Fantasi Liar Gadis Introvert
Aku akan terus ada dan kuat untuk berdiri di sini. Bahkan tanpa satu orang pun di sisiku.
🔥🔥🔥
"Aluna... Bangun nak. Jangan begini. Hiks...hiks..hiks..Bangun nak.. Bangun..."
Dewi tidak sanggup melihat putrinya yang terkapar tidak berdaya di ranjang pesakitan . Sudah tiga hari tiga malam Aluna terbaring tidak berdaya. Dia belum juga sadar setelah kecelakaan yang di alaminya tiga hari yang lalu. Aluna menjadi korban tabrak lari saat dia keluar untuk makan siang.
Keluarga Aluna belum tahu bagaimana cerita yang sebenarnya. Dewi menerima telepon dari rumah sakit hanya mengabarkan putrinya mendapatkan kecelakaan dan terluka di bagian kepalanya.
Dewi bergegas datang, karena dia begitu khawatir dengan keadaan putri semata wayangnya. Mereka memang tinggal terpisah, beda daerah. Aluna tinggal di ibukota sedangkan Dewi tinggal di kampung di daerah Jawa Tengah. Dan di sinilah mereka. Di dalam ruangan IGD sebuah rumah sakit milik pemerintah.
Keadaan Aluna yang belum sadar juga membuat Dewi sangat sedih. Dia takut terjadi hal yang tidak diinginkannya. Luka yang di derita Aluna memang cukup parah. Ada luka di kepala dan juga di sekujur tubuhnya. Memang yang paling parah adalah luka di kepalanya. Itulah yang membuat Aluna belum juga sadar sampai saat ini.
" Aluna..Bangun Nak. Jangan begini. Jangan tinggalkan bunda. Bunda dengan siapa kalau kamu terus begini..."
" Ibu berdoa saja semoga putri ibu segera bangun.. Sekarang biar saya periksa dulu ...." Ucap dokter yang baru saja datang untuk memeriksa keadaan Aluna. Dewi sampai tidak menyadari ada orang yang masuk ke dalam ruangan tersebut.
" Dokter bagaimana keadaan anak saya. Kenapa sampai saat ini dia belum juga bangun.." Dewi sedikit menyingkir untuk memberi tempat pada dokter yang akan memeriksa keadaan Aluna.
" Keadaan pasien sudah lumayan membaik. Ibu bersabar saja dan perbanyak berdoa. Semoga sebentar lagi Putri ibu akan bangun.."
Setelah memeriksa Aluna, sang dokter segera meninggalkan ruangan tersebut. Dewi memandang sang putri dengan perasaan yang sangat sedih. Dia tidak tahu bagaimana jika sampai ditinggal Aluna. Dewi hanya mempunyai Aluna seorang. Suaminya, ayahnya Aluna meninggal dua tahun lalu karena sakit. Hanya Aluna lah satu-satunya keluarga yang dimilikinya.
Dewi menggenggam telapak tangan Aluna. Menyalurkan rasa rindu dan juga kekhawatiran. Berharap akan ada keajaiban. Siapa tahu Aluna akan segera sadar.
Tanpa disadari oleh Dewi, mata Aluna terbuka dengan perlahan.
"Dimana ... Aku dimana.. Ini di mana.." Aluna melihat ke sekeliling. Dia melihat dinding yang serba putih. Dan saat menoleh, terlihat ibunya duduk disamping ranjangnya. Aluna memegang kepalanya yang terasa sakit.
" Aluna.. nak kamu bangun. Mana yang sakit... mana. Sebentar ya bunda panggil dokter dulu.." Dewi terkejut. Dewi memeluk Aluna sebentar, kemudian segera berlari keluar. Dia akan menyusul dokter yang baru saja keluar dari ruangan.
" Pak dokter. Dokter.. dokter . Anak saya sudah bangun.." Teriak Dewi. Untung sang dokter belum jauh. Sang dokter masih ada di koridor di dekat ruangan yang Aluna tempati.
" Ada apa ibu. Kenapa harus berteriak-teriak di lingkungan rumah sakit..." jawab dokter yang menghentikan langkahnya ketika mendengar teriakan Dewi.
" Anak saya .. Anak saya dokter. Anak saya sudah bangun dokter..."
" Sudah bangun? Syukurlah. Mari kita ke ruangannya. Biar saya periksa.." Sang dokter berjalan mengikuti Dewi ke arah ruangan Aluna.
" Aduh... Aduh. Aduh .." Terdengar suara rintihan Aluna.
" Alhamdulilah anda sudah bangun. Apa yang anda rasakan.." Tanya Sang dokter segera sambil memeriksa semua bagian tubuh Aluna.
" Saya di mana..." Aluna menatap sang dokter dengan muka yang terlihat bingung. Dia belum sadar sepenuhnya. Terlihat matanya yang masih terus bergerak memperhatikan keadaan sekitar.
" Ini di rumah sakit nak.." Dewi mengusap lengan Aluna. Dewi berdiri bersebrangan dengan dokter yang sedang memeriksa keadaan Aluna.
