Demi menghindari kejaran para musuhnya, Azkara nekat bersembunyi di sebuah rumah salah-satu warga. Tanpa terduga hal itu justru membuatnya berakhir sebagai pengantin setelah dituduh berzina dengan seorang wanita yang bahkan tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Shanum Qoruta Ayun, gadis malang itu seketika dianggap hina lantaran seorang pemuda asing masuk ke dalam kamarnya dalam keadaan bersimbah darah. Tidak peduli sekuat apapun Shanum membela diri, orang-orang di sana tidak ada satu pun yang mempercayainya.
Mungkinkah pernikahan itu berakhir Samawa sebagaimana doa Shanum yang melangit sejak lama? Atau justru menjadi malapetaka sebagaimana keyakinan Azkara yang sudah terlalu sering patah dan lelah dengan takdirnya?
•••••
"Pergilah, jangan buang-buang waktumu untuk laki-laki pendosa sepertiku, Shanum." - Azka Wilantara
___--
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 - Bukan Bayi!!
Azkara tergelak, sepolos itu ternyata istrinya. "Ha-ha-ha ... maksudku Tante Ameera sama Tante Kara, mereka kurang kerjaan jangan pikirkan," ucap Azkara merapikan anak rambut Shanum yang terlihat kemana-mana..
"Maksudnya nguping?"
"Tentu saja, sampai bawa potongan pipa segala, niat banget 'kan?"
"Aduh? Terus gimana? Kita kedengaran?" tanya Shanum dengan mata yang membola saking paniknya.
"Aman, jangan khawatir, satu-satunya manusia yang mendengar suaramu tadi cuma aku dan tidak akan tersebar," ucap Azkara tersenyum simpul sementara Shanum sudah kian memerah.
Tak lagi kuasa menjawab, Shanum sudah terlihat benar-benar lemas. Azkara yang masih punya 1001 cara untuk menggodanya seketika mengurungkan niat dan kini berbaring tepat di sisi sang istri.
"Heugh? Mas mau apa?" tanya Shanum setakut itu tatkala Azkara hendak masuk ke dalam selimut dan memeluk tubuhnya.
"Tidur, kenapa memangnya?"
"Beneran tidur?" tanya Shanum segugup itu dan takut jika Azkara kembali menjamahnya.
"Kamu maunya apa? Ronde ketiga?" Azkara menaikkan alis sembari meng-ulum senyum.
Sudah tahu Shanum ketar-ketir akibat ulahnya, Azkara kembali melontarkan pertanyaan super meresahkan yang membuat sang istri berdegub tak karu-karuan.
Jangankan berpikir tentang ronde ketiga, ketika Azka hendak memeluknya saja Shanum takut. Sama sekali dia tidak menduga jika Azkara akan segila itu, sudah beberapa menit berlalu tapi miliknya masih ngilu.
Berawal dari aba-aba bahwa gerakannya akan dipercepat, Azkara berakhir membuat Shanum tersiksa dengan kenikmatan bertubi yang dia berikan hingga dua babak.
Hentakan demi hentakan yang Azkara kira biasa saja dan tidak akan jadi masalah, ternyata berbeda bagi Shanum yang cukup awam dalam urusan ranjang.
Walau secara teori Shanum paham, tapi untuk prakteknya jelas kalah. Shanum tidak selihai itu untuk mengimbangi naf-su Azkara yang ternyata cukup berbahaya.
Percikan gairah dari seorang pria dewasa yang memang sudah matang dan sekian lama menahan diri memang luar biasa. Jika saja tidak meminta ampun, besar kemungkinan besar Shanum pingsan dibuatnya.
Seolah tiada habisnya, Berkali-kali Azkara melakukannya sampai Shanum merasakan perih di bawah perutnya. Dan kini, Azkara dengan tanpa rasa bersalah menanyakan perihal ronde ketiga.
"Tidur saja, aku capek, Mas," keluh Shanum dengan suara lemah dengan harapan Azkara akan mengerti maksudnya.
"Okay, kita tidur kalau begitu ... mandinya nanti saja, sebelum sahur ya?"
Shanum mengangguk, jujur saja saat ini dia tidak lagi memiliki kekuatan untuk mandi, yang ada di pikirannya hanya tidur saja. Mata wanita itu terasa amat sangat berat hingga perlahan memejamkan mata.
Namun, baru juga hendak tertidur, mata Shanum lagi-lagi terbuka lebar sembari menggigit bibirnya lantaran tangan Azkara yang kini justru memainkan dua gundukan sintal miliknya.
"Maashh, ka-katanya mau tidur," desis Shanum berusaha menahan pergerakan tangan pria itu karena jika dibiarkan, bisa jadi dia akan kembali terjebak dalam jurang kenikmatan yang sengaja Azkara gali.
