Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 ~ Mencari Gara-gara ~
Dean ngotot ingin mengantar Anna pulang ke rumah meski Anna minta diantarkan kembali ke hotel. Dengan alasan adalah perintah dari ayahnya Dean mendapat kesempatan untuk membuat Anna panik. Entah kenapa Dean sangat ingin bermain-main dengan perasaan Anna. Gadis itu menolak, Dean justru ingin melakukannya.
“Istriku, kenapa tidak boleh diantar ke rumah, apa ada hal yang kamu sembunyikan?” tanya Dean lalu tertawa.
“Tuan ini ngomong apa?” tanya Anna mengingatkan.
“Kenapa? Nggak mau dipanggil istriku? Kamu sebentar lagi jadi istriku, kan?” jawab Dean lalu kembali tertawa.
“Aku tahu ini cuma pura-pura, jadi jangan panggil aku seperti itu!” ucap Anna tegas.
“Aduh sombong sekali. Suami memanggil istrinya kok nggak boleh?” tanya Dean semakin keras tertawa.
Anna memalingkan wajahnya menatap keluar jendela. Pikirannya masih kalut setiap kali menatap amplop berisi formulir itu. Dean justru selalu menggodanya.
“Stop Tuan! Aku turun di sini saja," ucap Anna bersiap-siap untuk turun.
“Memangnya yang mana rumahmu?” tanya Dean melihat-lihat rumah sekitar situ.
“Sebelah sana, tapi aku mau turun di sini aja ….”
“Nggak bisa! Daddy perintahkan aku antarkan kamu ke rumah,” jawab Dean sambil kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan perlahan.
“Untuk apa? Sampai di sini aja! Anggap aja udah sampai di rumah ….”
“Nggak bisa! Aku harus antar sampai ke-ru-mah. Aku nggak mau disalahin lagi,” ucap Dean lalu tersenyum licik.
“Aku nggak bakal lapor kok. Lagian ini kehendak aku mau turun di sini,” jawab Anna tapi Dean tetap menggelengkan kepalanya. “Tuan sebenernya mau apa sih?” tanya Anna memelas.
“Nggak mau apa-apa. Cuma tau di mana rumahmu … kenalan dengan calon mertua juga bisa kan?”
“Apa?” tanya Anna spontan dan terlihat panik.
Dean tersenyum. Hatinya semakin senang melihat Anna panik dan bingung. Anna jelas tidak setuju dengan rencananya.
“Tuan, kapan-kapan aja ya ke rumahku. Aku belum siap,” ucap Anna memohon.
“Lalu kapan siapnya, Sayang?”
“Haah,” Anna ternganga mendengar cara bicara Dean yang memuakkan itu.
Gadis itu hingga tak bisa berkata-kata. Melihat Anna terdiam, Dean semakin senang. Merasa seperti mendapat kesempatan membalas Anna. Jika gadis itu tidak ingin diantar hingga depan rumah, artinya ada sesuatu. Dean semakin bersemangat melihat ekspresi panik gadis itu.
“Baiklah … tapi jangan katakan apapun tentang pernikahan apalagi tentang ….”
“Apa?” tanya Dean sambil tersenyum.
“Jika terjadi sesuatu pada ayahku, aku tidak akan memaafkanmu,” ucap Anna.
Anna tidak yakin Dean takut pada ancamannya. Namun, Anna bersungguh-sungguh dengan ucapannya itu. Anna tidak mau terjadi apapun pada ayahnya karena perbuatan sembrono dari Dean. Anna tahu laki-laki itu suka bertindak seenak hatinya.
Setelah itu orang lain yang menjadi korban Dean harus pasrah menerima. Cukup dirinya yang merasakan akibat perbuatan sewenang-wenang dari Dean. Anna anggap itu adalah kesialan yang tidak bisa terelakkan. Bisa bertemu Dean Monteiro di kamar presidential suite itu bagi Anna adalah sebuah kesialan hidup.
Anna menunjuk sebuah jalan kecil. Dean membelokkan mobilnya ke arah jalan itu. Dean perhatikan lingkungan itu. Anna meminta Dean berhati-hati mengendarai mobil di jalan yang tidak terlalu besar itu. Anna khawatir dengan cara menyetir Dean. Jika jalanan memungkinkan Dean mungkin memakai kecepatan maksimal dalam mengendarai mobilnya.
