Astin yang sakit 3 hari telah meninggal duni, tetapi sebuah jiwa yang tersesat mengambil ahli tubuhnya.
Astin lalu berubah menjadi sangat berbeda, memberi kejutan pada orang-orang yang selama ini menghina Astin.
Kejutan apakah itu?
Yuk baca untuk mengetahuinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Perasaan yang berubah membawa ancaman
Astin selesai mandi, dia keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi menutupi tubuhnya yang dikaruniai kulit putih bersih yang cantik.
Astin langsung duduk di kursi meja rias dan menatap wajahnya di cermin.
Sesaat kemudian satu persatu alat kecantikan pun diraih oleh tangannya dan menggunakannya dengan hati-hati, merias diri dengan penuh pertimbangan, pemilihan warna, tekstur dan pola.
Setelah menghabiskan 1 jam lamanya, akhirnya Astin selesai dengan riasannya, dia tersenyum puas menatap wajahnya yang tampak cantik.
Bahkan jika disandingkan dengan seorang model terkenal pun dia mungkin akan mendapat nilai yang lebih baik.
Lalu Astin berdiri, berjalan ke arah lemari dan mendapati perhiasan yang sebelumnya ia beli, semuanya sudah terpajang di etalase termasuk set perhiasan merah yang dipilihkan oleh Chika.
Astin memperhatikan perhiasan itu selama beberapa saat sebelum tersenyum dan menoleh ke arah gaun yang dia gantung di lemari, gaun yang juga dipilihkan oleh Chika itu memiliki potongan dan desain yang begitu dewasa.
Memakainya akan membuatnya terlihat lebih tua dari umur yang sesungguhnya.
Astin mengabaikan semuanya itu, dia memilih mengambil gaun yang lain dari lemari, dan menggunakan perhiasan yang sesuai dengan keinginannya.
Lalu memilih sebuah sepatu, sengaja memilih sepatu dengan hak tinggi yang memiliki ujung runcing di bagian haknya.
Setelah selesai menggunakan semuanya, Astin berdiri di depan cermin, tampaklah seorang perempuan penuh keanggunan dan pesona yang menawan.
Siapapun yang melihatnya pasti akan terpukau dan tidak hanya cukup menoleh sekali, pasti berkali-kali dan tak akan pernah terpuaskan.
Astin pun mengambil tas di atas meja, sebelumnya dia telah menyiapkan tas limited edition tersebut dari brand Hermes.
Lalu memasukkan beberapa barang-barang penting yang harus dibawa seperti ponsel, kunci mobil dan dompet, tak lupa pula beberapa alat-alat make up yang paling penting dibutuhkan seorang perempuan ketika sedang keluar.
Setelah selesai, Astin kemudian meninggalkan kamar, turun ke lantai bawah dan mendapati rumah masih kosong.
Bagaimanapun, semua pemilik rumah tempat ia tinggal memiliki bisnisnya masing-masing, termasuk ibu mertua. Hanya dia sendirilah yang tidak memiliki bisnis apapun, Hanya menghabiskan waktunya berada di rumah setiap hari bersama para pelayan yang terus mencemoohnya.
"Nyonya?" Kepala pelayan terkejut ketika melihat Astin turun dari tangga, Dia terpaku di tempatnya memandangnya perempuan cantik yang menuruni tangga dengan langkah yang begitu anggun.
Ini pertama kalinya dia melihat keanggunan Astin yang benar-benar dipancarkan.
Astin melemparkan senyum dinginnya, lalu terus melangkahkan kakinya meninggalkan kepala pelayan tersebut.
Dia menaiki mobil yang menjadi hadiah pernikahannya dengan suaminya dan mengendarai mobil tersebut meninggalkan kediaman.
Berkendara di jalanan, Astin tiba di lampu merah ketika ponselnya berdering.
Sebuah panggilan telepon dari Chika.
"Halo," ucap Astin menjawab panggilan telepon itu.
"Kau sudah di mana? Aku sudah di tempat pesta, datang lagi jalan xx nomor 17 lantai 8. Aku akan menunggumu di depan!" Seru perempuan dari seberang telepon.
Terdengar juga suara riuh perempuan-perempuan lainnya, tampaknya mereka sedang bersenang-senang.
"Ok!" Jawab Astin dengan santai lalu lanjut mengemudikan mobilnya hingga Dia tiba di jalan xx nomor 17.
Setelah memasuki gedung, ia langsung naik ke lantai 8 dan pergi ke sebuah aula lewat petunjuk dari seorang staf.
