renyah tepat di keningnya.
.
.
Semakin panas, Aruni yang biasanya memang jadi penyimak tak kuasa menahan gelak tawa. Sedari dahulu mereka tidak berubah, jika dipertemukan belum sepuluh menit pasti sudah saling menjatuhkan.
"Kamu kenapa ketawa? Lucu banget memang?"
"Ya lucu lah!! Kalian kenapa sih? Berantem terus?" tanya Aruni seraya menggeleng pelan.
"Dia yang mulai, nanyain Khalif melulu ... ganjen banget."
"Ck, kalau aku ganjen terus kamu apa? Dulu sama Om Pras lebih dari aku." Sembari menjulurkan lidah, Laura menyerang Ganeeta dengan melibatkan masa lalu kelamnya.
Sontak hal itu membuatnya murka. Maklum saja, sebelum Pras menikah dia memang segila itu bahkan mengaku pada seluruh dunia bahwa dia adalah calon istri Pras yang akan dipersunting sewaktu dewasa.
"Sorry ya, itu masa lalu ... sekarang semua sudah berubah, aku punya Mas Faaz yang lebih segala-galanya dari Om Pras!!"
"Oh iya? Masa iya?"
"Oh iya dong, cari aja profil Ustadz Rafardhan Faaz Imtiyaz,Lc, M.A. di internet kalau tidak per_"
Uhuk
Ucapan Ganeeta seketika membuat minuman yang baru saja masuk ke mulut Laura menyembur seketika.
"Pakai disebutin segala, iya tahu ... sombong amat."
"Bukannya sombong, cuma sebagai perbandingan jadi berhenti menyeret Om Pras dalam pem_"
"Oh My God, Net lihat Net!!"
Kebiasaan, pembicaraan belum selesai Laura sudah beralih kepada hal lain. Aruni yang sudah menduga maksud Laura diam saja, sama sekali tidak tertarik dengan untuk ikut bicara.
Sementara Laura masih lanjut memandangi dua cowok tampan yang memang menjadi idola kampus saat ini. "Gila, Galaxy secakep itu ... tapi Ganendra lebih cakep lagi sih, jadi bingung mau pilih yang man_"
Plak
"Apasih, Net? Tiba-tiba banget nabok bibir."
"Jangan berlebihan deh."
"Lah, berlebihan gimana? Kamu tidak lihat mereka secakep apa? Tuh, pesona ahli waris keluarga Wijaya itu memang beda, benar-benar menyala!! Dan kamu nolak Ganendra cuma karena Zion yang bau walang sangit itu," cerocos Laura panjang kali lebar.
Di balik bahagianya Laura akan kehadiran pria itu, ada Ganeeta yang mendadak risih karena tahu sebentar lagi Ganendra akan bergabung di meja mereka.
"Hai, boleh gabung?"
Sesuai dugaan, cowok junjungan Laura benar-benar meminta izin untuk bergabung di sana. Ganeeta tak menanggapi, tapi Laura mempersilakan tanpa beban.
"Boleh dong, boleh banget!! Sini, duduknya ... aku bisa ges_"
"Thanks, Laura, tapi aku mau duduk di sebelah jodohku saja," ucap Ganendra dengan begitu santainya duduk di antara Ganeeta dan Aruni yang sama-sama tidak begitu welcome akan kehadirannya.
"Dih nyebelin banget si, Galaxy deh yang sini."
"Tidak, aku di sini saja," tolak pria bertopi dan super dingin itu tanpa menatap Laura sama sekali.
Tak berselang lama, Ganeeta mulai karena merasa kurang nyaman tatkala Ganendra terus menerus bertopang dagu seraya memandanginya.
"Kamu cantik banget begini ... Nikah yuk, aku sudah siap jadi suami."
Ganeeta tersenyum tipis, terlihat seperti akan memuaskan, tapi setelah itu dengan tegas dia berucap. "Sebelumnya mohon maaf ... kamu terlambat karena sekarang aku sudah bersuami, Ganendra."
.
.
- To Be Continued -
Gimana Net? mau tetwp peluk Om Pras?siap unbixing?
tak sobek² kamu pras
cuss
bener" minta tampol ni NT/Drowsy/