Aluna terlihat meringis. Sebagian tubuhnya yang terluka terasa nyeri. Aluna memejamkan mata, mencoba meredam rasa sakit yang dia rasakan.
" Mana yang terasa sakit...?" Tanya dokter. Dia terlihat cekatan memeriksa semua bagian tubuh Aluna.
" Semua sudah baik-baik saja. Tinggal menunggu pemulihan luka luar. Anda yang sabar ya. Semua akan kembali seperti semula..." Ucap sang dokter menyudahi pemeriksaannya pada tubuh Aluna.
Aluna terdiam mendengar ucapan dokter. "Bagaimana bisa.." gumamnya pelan. Aluna merasa seluruh rasa nyeri di tubuhnya hilang seketika. Dia memandang sang dokter. Ada sesuatu yang Aluna rasakan.
" Saya permisi dulu. Kalau ada apa-apa panggil saya lagi..." Sang dokter tersenyum kecil. Kemudian berbalik . Dia bersiap meninggalkan ruangan Aluna.
" Alhamdulillah.. Kamu akan segera sembuh. Terima kasih dokter..." Ucap Dewi penuh rasa syukur. Dia senang anaknya telah tersadar.
" Sebentar dok...." Aluna memandang sang dokter. Keningnya berkerut.Dia merasa sangat familiar dengan wajah dokter tersebut. Namun dia lupa dimana.
" Kapan saya pulang.." Akhirnya hanya kalimat tersebut yang keluar dari mulut Aluna. Aluna tidak berani mengungkapkan apa yang dia pikirkan.
" Tunggu pemeriksaan selanjutnya. Mungkin dua hari lagi anda bisa pulang.. Kalau begitu saya permisi dulu.." Sang dokter menoleh dan memandang Aluna sekilas.
Dokter melangkah pergi meninggalkan ruangan Aluna. Mata Aluna menatap kepergian sang dokter. Dia merasa ada sesuatu yang berbeda dengan sang dokter.
" Kenapa rasa sakit ini hilang seketika.." Gumam Aluna pelan. Aluna heran bagaimana bisa rasa sakit yang dia rasakan hilang begitu saja.
"Kenapa Nak..." Dewi ikut heran ketika melihat Aluna memegang semua bagian tubuhnya yang terluka.
" Nak, bunda senang kamu sudah bangun..." Dewi duduk di kursi disebelah ranjang Aluna. Aluna masih diam. Dia masih belum sadar sepenuhnya. Dia masih memikirkan apa yang sebenarnya terjadi padanya.
" Nak kita pulang kampung saja. Biar kamu bunda rawat di kampung saja..."
Aluna memandang bunda nya yang terlihat lelah. Pikiran teralihkan " Bunda datang kapan? bunda tahu darimana Aluna di sini..."
" Dari staf rumah sakit. Dia membuka ponsel kamu dan menghubungi bunda. Apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa kamu tidak hati-hati..."
Aluna terdiam. Dia sedang mencoba mengingat apa yang dia alami. Matanya memandang ke langit-langit kamar. Pandangan matanya hampa. Aluna masih merasa bingung. Yang dia ingat, dia sedang tertidur di sebuah kamar di rumah yang sangat mewah. Ada seorang laki-laki yang membangunkannya. Dan saat Aluna terbangan ternyata dia sedang berada di rumah sakit.
" Nak.. bunda tahu kamu selalu berhati-hati. Apa ada yang sedang kamu pikirkan.."
Aluna menoleh. Dia tidak tega melihat keadaan bundanya yang mulai menua. Rasa lelah tergambar di wajahnya yang terlihat masih cantik diusianya yang sudah berkepala lima.
" Bun .. . Istirahatlah. Aluna sudah tidak apa-apa. Apa bunda sudah makan. Bunda tidak boleh ikut sakit.."
" Kamu itu ditanya malah mengalihkan. Tenang saja bunda sudah makan. Bunda u tidak sebodoh itu. Menunggu kamu juga butuh tenaga kali..."
Aluna tersenyum. Dia rindu candaan bundanya seperti ini. Matanya berkaca. Dia terharu melihat bundanya yang selalu kuat menghadapi kehidupan.
" Iya.. Iya. Baguslah. Sekarang bunda istirahat. Aluna sudah bangun bukan. Maaf membuat bunda khawatir... Maaf jadi merepotkan bunda.."
" Tidak Luna.. Kamu putri bunda. Mana ada seorang anak yang merepotkan orang tuanya. Kamu cepet sembuh ..." Dewi memandang Aluna yang terlihat sedih.
Dewi mendekati Aluna dan memeluknya. Dia tahu putrinya sedang tidak baik-baik saja. Walaupun mereka hidup berjauhan, Dewi tahu bagaimana sang putri yang selalu mandiri dan berhati-hati. Namun Dewi tidak akan memaksa Aluna untuk bercerita. Biarlah kalau saatnya tiba, pasti Aluna akan bercerita sendiri.
" Baiklah nak, bundu mau ngeluk boyok sebentar. Pegel juga ini pinggang. Duduk terus dari kemarin.."
" Sebentar Bun, Aluna ingin bertanya sesuatu..." Aluna terlihat ragu.
