Amira Khairinisa, tiba-tiba harus menerima kenyataan dan harus menerima dirinya menjadi seorang istri dari pria yang bernama Fajar Rudianto, seorang ketos tampan,dingin dan juga berkharisma di sekolahnya.
Dia terpaksa menerima pernikahan itu karena sebuah perjodohan setelah dirinya sudah kehilangan seseorang yang sangat berharga di dunia ini, yaitu ibunya.
Ditambah dia harus menikah dan harus menjadi seorang istri di usianya yang masih muda dan juga masih berstatus sebagai seorang pelajar SMA, di SMA NEGERI INDEPENDEN BANDUNG SCHOOL.
Bagaimanakah nantinya kehidupan pernikahan mereka selanjutnya dan bagaimanapun keseruan kisah manis di antara mereka, mari baca keseluruhan di novel ini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon satria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5.
Setelah beberapa lama menit mereka terdiam, Amira langsung tersenyum kembali, tiba-tiba saja dia langsung berpikir untuk melakukan sesuatu kepada Fajar.
" Kamu enggak penasaran sama wajah aku?." tanya Amira tiba-tiba.
Mendengar hal itu dari Amira, Fajar pun langsung terkejut dengan pertanyaan itu, dia tidak pernah berpikir bahwa Amira akan berani bertanya itu kepada dirinya.
" Yakin, gak penasaran?" tanya kembali Mira karena Fajar masih belum merespon nya dan hanya diam saja.
" Ga, Amira."
" Beneran? gak ada rasa penasaran sedikit, pun?" tanya Amira lagi, dan itu terdengar seperti sebuah tantangan yang dilontarkan Amira terhadap Fajar.
" Ok, jadi mau saya minta buka sekarang?" tanya Fajar yang sudah hilang kesabaran nya dan balik menantang Amira.
Dan benar saja setelah Fajar mengatakan itu, Amira pun langsung menggeleng kepalanya, tampaknya dia telah salah menjahili pria dingin yang sudah menjadi suaminya itu.
Bahkan Amira juga langsung segera menggeser posisi duduknya, menjadi sedikit lebih jauh dari posisi sebelumnya.
Fajar yang melihat tingkah Amira yang panik itu langsung tersenyum tipis, padahal Amira lah yang memancing nya lebih dulu tapi setelah di lawan balik malah dia yang panik sendiri.
" B-bukannya kamu masih ngantuk? tidur lagi aja, nanti aku bangunin pas waktunya sarapan."
" Udah gak ngantuk."
" O-oh." ucap Amira dengan gugup.
" Oh iyah terkait rapat besok..."
" Bukan waktunya bahas tentang organisasi ." potong Fajar dengan nada tegasnya.
Seketika Amira pun langsung memejamkan kedua matanya, sambil mengulum bibirnya di balik cadar.
Niatnya ingin mengganti dan mengalihkan topik pembicaraan namun malah langsung digagalkan begitu saja oleh Fajar.
...🖤🖤🖤🖤🖤🖤...
Waktu sarapan pun telah tiba, saat ini Amira dan Fajar sudah berkumpul di lantai satu hotel untuk menyantap sarapan bersama dengan kedua orang tua nya Fajar, yang tentunya juga sudah menjadi orangtuanya Amira juga.
Tidak membutuhkan waktu lama juga bagi mereka untuk menyantap sarapan itu, hingga beberapa menit mereka sudah selesai menghabiskan nya dan langsung memutuskan untuk berbincang-bincang.
Resepsi semalam juga sudah membuat mereka semua kelelahan, sehingga tidak ada waktu untuk mereka saling mengobrol dengan tenang.
Maka pagi ini mereka manfaatkan waktu luang itu untuk mengobrol bersama.
" Gimana istirahatnya?" tanya Annisa kepada Anak dan juga menantunya.
" Alhamdulillah, kita bisa beristirahat dengan baik Bunda." ucap Amira yang langsung menjawab, karena Fajar tidak kunjung bicara.
" Syukurlah kalau begitu." ujar Annisa yang senang mendengarnya.
