Elea Inglebert putri semata wayang Delia Djiwandono dan Jarvas Inglebert yang memiliki segalanya namun kurang beruntung dalam hal percintaan. Cintanya habis pada cinta pertamanya yang bernama Alan Taraka. Alan Taraka merupakan seorang CEO Perusahaan Taraka Group yang didalamnya berkecimpung dalam bidang pangan, hotel dan perbankan. Tak hanya itu, Alan Taraka juga berkecimpung dalam dunia bawah yang dimana ia memperjual-belikan senjata api serta bom rakitan dan menjualnya kepada negara-negara yang membutuhkannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui Alan di dunia bawahnya, dan ia lebih dikenal di dunia bawah dengan sebutan “TUAN AL”. Akankah Elea Inglebert bersatu dengan cinta pertamanya yang merupakan seorang CEO sekaligus MAFIA terkejam di Negeri ini? Lets read!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Endah Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
Keesokan paginya tepat jam 06.00 pagi Alan mendatangi kediaman Jarvas untuk menemuinya. Sebenarnya pertemuan ini diadakan jam 09.00 pagi namun El dan Denis menyuruhnya agar datang lebih awal. Sehingga mereka datang bersamaan. Bagaimana pun juga El dan Denis harus hadir dalam urusan penting ini.
Elea yang sedari subuh sangat khawatir terlihat mondar-mandir. Ia meminta Sarah untuk menemani tidurnya malam tadi. Dan Sarah melihat Nonanya hanya bisa menenangkan dan terus menenangkan namun tidak ada gunanya.
“Sarah… Aku takut” ucap Elea gemetar.
“Tolong kendalikan rasa cemas itu Nona. Percayalah, Tn. Muda Alan terlihat bertanggung jawab atas ucapan-ucapannya dan……” Sarah menggantungkan ucapannya karena takut menyinggung Nonanya.
“Lanjutkan! Apa yang ingin kau tanyakan?” Tanya Elea menatap tajam Sarah.
“Maaf jika saya lancang. Hukum saya jika memang pertanyaan ini menganggu privasi Anda” ucap Sarah.
…..Apakah Nona mencintai Tn. Muda Alan?” Tanyanya lagi.
DEG!!!!!
Elea tak menyangka bahwa Sarah akan bertanya seperti itu. Bahkan kedua kakaknya saja tak pernah menanyakan hal itu. Mungkin karena sesama wanita jadi lebih mengerti dibandingkan dengan lelaki.
Elea menghela nafasnya panjang untuk melepaskan sesak dalam dada, barulah ia menjawab “Jujur, aku sudah mengubur perasaan itu. Sungguh sulit sekali aku melakukannya, kau tahu betul bagaimana aku kemarin. Namun tetap itu tak bisa seratus persen langsung Sar… Di lubuk hatiku memang masih tersimpan bibitnya tapi apakah aku mampu menumbuhkannya lagi?!…
…..Kau tahu Sar? Kejadian kemarin saat aku berada di penthousenya? Jujur aku sangat senang! Bahkan ketika ada seorang rekan kerja kita mengaku bahwa ia merindukan kekasihnya itu rasanya darahku mendidih Sar, ingin rasanya ku jahit mulutnya itu! Tapi aku takut jika Vati tidak menyukainya…” Elea memeluk Sarah seperti saudaranya. Ia nyaman dan merasa tak sendirian lagi di rumah ini.
“Tapi Nona, selama ini Tn. Jarvas dan Tn. Taraka itu teman lama dan hubungan kedua keluarga pun sangat baik. Lalu mengapa anda takut?” Tanya Sarah mencoba menenangkan Elea. Saat saling berpeklulan tadi Sarah merasakan gemetar kecil dari tubuh Elea maka ia sebisa mungkin menenangkan secara perlahan.
“Karena aku membohonginya kemarin dan kenapa aku tidak bisa menolak setiap perlakuan darinya Sarah?!!” Elea memonyongkan bibirnya.
“Itu namanya cinta! Percayalah, setelah pembicaraan ini maka kalian akan menjalani hari penuh kebahagiaan!” Ucap Sarah tulus.
“Kau tahu apa tentang cintaku ini Sar hahahaa” Elea tertawa leps dan Sarah senang bisa melihatnya.