Memakai sedan sport hanya untuk melaju pelan rasanya nggak mungkin. Laki-laki ini pasti suka ngebut di jalan raya, batin Anna sambil melirik Dean.
“Tolong jangan ngebut ya Tuan, di sini banyak anak-anak,” ucap Anna memohon dengan serius.
“Baiklah, Sayang,” jawab Dean sambil tersenyum ditahan.
Anna merengut mendengar jawaban Dean yang masih saja terkesan meledek itu. Anna yakin itu karena sindiran keledai yang ditujukan Anna pada Dean. Sejak itu Dean bertingkah apa saja untuk membuat Anna kesal.
Dasar pendendam. Aku bicara sekali aja, dia balas berkali-kali, batin Anna hanya bisa menahan hati.
Setelah masuk gerbang beberapa ratus meter dari jalan raya, Anna meminta Dean menghentikan laju mobilnya. Dean melihat ke kanan dan kiri. Mengira-ngira sebelah mana rumah calon istrinya itu.
“Aku turun dulu, Tuan. Makasih sudah mengantar ….”
“Kamu nggak tawari aku mampir ….”
“Apa?”
“Aku juga ingin tau seperti apa kehidupan calon istriku,” ucap Dean sambil tersenyum dan mengangkat alisnya.
“Untuk apa?” tanya Anna.
“Untuk apa saja. Aku harus tau semua tentang kamu. Aku mau turun,” ucap Dean lalu keluar dari mobilnya.
Anna turun dari mobil dengan wajah panik. Apapun yang dilakukan Dean membuat Anna was-was. Anna tidak ingin Dean mengenal orang tuanya. Sayangnya, Pak Achryan justru keluar dari rumah untuk menyambut kepulangan putrinya.
Pak Achryan merasa heran sebuah mobil mewah berhenti di depan rumahnya. Begitu melihat Anna keluar dari mobil itu, Pak Achryan lebih merasa kaget lagi. Tidak biasanya Anna pulang lebih cepat. Pak Achryan merasa khawatir terjadi hal yang buruk terhadap Anna.
“Kamu sudah pulang, Nak? Apa yang terjadi? Kenapa pulang cepat? Apa kamu sakit lagi?” tanya Pak Achryan bertubi-tubi.
“Nggak apa-apa Pak, aku cuma disuruh pulang cepat untuk istirahat,” jawab Anna segera mengajak ayahnya kembali ke rumah.
“Kamu nggak dipecat, kan?” tanya Pak Achryan yang masih merasa khawatir.
“Nggak dipecat kok, Pak. Ayo masuk!” ucap Anna ingin segera menjauhkan Pak Achryan dari Dean Monteiro.
“Sayang, kamu tinggalkan aku begitu saja? Nggak ingin kenalkan aku?” tanya Dean sambil berseru. Membuat langkah kaki Anna dan Pak Achryan terhenti.
Ya ampun, apa-apaan ini? Aku udah berterima kasih tadi. Lagian siapa yang mengajakmu untuk mampir? Sengaja cari gara-gara orang ini, batin Anna menahan rasa kesal.
“Siapa dia, Nak?” tanya Pak Achryan. Akhirnya hal yang ditakutkan Anna muncul.
“Aku calon suami Anna, Pak,” ucap Dean langsung datang menghampiri Pak Achryan.
Dean mengulurkan tangannya untuk menyalami Pak Achryan. Dengan ragu-ragu dan heran Pak Achryan menyambut uluran tangan itu. Pak Achryan menoleh pada Anna seolah-olah untuk meminta penjelasan.
“Aku putra dari pemilik hotel tempat Anna bekerja. Aku akan segera menikahi Anna ….”
“Apa? Putra dari Ny. Maria?” tanya Pak Achryan dengan suara yang langsung bergetar.
Pak Achryan langsung teringat akan sikap arogan dari nyonya kaya raya itu. Membayangkan putrinya menjadi menantu dari nyonya kaya yang sombong itu. Membayangkan Anna yang akan dihina dan direndahkan setiap hari oleh nyonya itu, mendadak dada Pak Achryan terasa sesak.
Pak Achryan sontak membungkuk sambil menekan dadanya. Anna langsung panik melihat ekspresi ayahnya yang terlihat begitu kesakitan. Tak lama kemudian Pak Achryan terjatuh dan pingsan.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...