"Kamu tidak perlu tahu bagaimana luka ku, rasa ku tetap milik mu, dan mencintai tanpa pernah bisa memiliki, itu benar adanya🥀"_Raina Alexandra.
Raina yatim piatu, mencintai seorang dengan teramat hebat. Namun, takdir selalu membawanya dalam kemalangan. Sehingga, nyaris tak pernah merasa bisa menikmati hidupnya.
Impian sederhananya memiliki keluarga kecil yang bahagia, juga dengan mudah patah, saat dirinya harus terpaksa menikah dengan orang yang tak pernah di kenal olehnya.
Dan kenyataan yang lebih menyakitkan, ternyata dia menikahi kakak dari kekasihnya, sehingga membuatnya di benci dengan hebat. padahal, dia tidak pernah bisa berhenti untuk mencintai kekasihnya, Brian Dominick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mawar jingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sebaiknya mulai menerima
Kedua tangannya mengemudi dengan kecepatan sedang, sementara kedua matanya, sesekali menatap Raina dengan heran. Tentu saja, Bara merasa sangat penasaran, dengan apa yang terjadi, kenapa Raina terlihat begitu ketakutan, siapa yang menggangu Raina saat dia sedang menyelesaikan misinya beberapa waktu lalu.
Jemari Raina terlihat masih gemetar, dengan pelan Bara mencoba meraihnya pelan, Raina terkejut, mencoba menghempaskan dengan segera, hingga beberapa detik kemudian, Raina tersadar.
"maaf, mas."
"aku, kaget." ucap Raina dengan takut. Sementara bara, hanya terdiam saja mendengar ucapan Raina. Hingga beberapa saat kemudian, keduanya sudah sampai di apartemen, tempat mereka tinggal.
Setibanya di dalam, Bara melihat Raina yang masih belum juga merasa baikan.
"kita sudah sampai, dan kita aman di sini." ucap Bara lagi dengan tersenyum.
"kamu ingin bercerita sekarang?"tanya Bara pelan.
"apa kamu akan marah, kalau aku tidak ingin bercerita?" tanya Raina dengan takut, dan Bara kesal saat Raina menjawab pertanyaan darinya, dengan pertanyaaan yang lain.
Tapi, melihat Raina ada rasa iba, sehingga Bara mencoba untuk tidak terpancing saat ini. Dia mencoba menahan emosinya, yang bahkan sudah sampai di ubun-ubun, dan ingin meledak saat ini juga.
"terserah kamu saja, " jawab Bara dengan malas, dia segera beranjak dari ranjang, dan berniat meninggalkan Raina sendirian.
Namun, Raina seketika meraih lengannya, dan menatapnya dengan tatapan memohon, juga raut wajahnya yang cukup menyedihkan, membuat Bara semakin terheran.
"Bagaimana kalau Brian nekat lagi?" batin Raina takut.
"Bagaimana jika Brian tiba-tiba masuk ke kamarnya?" batin Raina dengan takut. Makanya, dia segera meminta Bara untuk tetap tinggal bersama dengannya.
"apa lagi?" tanya Bara, menahan amarahnya.
"Mas, bisa tidak kamu tidur di sini lagi?" tanya Raina dengan cemas.
"astaga,"
"sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Bara lagi dengan geram.
Keduanya sepakat untuk berbeda kamar, tetapi Raina justru meminta dirinya untuk kembali tidur di kamarnya. Semalam, Raina memang tidur dengan Bara, itu karena kamar Bara di pakai oleh Brian.
"tapi, kamu harus berjanji, setelah ini jangan marah padaku." ucap Raina dengan pelan.
"okey, aku tidak akan marah." jawab Bara tak sabaran.
"Sebenarnya, aku tidak sengaja bertemu dengan seseorang di masa lalu ku, dan dia menyakiti ku, seperti yang kamu lihat." ucap Raina dengan jujur, wajahnya segera tertunduk lesu.
"kekasih mu?" tanya Bara penasaran.
"sekarang bukan lagi, karena aku adalah istrimu sekarang." jawab Raina pelan.
"ah, iya juga."
"jadi, mantan kekasih mu itu, menggangu mu? dia bahkan melukai mu?" tanya Bara lagi.
"iya, dia terus berada di sekitar kita, makanya aku merasa enggan, saat harus bepergian di keramaian." ucap Raina menunduk lagi.
"kenapa kalian berpisah?" tanya Bara penasaran.
"sadar diri lebih tepat untuk ku, kamu juga tahu mas. Aku bukan gadis beruntung, yang bisa memiliki segala hal yang sangat ku inginkan." jawab Raina dengan menunduk.
"semua orang tua, ingin anak-anaknya juga memiliki masa depan yang jauh lebih baik, dan untuk itu, mereka juga harus memilik bibit, bebet, dan bobot Kan?" ujar Raina dengan pelan.
***
Bara akhirnya setuju, untuk tidur di kamar Raina, lagi pula ini sudah malam, dia tak ingin berdebat. Bara juga merasa lelah, tubuhnya ingin segera beristirahat.
"ke mana?" tanya Raina dengan cepat, saat Bara akan beranjak ke kamar mandi.
"astaga, kamu gak tidur?" tanya Bara kaget, Bara mengira Raina sudah tertidur, dia bahkan hanya berniat ke kamar mandi sebentar.
"dengar ya, kita sudah aman. Kamu tidak perlu takut apapun, saat aku ada di sini." ucap Bara dengan menatap Raina .
"ke mana?" Raina bertanya lagi.
"ke kamar mandi, kamu mau ikut juga?" tanya Bara dengan geram.
"aku ikut," jawab Raina cepat, seketika bara menyatukan alisnya dengan sempurna.
"ya ampun, ya udah kamu duluan sana!" ucap Bara dengan kembali melempar tubuhnya ke ranjang.
"jangan kemana-mana tapi ya," ucap Raina lagi.
"aku tidak takut hantu, aku justru takut pada manusia."ucap Raina lagi, ketika melihat tatapan Bara.
"mungkin, sebaiknya aku harus terbiasa dengan mas Bara, dan benar-benar melupakan Brian." batin Raina, saat dia sudah berada di kamar mandi.