" Nanti pas sampai rumah, minta sama Bibi buat pindahin barang-barang kamu ke kamarnya Fajar." sambung Annisa kembali.
" Kita mau pisah kamar." potong Fajar.
" Loh, kenapa?" tanya Rudianto Alfiansyah, selaku Ayah kandungnya Fajar.
" Ayah pastinya sudah paham." ucap Fajar yang hanya memberikan jawaban singkat itu.
Rudi dan Annisa pun kini langsung saling pandang, tampak ada rasa khawatir dari raut wajah mereka mendengar permintaan dari anaknya itu.
" Tujuan awal pernikahan ini, supaya Bunda bisa jaga Amira dan bisa selalu memastikan nya baik-baik saja, setidaknya, dia sudah bisa tinggal dirumah kita, jadi itu sudah cukup memastikan kalau dia bakal aman." jelas Fajar.
" Kenapa kamu bahas itu dihadapan Amira?!" tegur Annisa.
Karena tentu saja dia akan merasa bersalah atas ucapan yang dilontarkan dari Fajar itu, bagaimana jika nanti Amira akan tersinggung dengan ucapan dari anaknya itu, begitulah pikir Annisa.
" Kita memang sudah bahas ini sebelumnya Bunda, dan keputusan ini sudah menjadi atas kesepakatan kita berdua." sahut Amira yang ikut menjelaskan.
" Kamu juga setuju?" tanya Rudi kepada Amira.
" Iyah, Ayah." jawab Amira yang langsung mengangguk.
" Baiklah, kalau itu memang sudah kesepakatan dan keputusan kalian berdua Ayah sama Bunda setuju, dengan begini, kalian berdua juga bisa fokus kepada sekolah kalian." ucap Rudi yang langsung mendapatkan anggukan dari Annisa.
" Oh ya, ada yang mau kita sampaikan sama kamu." ujar Annisa, sambil menatap ke arah Amira.
" Ini tentang keluarga kami yang belum kamu ketahui, karena kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami, jadi sudah seharusnya kami untuk memberitahu kamu."
Amira yang mendengarnya pun langsung diam menyimak dan mendengarkan nya dengan tenang.
" Waktu itu Bunda bilang sama kamu kalau dirumah ini hanya tinggal Bunda, Ayah dan juga Fajar, selainya adalah pelayan rumah." ucap Annisa, dan Amira langsung mengangguk tanda dia masih mengingat nya.
" Itu memang benar seperti itu, tapi itu baru terjadi dua tahun terakhir ini, karena sebelumnya masih ada kaka nya Fajar yang tinggal juga bersama kami." jelas lagi Annisa.
" Aku baru tau kalau kamu punya kaka." ucap Amira sekilas melirik ke arah Fajar yang duduk di kursi sebelahnya.
" Kaka Fajar bernama Radit, dia kini sedang berada di luar negeri untuk belajar mengembangkan perusahaannya yang ada disana, usianya cuman beda dua tahun dengan Fajar."
"Apa Kak Fajar sekolah disekolah yang sama dengan kita?." ucap Amira yang langsung reflek bertanya.
Dia bertanya seperti itu, karena jika selisih usia mereka hanya bertaut 2 tahun, seharusnya saat dia dan Fajar kelas satu SMA, maka Radit sudah kelas 3 SMA.
Dan jika mereka satu sekolah, sudah pasti semua orang-orang akan tau jika Fajar memiliki seorang kaka, namun sampai saat ini dia tidak pernah mendengar berita bahwa Fajar masih memiliki seorang kaka.
" Sekolah nya beda dengan kalian, makanya kamu gak tau kalau Fajar masih memiliki seorang kaka." sahut Annisa.
Amira pun langsung mengangguk paham, pantas saja dia tidak tau perihal soal kaka nya Fajar itu.
" Nanti kalau ada waktu yang pas kita kenalin kamu sama dia pas waktu dia pulang ke Indonesia, biasanya kaka ipar kamu itu selalu pulang setahun dua kali."
" Gak perlu dikenalin." ucap Fajar, yang tiba-tiba ikut masuk ke dalam perbincangan mereka.