"Ini mau tidur." Tanpa membuka mata, Azkara masih memainkan bongkahan kenyal yang memang begitu pas digenggamannya.
"Kalau mau tidur singkirin tangannya, gimana aku bisa tidur coba?"
"Tidur ya tinggal merem, Shanum, apa susahnya," gumam Azkara sesantai itu.
Sama sekali dia tidak berpikir bahwa Shanum geli atau dibuat bergidik dengan tindakannya yang tiba-tiba men-til layaknya bayi tengah menyusu.
"Eugh, Mas ayolah, kamu bukan bayi lagi bisa lepas tidaaakh." Shanum menutup mulutnya, lagi dan lagi niatnya melepaskan diri justru berakhir bunuh diri.
Sudah ditahan, dan sudah diwanti-wanti, Shanum justru kembali meloloskan suara merdu yang memang dinanti kaum pria.
Azkara yang mendengar hanya tersenyum simpul. Tidak sia-sia dia memberikan pijatan yang sedikit lebih bertenaga demi membuat sang istri diam.
Setelah sebelumnya berani meminta Azkara berhenti, setelah des-ahan itu lolos, Shanum pasrah dan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun lantaran takut Azkara kembali menggila setelahnya.
Sayangnya, walau sudah berusaha sebaik mungkin ternyata suara yang tadi lolos dari bibirnya tetap berimbas besar dan berakhir membuat selimut yang membalut tubuhnya melayang tanpa aba-aba.
Azkara kembali duduk dan memposisikan tubuh tepat di hadapannya. Jelas saja Shanum bergetar, dadanya berdegub tak karu-karuan tatkala pria itu kembali menyerangnya.
Dalam waktu sekejab, bahkan belum sempat Shanum mengedipkan mata Azkara kembali membuat miliknya terasa sesak. Tanpa bertanya mau atau tidaknya, Azkara lagi-lagi mencari kepuasan dari tubuh sang istri yang begitu menyenangkan baginya.
"Kamu apa-apaan sih, Mas? Katanya ngajak tidur," gerutu Shanum meringis lantaran perih dan nikmat tak terdefinisi itu kembali dia rasakan seiring dengan ritme pergerakan sang suami.
"Hidangan penutup, setelah ini kita tidur beneran," bisiknya sebelum kembali menyessap bibir manis Shanum sebagai cara jitu untuk membungkam mulutnya.
.
.
Kegilaan Azkara benar-benar membuat Shanum lelah tak bertenaga. Beberapa jam berlalu, Shanum masih terlelap sementara Azkara sudah bangun lebih dulu.
Pria itu amat mandiri pagi ini, tidak hanya bangun lebih dulu, mandi pun juga demikian. Tepat jam empat Azkara sudah tampak segar, pakaiannya juga sudah berganti dan siap untuk turun jika nanti Shanum bangun.
"Cantik banget dia begitu," gumam Azkara mendekat dan bermaksud membangunkannya.
Saking lelahnya Shanum, tidurnya sampai sedikit menganga, padahal biasanya tidak. Jangan ditanya karena apa, jelas Azkara penyebabnya.
Azkara terkekeh pelan, sungguh dia tidak menyangka jika akan sampai seperti semalam. Nikmat bercinta dengan seseorang yang memang miliknya ternyata lebih indah dibandingkan bayangan.
Pria itu mendekat, duduk di tepian ranjang dan mulai menepuk pipi sang istri perlahan. Namun, baru beberapa saat Azkara menyadari sesuatu yang aneh di sini.
"Hem? Kok panas?" Sembari memastikan, Azkara bergumam dan cukup terkejut tatkala sadar sang istri demam tinggi jam segini.
"Sa-sayang," panggil Azkara lagi dengan suara yang mulai bergetar.
Dia panik? Tentu saja, terlebih lagi saat melihat tubuh Shanum pasrah begitu saja ketika diguncang.
"Shanum, Hei ... Sayang bangun," pinta Azkara lagi dan kali ini berusaha mendudukkan istrinya persis orang sakit.
Dalam keadaan kalut, mata Azka seketika mengembun. Pikirannya sudah terlalu jauh, Azkara memastikan napas dan juga aliran nadinya.
"Dia kenap_ haaaah?" Mata Azkara membulat sempurna tatkala melihat darah tepat di bawah istrinya tidur.
Dia yang bahkan terbiasa melihat genangan darrah seketika lemas, sedikit banyak Azkara pahami jika sudah sebanyak itu bukan lagi bercak perawan, tapi pendarahan.
"Bangshat kau, Azkara!! Kenapa bisa sampai pendarahan!! Sayang bangun please ... jangan bercanda, kalau sampai mama tahu bisa mat_"
Tok ... tok ... tok
"Mampush!! Tamatlah riwayatku!!"
.
.
- To Be Continued -
...Azkara : Help, aku khilaf....
kanebo kering manaaaa
gak boleh num-num