Tok….Tok….Tok….
“Permisi Nak… Vati Jarvas memintamu Nak untuk segera bergabung di meja makan” Ucap Ibu Tinah (Kepala Asisten Rumah Tangga Tn. Jarvas).
Ceklek…
“Ibu, terima kasih! Umm… Ibu, tolong doakan aku ya semoga aku bisa melalui hari ini dengan mudah” Elea memeluk Ibu Tinah.
“Ibu selalu mendoakanmu anak baik… Tanpa perlu dimintai pun Ibu terus mendoakanmu dan seluruh keluarga disini! Semoga bahagia selalu ya Nak” Tulus Ibu Tinah mengelus punggung Elea.
Sarah melihat interaksi itu pun terharu. Seorang Elea anak dari Tn. Jarvas dan Ny. Delia yang terkenal seantero Negeri dengan kesuksesan serta rendah hatinya namun tidak pernah menunjukkan rasa jumawanya. Bahkan Elea tidak pernah memandang status seseorang dan tidak merasa jijik pada pekerja-pekerjanya termasuk dirinya. Bekerja dengan keluarga ini membuat Sarah terkejut berkali-kali dengan segala perbuatan baiknya.
Elea tidak melihat siapapun di meja makan hingga ia berbalik badan barulah kedua orang tuanya serta kedua kakaknya dan Alan mendekat.
“Kenapa berdiri saja sayang, duduklah!” Ucap Muttinya.
“Kak Alan?” Elea tentu tak mengetahui kedatangannya akan secepat ini.
“Ya, aku datang! Aku tak pernah ingkar bukan? Percayalah, semua akan baik-baik saja hmm…” ucap Alan sambil mengelus puncak kepala Elea.
“Duduklah” Titah Jarvas pada semua orang.
Elea segera menghampiri meja makan, ia memilih duduk di sisi Delia. Sedangkan kursi yang biasanya saat ini ditempati oleh Alan.
El dan Denis pun tak berbicara banyak pada Elea. Mereka tak ingin menambah kecemasan adiknya, jadi sebisa mungkin mereka menghindari interaksi berlebih dengan Elea. Mereka lebih banyak tersenyum kali ini.
“Baiklah, Alan kau pimpin doa” Titah Jarvas dan segera diangguki oleh Alan.
Mereka memulai aktivitas sarapannya tanpa ada yang berbicara sedikit pun. Situasi saat ini tegang namun hangat.
“Alan, ikut aku” Titah Jarvas yang diangguki Alan.
Delia hanya menggenggam erat lengan Elea, dengan segera Elea memeluk Delia seerat mungkin sambil sesenggukan.
“Anakku sudah dewasa rupanya… Tenanglah… Biasanya kau selalu kuat! Kenapa hari ini kau terlihat lemah?” Delia menggoda anaknya.
El dan Denis dengan segera ikut berpelukan, memberikan kenyamanan pada Elea.
“Ah aku melupakan kedua anak lelakiku! Kalian cepatlah mencari pendamping, masa adikmu yang terlebih dahulu!” Goda Delia pada El dan Denis.
“Aunty……..” kesal El dan Denis bersamaan.
Elea tetap tak bergeming, ia larut dalam rasa cemas yang mendalam. Lama-lama, Elea merasa gelap dan…….. Ya! Elea pingsan untuk yang kedua kalinya.
“Dek!!! Dek!!! Elea!! Ku mohon!!!” Guncang El menangis.
“Cepat bawa ke sofa!!” Titah Delia.
Sarah berlari membawa kompresan dan minyak kayu putih. Dengan segera Sarah melakukan pertolongan pertamanya.
Denis berlari menuju halaman belakang, disana terdapat saung yang biasa digunakan untuk bersantai.
“Uncle!!! Alan!!! Elea pingsan!!!” Teriak El dan Denis menggemparkan seisi rumah Jarvas.
Alan berlari mendahului Jarvas, dengan segera Alan mendekat pada Elea hingga tak terasa air matanya kembali luruh menangisi Elea untuk yang kedua kalinya.
“Elea, bangun sayang! Aku ada disini! Hey, ayo bukalah matamu!” Alan menepuk pipi Elea.