Saat tiba di depan pintu Aula, Astin melihat orang-orang di dalam aula begitu banyak, tampaknya berpesta riah.
Itu adalah pesta yang diadakan oleh seorang perempuan untuk merayakan kelulusannya sebagai seorang master di universitas.
Tepat ketika Astin masih berdiri di depan aula, seorang perempuan tiba-tiba melihatnya, perempuan itu mengenalinya.
"Bukankah kau temannya Chika?" Tanya sang perempuan sambil menghampiri Astin, Dia pernah melihat Astin bersama-sama dengan Chika di pusat perbelanjaan.
Astin mengangguk dengan pelan, dan membiarkan Sang Perempuan menariknya ke dalam aula.
"Chika ada di sana, Aku baru saja berbincang dengannya, Kau pasti sedang mencarinya kan?" Tanya sang perempuan sambil memperhatikan penampilan Astin, dia benar-benar terpukau karena merasa luar biasa dengan semua barang-barang yang ada di tubuh Astin.
"Bukankah itu tas Hermes limited edition?" Seorang perempuan berseru sambil menghampiri Astin ketika tatapannya tertuju pada tas yang ada di tangan kanan Astin.
Para perempuan yang ada di sekitar situ pun langsung memanjangkan leher mereka untuk melihat yang dimaksud oleh sang perempuan yang baru saja berseru.
Astin tersenyum kikuk, "halo semuanya," kata Astin.
"Ya ampun kau begitu cantik," seorang perempuan lainnya memperhatikan Astin, dan dia merasa kalau perempuan di hadapannya ini adalah seorang model.
Beberapa pria yang ada di sekitar itu juga melirik ke arah Astin, semua orang terpukau.
Karena keributan yang ditimbulkan oleh Astin, akhirnya Chika yang bersama teman-temannya pun akhirnya menyadari kedatangan Chika namun dia terbelalak kala melihat bagaimana penampilan Astin.
"Apa yang kau lakukan?" Naira yang berada di samping Chika langsung menyenggol lengan Chika dengan kesal.
Sebelumnya mereka telah merencanakan untuk membuat perempuan itu dipermalukan di tempat ini, namun Kenapa jadi,, jadi disanjung oleh semua orang?
Chika menggelengkan kepalanya, nyawanya setengah melayang ketika dia berjalan menghampiri Astin.
Mata Chika mengerjap beberapa kali memperhatikan penampilan Astin dari ujung kaki sampai ujung kepala, ini benar-benar,, sempurna!
Dia bahkan tidak percaya diri untuk berdiri diri samping Astin.
'Bagaimana bisa? Bukankah dia hanya membeli satu set perhiasan dan juga,,, pakaian,, tas,, sepatu,,, tidak ada satupun yang kami beli di pusat perbelanjaan yang ia gunakan,' ucap Chika dalam hati.
"Chika," Astin melemparkan senyumannya pada Chika ketika ia melihat Chika berjalan ke arahnya.
"Ahh,, kau temannya Chika?" Ucap salah seorang perempuan sambil melihat Chika yang tampak menyambut senyuman Astin.
Astin menganggukkan kepalanya dan berjalan menghampiri Chika lalu memeluk lengan kiri Chika sambil berkata, "kami teman baik. Bahkan baru hari ini kami berbelanja bersama di pusat perbelanjaan."
"Wah,,, ah pantas saja penampilanmu sangat luar biasa, ternyata Karena Kau berteman dengan Chika. Itu luar biasa! Kalian berdua tampak mempesona hari ini," ucap salah seorang perempuan sambil memperhatikan Chika dan Astin, tampaknya kali ini sang primadona setiap pesta baru saja dibanting oleh sahabatnya sendiri.
Meski begitu, tidak ada yang berani mengatakan hal itu, namun dari tatapan orang-orang, Chika jelas bisa melihat isi pikiran orang-orang di sana.
Hal itu membuat wajah Chika sedikit pucat, Ini pertama kalinya Dia dikalahkan oleh seseorang dalam berpenampilan.
Itu pula lah yang membuat kebencian Chika menjadi semakin besar dalam hatinya dan berpikir untuk membuat Astin dipermalukan besar-besaran malam ini.
"Astin memang sangat cantik," Chika tersenyum senang, "nikmati obrolan kalian, kami akan ke sana dulu," ucap Chika langsung menarik Astin pergi dari sana.
"Semoga kita bertemu lain kali," kata Astin melambaikan tangannya pada para perempuan di sana membuat para perempuan itu menganggukkan kepalanya dan terus menetap kepergian Chika dan astin.