Dan Amira pun langsung melirik Fajar dengan tatapan heran.
" Loh kenapa?, biar Amira kenal dong sama kaka iparnya."
" Gak perlu kenal." ucap Fajar kembali dengan tegas.
Annisa dan Rudi langsung menggelengkan kepala mereka secara bersamaan, mereka tidak habis pikir jika kedua putra mereka tidak pernah berubah dan selalu saja bertengkar, padahal keduanya sudah sama-sama dewasa.
" Kamu sama kaka kamu kapan akurnya, sih?" tanya Annisa yang mulai jengah, sembari menggeleng pelan atas tingkah laku anak bungsunya itu.
Sedangkan Fajar dia tidak menjawab lagi dan kembali ke mode senyap nya, dia menjawab pertanyaan Bundanya itu dengan hanya mengangkat kedua bahunya, tanda tidak peduli.
" Amira " sahut Annisa.
" Iya, Bunda?."
" Kamu gak perlu kerja lagi di perpustakaan, yah, biaya kamu sehari-hari biar jadi suami kamu yang tanggung."
" Bunda yang sayang sama dia, tapi malah minta anaknya buat tanggung jawab." cibir Fajar.
" Itu sudah jadi tanggung jawab kamu sekarang, emangnya kamu gak kasian sama istri kamu setiap hari selalu pulang malam karena harus part-time di perpustakaan kita?"
" Maaf, Bunda, tapi aku sudah nyaman bekerja di perpustakaan, aku masih ingin tetep kerja disana." ucap Amira sambil menunjukan garis matanya yang tengah tersenyum.
" Apa kamu tidak lelah,nak, sudah seharian sekolah dan malamnya harus kembali bekerja di perpustakaan?." tanya Annisa, yang sudah lama merasa kasihan kepada Amira.
" Alhamdulillah tidak Bunda, justru itu salah satu cara aku untuk ngilangin rasa lelah." ungkap Amira yang menenangkan rasa khawatir ibu mertuanya itu.
" Baiklah kalau begitu, kamu minta izin dulu sama suami kamu, kalau dia ngasih izin, kamu boleh tetep kerja disana."
" Gimana? kamu kasih izin, kan?." ujar Amira yang langsung bertanya kepada Fajar.
" Terserah, kalau itu memang kemauan kamu."
Mendengar bahwa Fajar mengijinkan dirinya untuk masih tetap bekerja, Amira pun langsung tersenyum di balik cadarnya.
" Makasih.." ucap pelan Amira dan langsung mendapatkan anggukan dari Fajar.
Annisa dan Rudi yang melihat itupun ikut tersenyum senang melihat Amira dan Fajar yang tampak akur itu.
" Ayah sama Bunda ada rapat siang ini, jadi kita harus pergi sekarang." ucap Rudi.
Dia langsung melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, dia masih memiliki sedikit sisa waktu untuk perjalanan ke arah kantornya.
" Apa kalian mau pulang sekarang atau mau masih disini dulu?"
" Disini, kita masih butuh waktu istirahat." jawab Fajar tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu kepada Amira.
" Baiklah kalau begitu Ayah sama Bunda pamit duluan."
" Ayah dan Bunda hati-hati, yah." ucap Amira .
Annisa dan Rudi langsung tersenyum tulus, saat Amira mengulurkan tangannya lebih dulu untuk mencium punggung tangan mereka, sebagai tanda berpamitan yang diikuti juga oleh Fajar.
" Makasih, Sayang." ujar Annisa mengelus punggung tangan Amira dengan lembut.
Sebenarnya mereka masih ingin mengobrol santai bersama anak dan menantunya itu, tetapi pekerjaan mengharuskan mereka untuk segera pergi dari sana.
Annisa dan Rudi pun langsung pergi dan meninggalkan mereka berdua, sedangkan Fajar dan Amira setelah orang tua mereka pergi, mereka pun langsung kembali ke kamar mereka untuk kembali beristirahat.
TO BE CONTINUE.
mampir dinovelku juga ya/Pray/