Semua orang menatap Alan tak percaya dengan panggilannya kepada Elea. Jarvas yang panik dan baru berada disana pun hanya tersenyum. Walau ia khawatir dengan kondisi putrinya namun ia percaya pada Alan sepenuhnya.
Delia mendekati Jarvas seolah ingin meminta penjelasan padanya. Jarvas membawa Delia menjauh dari kerumunan itu.
“Anak bujang-bujangku!! Kemarilah” titah Jarvas pada El dan Denis.
“Tapi Elea…” ucap Denis.
“Serahkanlah pada kekasihnya. Berikanlah mereka waktu!” ucap Jarvas hinggal El dan Denis membulatkan mata dengan sempurna menatap Alan.
“ALAN?!!” Ucap El dan Denis secara serentak
Sarah pun tak kalah kagetnya. Ia tak menyangka bahwa harapan Elea menjadi kenyataan walau ia tahu bagaimana sulitnya Elea untuk mengubur semuanya dan lagi, rasa sakitnya ketika Alan selalu dikelilingi oleh wanita. Sarah menitikan air mata bahagianya, dan Denis melihat hal itu.
“Mengapa kau menangis?” Tanya Denis.
“S…sa…ya… hanya bahagia Tuan” Sarah menundukkan kepala dan segera menghapus air matanya.
El dan Denis dengan berat hati pun akhirnya mengikuti Jarvas. Mereka ingin meminta penjelasan pada Jarvas.
Setelah menunggu hingga sepuluh menit lamanya, Elea membuka matanya dan mengeluhkan kepalanya yang pusing.
“Akhirnya kau sadar juga sayang…” Alan memeluk Elea dalam posisinya yang masih terlentang.
Dengan segera Sarah memberikan segelas air untuk Alan agar diberikan pada Elea. Dengan cepat Alan mengambilnya dan membantu Elea untuk duduk dan meminum airnya.
“Kak Alan? Kau tidak apa-apa? Apa Vatiku terlalu keras padamu? Apa kau terluka? Tolong maafkanlah Vatiku jika ucapannya menyakitimu” Pinta Elea sambil menahan air matanya. Lalu Sarah memberi kode pada keduanya untuk pamit.
“Semua baik-baik saja sayang. Mengapa kau mencemaskanku?” Alan memeluk Elea sambil mengusap lembut rambut panjangnya.
“Maksudnya?” Tanya Elea lagi.
“Vatimu bertanya segalanya. Dan aku bertugas untuk menjawabnya bukan? Bahkan aku pun menceritakan bagaimana perasaanmu padaku! Lalu…” perkataan Alan terpotong oleh Jarvas.
“Lalu Vati memberinya waktu selama 4 tahun. Apakah itu terlalu lama untukmu Nak?” Tanya Jarvas pada Elea.
“4 tahun? Itu untuk apa?” Elea semakin bingung, sedangkan semua orang menertawainya.
“Vatimu memberikan waktu untuk Alan selama 4 tahun sebelum kau dan Alan menikah. Katanya ingin melanjutkan studi terlebih dahulu dan Alan tak keberatan soal itu, lalu setelah itu kalian akan menikah” ucap Delia menjelaskan.
“Hah? Vati? Kak Alan? TUNGGU!!” Elea tentu sangat terkejut. Bagaimana pun ia belum meng-iyakan ajakan Alan itu.
“Kenapa? Kau tak suka?! Baguslah! Cari lelaki lain saja! Untuk sejenis bangsa siluman memang tak pantas bersanding denganmu Dek!” Denis sambil bersedekap.
“KAU!!” Alan menatapnya tajam dan El tertawa melihat hal itu.
“Vati… Aku bahkan belum memberikan jawaban pada Kak Alan” Elea bertekad akan mengerjai Alan.
“Soal itu, biarlah menjadi urusan Alan. Apakah mampu? Ahh… Lanjutkanlah, aku akan menghubungi Taraka saja. Ayo sayang!” Jarvas berlalu meninggalkan Elea dan mengajak Delia pergi.
PLAAK!!!
PLAAK!!!
Satu tamparan masing-masing untuk Denis dari Alan dan El.
“KALIAN! MEMANG KLOP SEKALI JIKA SUDAH BEGINI!! AWAS SAJA!!” Denis merajuk dan memilih untuk berenang saja menyalurkan rasa penatnya.