"Kalian lihat wajah Chika barusan?" Salah seorang perempuan berbisik.
"Memangnya Apa yang kau lihat?"
"Dia tampaknya tidak senang dengan penampilan temannya itu."
"Ah masa sih? Dia tersenyum kok."
"Iya, aku lihat dia tampak senang dengan temanya itu."
"Hah,, kalian benar-benar tidak melihatnya?" Sang Perempuan yang memutar bola matanya, jelas dia sempat melihat bagaimana ekspresi Chika tampak berubah selama beberapa detik.
"Ah kau jangan mengada-ngada."
"Iya, Ayo kita bersulang."
Sementara Astin yang pergi bersama Chika, dia mendengar Chika berkata, "kenapa kau tidak memakai barang-barang yang kita beli bersama?"
Astin tersenyum, "aku dibantu suamiku memilih barang, ini juga hadiah darinya," ucap Astin.
"Apa?!" Chika menghentikan langkahnya, wajah mungilnya tampak terkejut, tapi sesaat kemudian dia memperbaiki ekspresinya, "bukankah kau bilang kau menyukai Erik? Kenapa sekarang kau tampak berubah?" Tanya Chika kebingungan.
"Ya,, aku rasa saat ini aku jadi menyukai suamiku, dia lebih tampan dari Erik," jawab Astin membuat Chika semakin kesal.
"Tapi--"
"Kita bicarakan ini nanti, bukankah kau bilang kita di sini untuk bersenang-senang?" ucap Asti akhirnya membuat Chika melanjutkan langkah kakinya seirama dengan Astin.
Namun begitu, dalam hatinya masih menyimpan kekesalan, kecemasan.
Akhirnya mereka bergabung dengan semua teman-teman Chika yang merupakan satu geng.
Tampak teman-teman Chika tidak senang dengan kedatangan Astin sehingga salah seorang perempuan tidak tahan untuk mencibir Astin dengan ekspresi penuh keirian, "sepertinya Putri buruk rupa kita sudah mulai memakai barang-barang mewah ya."
"Tapi apa Kau tahu, bagaimanapun seekor itik mendandani dirinya, dia tidak akan pernah sama dengan angsa. Bahkan jika dia menggunakan bulu emas, tetap saja Dia adalah seekor itik, tidak bisa berubah menjadi angsa," ucap perempuan yang lain dengan senyum mengejek.
Chika mengerutkan keningnya, dia tampak sedih melihat teman-temannya, "Jangan berkata seperti itu, bagaimanapun Astin adalah sahabatku juga," ucap Chika dengan suara penuh kelembutan.
"Ya,, ya,, Chika adalah orang yang baik,, Tentu saja dia tidak masalah berteman dengan siapapun. Tapi ngomong-ngomong, Naira, dari tadi kau melihat ke mana?" Tanya salah seorang perempuan menatap Naira.
"Pria di sana, Bukankah dia teman sekolah Arga dulu? Kudengar-dengar Dia baru saja kembali dari luar negeri dan akan mengambil alih perusahaan entertainment milik ayahnya. Dia itu dingin, tidak menyukai wanita sama seperti Arga. Aku pernah bertemu dengannya di bandara, dan jatuh cinta pada pandangan pertama," kata Naira dengan buka berseri-seri menatap pria bernama Irman yang tampak berbincang dengan seorang pria paruh baya.
"Dia memang tampan, sejak kedatangannya tadi banyak gadis melirik ke arahnya, aku rasa kau tidak akan mudah mendapatkannya," ucap salah seorang perempuan.
Astin juga memperhatikan pria itu, memang tampan, tapi bagaimanapun dia 100% akan berkata bahwa suaminya jauh lebih tampan.
"Ayo kita berdiri di dekat dia, Aku ingin melihatnya dari dekat," ucap Naira langsung menarik tangan Chika dan Chika menarik tangan Astin hingga ketiga perempuan itu pun berjalan terburu-buru ke dekat Irman.
Saat berjarak 1 m dari Irman, Naira menghentikan langkahnya dan mengambil sampanye dari nampan seorang pelayan diikuti oleh Chika yang mengambil 2 gelas sampanye dan menyerahkan satu gelas pada Astin.
'Dia ini tidak tahan alkohol, akan bagus kalau dia mabuk nanti dan membuat kekacauan di tempat ini,' ucap Chika dalam hati sambil melemparkan senyuman indahnya pada Astin.
"Minumlah, kadar alkoholnya tidak terlalu tinggi kok," ucap Chika.
dasar ular kadot