"Katakan saja...." Dewi menoleh ke arah Aluna. Dilihatnya Aluna malah diam sambil memandang sekeliling ruangan." Kok malah diam.."
" Eh...eh.. Apa ada orang lain selain bunda ada di ruangan ini barusan..." Jawab Aluna terbata.
" Tidak ada. Hanya bunda sendirian. Eh iya, dokter dan suster yang memeriksa kamu. Ada apa memangnya.."
Aluna kembali terdiam. " Lalu siapa yang membangunkan aku tadi. Siapa yang berbisik di telingaku.. " Gumam Aluna pelan.
"Ada apa Luna..Jangan bikin bunda takut.." Dewi kembali mendekati Aluna. Mengusap lengannya pelan. "Katakan saja ada apa. Cerita sama bunda..."
" Tidak ada apa-apa bun. ya udah sana bunda istirahat. Mata bunda berkantung, pasti bunda kurang tidur. Sekarang saatnya bunda tidur. Aluna kan sudah bangun. Kita gantian jaga. Hehehe.."
" Ya sudah kalau begitu. bunda istirahat dulu. Pinggang bunda pegal sekali rasanya. Ingat jangan ada yang di rahasiakan antara kita.."
Aluna mengangguk. Kemudian membetulkan posisi tidurnya. Dia juga merasa pegal .
Dewi menjauh dari sisi tempat tidur. Dia merebahkan dirinya di tikar yang dia bawa. Dia memang capek. Dia tidak bisa istirahat dengan benar selama menunggu Aluna. Tak berapa lama terdengar nafas Dewi yang teratur. Tandanya sang ibu sudah tertidur pulas.
Aluna melihat sebentar ke arah bundanya. " Bunda maafkan Aluna selalu merepotkan. Tapi hanya bunda yang Aluna punya. Aluna benar sangat butuh bunda saat ini.." Ucap Aluna lirih. Dia tidak ingin mengganggu istirahat sang bunda.
Aluna memandang langit-langit kamar. Kemudian memejamkan mata sejenak. Tak lama dibuka kembali. Matanya sudah berkaca-kaca. Dia telah teringat apa yang terjadi dengan dirinya.
" Heh... Tidak seharusnya aku sampai seperti ini.." Aluna mendesah pelan. Ingatannya kembali ke tiga hari yang lalu...
🔥🔥🔥
Sore itu , sepulang kerja, Aluna berjalan sendirian. Dia berjalan menuju sebuah taman. Di mana dia telah berjanji akan bertemu dengan kekasih hatinya. Mereka berdua berjanji akan bertemu jam lima sore di sebuah taman yang terletak di pinggiran kota.
Mereka telah berencana akan menikmati senja sore itu dengan duduk di taman. Sangat romantis dan akan menjadi kenangan yang indah tak kan terlupakan.
Aluna bergegas melangkah, dia tidak ingin terlambat. Dia akan datang terlebih dahulu dan mempersiapkan semuanya. Dia ingin membuat kejutan untuk sang kekasih.
Namun betapa terkejutnya Aluna. Di depan sana terlihat dua orang yang sangat dikenalnya, terlihat berdiri sambil berpegangan tangan.
Dia tertegun. Dia meraba dadanya yang tiba-tiba terasa nyeri. Dia tidak menyangka sama sekali. Aluna mengucek matanya untuk meyakinkan diri. Namun pemandangan di depan sana tidak berubah.
Aluna masih bergeming. Hanya diam menatap hampa pemandangan di depan sana. Namun dengan segera Aluna mencari tempat sembunyi. Untung ada sebuah pohon yang rimbun di dekatnya berdiri. Aluna segera menyelinap. Dia ingin memastikan pendengarannya.
"Sayang, ingat janji kamu kalau hari ini kamu akan memutuskan Aluna..." Suara yang Aluna dengar membuat kepalanya tiba-tiba pusing. Itu suara sahabat baiknya. Alisha, Orang terdekatnya saat ini.
" Tentu saja.Kamu jangan khawatir. Aku juga sudah tidak tahan dengan Aluna. Gadis cupu yang tidak ada menariknya sama sekali. Aku cuma ingin memanfaatkan kebaikannya."
Deg....
Aluna terkejut. Tubuhnya sampai terhuyung mendengar suara tersebut. Kepalanya berdenyut. Matanya berkunang-kunang . Jantungnya berdebar kencang mendengar perkataan orang yang sangat dikenalnya. Antara nyata dan tidak. Percaya dan tidak....
Bersambung
Selamat datang di novelku. Terima kasih untuk yang sudah mampir.
Love you ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
🥑⃟🎻🅕🅔🅑🅑🅨
Jan Jan kok doyan iya makan punya temen sendiri
dih Thor seni seni horor lagi ya
2024-10-19
9
Zea
Hai kak author salam kenal aku dari aplikasi sebelah mampir sini karena rekomendasi dari kak Fella , sejauh ini masih mengamati cerita dan menikmati nya semangat ❤
2024-11-02
2
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀ᴮᵉʳʳʸ✰͜͡v᭄ㅤ
sblm kecelakaan dia menemukan rahasia
2024-11-06
1