Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Dani Kembali Memberi Info
Pukul sembilan lewat tiga puluh menit Zafira pun mengajak bi Senah masuk karena merasa kasihan melihat bi Senah sudah menguap dan menahan kantuk sedari tadi. Setelah mengucapkan terima kasih karena telah menemaninya, Zafira pun langsung masuk ke kamar.
Setelah membersihkan diri, gadis itu naik ke tempat tidur. Diambilnya ponsel di nakas. Dia kembali mencoba menelepon nomor Fariz tetapi sama dengan hari-hari kemarin. Tidak aktif.
Dengan wajah kecewa Zafira meletakkan kembali ponsel ke nakas.
"Apa mungkin kamu memblokir nomorku?" fikir Zafira cemas.
Sejak Fariz meninggalkannya, setiap detik, menit dilaluinya dengan penuh siksa kerinduan. Betapa rindu hatinya kepada pria yang selama ini selalu ada di sisinya dalam keadaan apapun. Namun kini sosok itu seakan hilang ditelan kegelapan malam. Ternyata merindukan seseorang tanpa dapat melihat wajahnya merupakan satu hal yang sungguh menyakitkan. Setiap detik dilalui dengan bayangan wajah Fariz yang terus berputar memenuhi rongga kepala namun tidak dapat menjangkau raganya.
Hidupnya menjadi tidak berarti jika Fariz tidak berada di sampingnya. Setiap hari fikirannya kacau. Di kantor pun dia sering uring-uringan, tidak fokus tiap menyelesaikan pekerjaan. Terkadang sekretarisnya terpaksa menyodorkan ulang berkas untuk ditandatangani karena Zafira sering melewatkan beberapa lembar tidak ditandatangani. Sekretarisnya merasa ada sesuatu yang terjadi pada diri atasannya namun dia tidak berani bertanya lebih banyak.
Suara notif ponsel membuyarkan lamunan Zafira.
Zafira membuka pesan tersebut. Matanya melebar saat melihat foto yang dikirim. Foto sebuah mobil hitam terpampang di layar ponsel, yang dia sangat mengenal jelas mobil tersebut milik Fariz.
Masih dalam keterkejutan memandangi foto di layar, ponselnya tiba-tiba berdering kembali. Dengan perasaan was-was gadis itu mengangkat telpon menanti info dari karyawan kantornya.
"Selamat malam bu, maaf untuk kedua kali saya menelepon malam-malam mungkin mengganggu waktu istirahat bu Zafira. Tapi ini sangat penting" suara di seberang terdengar serius.
"Malam, Dan. Iya tidak apa-apa. Saya selalu menunggu teleponmu jam berapa pun itu. Apa kamu mendapat berita terbaru yang akan kamu sampaikan? Cepat katakan sekarang" kejar Zafira tak ingin menunggu lama.
"Iya bu. Saya sekarang sedang berada di Mall D"
"Mall? Kamu sudah bertemu pak Fariz? Tadi kamu mengirim foto mobilnya. Dia bersama siapa? Apa yang dia lakukan di sana? Apa dia masih di mall atau sudah pulang? Kamu sempat berbicara dengannya atau tidak?" rentetan pertanyaan Zafira membuat dahi Dani mengernyit kemudian geleng-geleng kepala berhadapan dengan sang atasan yang akan selalu tidak sabar setiap kali membahas masalah suaminya.
"Pertanyaan mana yang harus saya jawab dulu bu?" Dani menggaruk kepala merasa pusing betapa banyaknya pertanyaan yang harus dijawabnya.
Zafira baru tersadar jika dia terlalu banyak memberikan pertanyaan lalu mengangguk mengerti.
"Baik, saya mengerti. Jelaskan satu persatu" jawab Zafira kemudian.
"Tadi saat berjalan ke parkiran mobil, saya melihat pak Fariz berjalan menuju mobilnya. Saya mengikutinya tapi tidak sempat mengejarnya karena pak Fariz keburu masuk mobil. Dan saya hanya sempat mengambil foto mobilnya"
"Terus...?" Zafira tidak sabar.
"Terus bagaimana bu? Pak Fariz nya sudah masuk ke mobil dan pergi. Tidak mungkin saya mengejarnya dengan berlari?"
"Huh, Dani kamu? Mobilmu mana? Harusnya kamu ikuti dengan mobilmu" Zafira menarik nafas panjang, harus banyak bersabar menghadapi tingkah Dani yang terkadang membuat kepalanya makin pusing.
"Saya parkir berjauhan dengan mobil pak Fariz" Dani menjelaskan.
"Kamu selalu saja hampir berhasil tapi ujung-ujungnya gagal" suara Zafira sedikit kecewa.
"Namanya juga usaha bu, tidak selalu berhasil. Tapi setidaknya bu Zafira sudah tahu kalau pak Fariz mengunjungi mall tersebut" ujar Dani mencoba membuka fikiran Zafira.
"Hmmm" Zafira berfikir sejenak dan membenarkan kata-kata Dani.
"Kamu benar juga. Besok saat libur kantor, saya akan mendatangi mall yang kamu katakan tadi. Siapa tahu akan bertemu dengan pak Fariz. Mall itu mall biasa saya dan pak Fariz datangi"
"Saya setuju bu"
"Eh, kamu belum menjawab pertanyaanku. Tadi pak Fariz bersama siapa?" Zafira mengulang kembali pertanyaan yang masih mengusik batinnya.
"Bu Zafira ternyata tipe istri cemburuan juga ya bu, hehe, hehe" Dani menebak tepat sasaran sambil terkekeh tanpa dosa.
Zafira mengurut dahi. Dia harus ekstra sabar menghadapi tingkah Dani.
"Jawab pertanyaanku, Dan" suara Zafira terdengar menekan.
"Sendiri bu. Sepertinya pak Fariz tetap setia pada satu wanita" jawab Dani yang membuat hati Zafira menjadi tenang.
"Kerja bagus. Aku akan mengganti bensinmu untuk satu bulan ke depan"
"Wah terima kasih banyak bu. Saya makin semangat bekerja jadi bawahan bu Zafira. Tapi jangan diminta kembali uang yang sudah bu Zafira transfer" suara di seberang terdengar memohon.
"Sudahlah. Aku ingin istirahat sekarang. Bicara denganmu menghabiskan waktu dan energy saja. Kamu juga beristirahat. Terima kasih"
Zafira langsung menutup sambungan telepon sementara Dani merasa kesal karena lagi dan lagi gagal menemukan keberadaan Fariz.
Zafira kembali melanjutkan tidur. Malam ini seperti malam-malam kemarin, gadis itu tidak dapat tidur dengan tenang. Dia berada di kasur yang empuk serta ruangan luas dengan pengaturan AC yang diatur dengan suhu hangat tetapi tidak mampu membuatnya bisa terlelap dengan nyenyak dan nyaman. Semua karena Fariz yang terus berputar di dalam kepalanya.
***
Besok pagi.
Zafira bisa beristirahat di rumah karena hari ini jadwal kantor libur.
Setelah sarapan, Zafira duduk di sudut ruangan kamar bersila melipat kedua kaki. Kepala terdongak ke atas bersandar di tembok menatap langit-langit kamar. Sesekali terdengar menghela nafas panjang lalu membuangnya berat.
Di kamar ini dia dan Fariz pernah tidur satu ranjang dalam keadaan saling berpelukan intim dengan jantung yang sama-sama berdebar. Kamar yang menyimpan memory indah, dimana memiliki banyak kenangan bersama sahabat masa kecil sekaligus suami yang kini telah mengisi penuh ruang hati serta menyita seluruh fikirannya.
Berbagai kenangan terus melintas di benak Zafira. Mulai dari kenangan manis hingga kenangan pahit. Terlihat bibirnya menyungging senyum namun di detik berikutnya senyuman itu berubah tangisan. Diremasnya kedua tangan penuh kegelisahan sembari memejamkan mata yang terus menitikkan buliran bening.
Di saat Zafira hanyut dalam kesedihan, tiba-tiba saja dia teringat kata-kata Fariz saat pertengkaran mereka kemarin.
Ada sesuatu yang mengganjal hatinya mengenai ucapan Fariz. Apa sebenarnya yang dimaksud Fariz tentang pesan yang dikirimkan Rudy kepadanya?
Gadis itu seketika membuka mata. Menghapus jejak air mata yang membasahi pipi. Dia beranjak dari lantai dengan gerakan cepat. Setelah itu dia bergegas mencari Rudy dan untung saja petugas keamanan rumahnya tersebut sedang duduk bersantai di pos Security sambil menikmati sepuntung rokok dijepit di antara telunjuk dan jari tengah.
...*****...