"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Pagi hari yang begitu cerah, matahari telah bersinar begitu sempurna. Namun tidak dengan hati Gania. Setelah mengetahui perselingkuhan suaminya dengan adik tirinya Vania. Dari kemarin Gania susah untuk tidur dan tidak nafsu makan. Kini rasa sakit hatinya belum sembuh total namun Gania memutuskan untuk tetap tegar dan kuat. Dia harus mencari cara agar ayahnya lepas dari ibu tirinya dan juga saudara tirinya. Sebenarnya Gania sudah tahu dari lama, kalau mereka berdua mempunyai niat tidak baik kepada ayah serta kepadanya. Namun Gania tidak bisa berbuat apa-apa, pasalnya sang ayah terlalu percaya dengan ucapan-ucapan nyonya Dewi di bandingkan dengan dirinya. Sudah banyak bukti yang Gania berikan kepada sang ayah tentang kebusukan ibu tirinya tersebut, namun hasilnya masih sama, ayah nya tetap berfikiran bahwa nyonya Dewi adalah sosok istri dan ibu yang baik.
Kini Gania sedang merenung di ruangan kerjanya untuk mencari cara untuk meyakinkan ayahnya, supaya mau bercerai dengan ibu tirinya. Karena jika semakin jauh ayahnya bersama nyonya Dewi, akan semakin banyak resiko yang harus Gania hadapi.
Apa lagi kini Gania sedang hamil, dia benar-benar bingung harus bersikap seperti apa. Apakah dia harus menggugurkan kandungan itu seperti apa yang ia katakan kepada Desta. Apakah justru tetap mempertahankan kandungan itu, tanpa seorang suami. Gania benar-benar tidak bisa jika harus kembali dengan Desta, karena menurutnya jika seseorang berselingkuh suatu saat pasti akan selingkuh lagi.
Saat Gania masih melamun sambil menatap ke arah kaca ruangan di pagi hari, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Hingga membuat Gania tersadar dari lamunannya. Gania yang melihat pintu terbuka seketika menoleh ke arah pintu. "Selamat pagi bu." Vita yang memberi salam untuk atasannya lalu berjalan masuk ke dalam ruangan.
"Ada apa Vit?." tanya Gania.
"Maaf bu, di depan ada pak Desta, apakah saya harus mengizinkan masuk, atau menyuruhnya pergi?." tanya Vita sekretaris Gania di kantor.
Gania yang mendengar nama suami bejatnya tersebut seketika menarik nafasnya dengan susah payah. "Mau ngapain lagi dia ke sini?." ucap Gania di dalam hati.
"Suruh saja dia pergi dari kantor ini, dan bilang kepadanya kalau aku sibuk, dan bilang juga jangan pernah datang lagi ke kantor ini." perintah Gania kepada sekretarisnya.
"Baik bu, saya akan bilang kepada pak Desta." Vita yang kembali berjalan untuk keluar dari rungan direktur.
"Mau ngapain lagi sih tu orang, membuat mood ku semakin tidak karuan saja." ucap Gania yang merasa kesal dengan Desta.
Vita kembali berjalan ke arah ruang tunggu yang di peruntukan untuk tamu Gania. Vita sudah mengetahui bahwa bosnya Gania dan juga Desta akan segera bercerai. Namun Vita tidak mengetahui alasan mengapa mereka ingin bercerai.
Desta yang melihat Vita kembali ke ruangan tunggu tersebut kembali beranjak berdiri. "Bagaimana, apakah ibu Vita ada di ruangannya?." tanya Desta.
Kini Vita sudah berdiri di depan Desta. "Maaf pak, ibu Gania sedang sibuk, karena sebentar lagi, beliau ada meeting pagi, sepertinya bapak tidak bisa masuk untuk menemui ibu Gania, dan tadi ibu Gania juga berpesan bahwa bapak tidak boleh lagi datang ke kantor ini." ucap Vita.
"Tapi Gania ada kan di ruangannya?." tanya Desta.
"Beliau sebentar lagi ada meeting pak, dan bapak tidak boleh masuk." jawab Vita.
"Saya tidak perduli, saya harus masuk dan menemuinya." Desta yang berjalan begitu saja untuk masuk ke dalam rungan direktur.
"Maaf pak, bapak tidak boleh masuk begitu saja tanpa izin dari ibu Gania, saya mohon pengertiannya pak." Vita yang terus berbicara sambil mencegah Desta untuk masuk ke dalan rungan direktur.
"Ah.. minggir kamu." Desta yang sudah mendorong Vita, hingga Vita hampir jatuh.
Desta terus berjalan ke arah ruang direktur yang tidak jauh dari ruang tunggu dan ruang sekretaris. Vita yang melihat Desta tidak memperdulikan ucapannya kembali untuk mengejarnya.
"Berhenti pak." Vita yang sudah berdiri di depan pintu direktur dengan kedua tangan ia terlentangkan. "Saya sudah bilang kepada bapak secara baik-baik, tapi bapak tetap saja ngeyel, bapak tidak boleh masuk begitu saja ke dalam ruangan tanpa izin ibu Gania, itu melanggar peraturan di kantor kami."
"Saya ini suaminya, dan Gania adalah istri saya, apa saya salah ingin bertemu dengan istri saya, apakah saya harus meminta izin kepada dia terlebih dahulu?."
"Iya pak.. dan bapak tidak di izinkan untuk masuk ke dalam ruangan direktur." ucap Vita.
"Minggir Lah.. saya ingin masuk, dan jangan menghalangi ku." Desta yang kembali mendorong Vita agar minggir dari depan pintu.
Kini Desta langsung masuk begitu saja kedalam ruangan karena pintu ruangan tidak di kunci. Gania yang melihat kehadiran Desta suaminya seketika terkejut. Bukankah dia sudah memberi tahu Vita agar tidak mengizinkan Desta masuk ke rungannya, lalu kenapa Desta bisa masuk? pikir Gania di dalam hati.
"Maaf kan saya buk." Vita yang juga masuk ke dalam rungan dengan nafas ngos-ngosan. "Saya sudah melarang pak Desta agar tidak masuk ke rungan ibu, namun pak Desta tetap memaksa ingin masuk buk." jelas Vita kepada atasannya.
Gania yang mendengar ucapan Vita seketika hanya mengangguk pelan, dia sudah paham dengan ucapan Vita. Lalu mengedipkan matanya memberi tahu Vita agar keluar dari ruangannya.
"Baik buk." Vita yang seketika menunduk untuk memberi hormat lalu berjalan keluar dari dalam rungan dan tidak lupa untuk menutup pintu.
Gania yang tadinya duduk di kursi kebesarannya, seketika beranjak berdiri dan berjalan mendekat ke arah Desta.
"Untuk apa kamu ke sini?." tanya Gania menatap benci ke arah Desta.
"Kenapa kamu tidak mengizinkan aku masuk ke dalam ruangan mu, aku ini suamimu." ucap Desta yang tidak terima karena di perlakukan tidak baik oleh istrinya sendiri.
"Suamiku? apa kamu lupa? aku sudah meminta cerai, dan kita sedang dalam proses cerai."
"Gania.. aku sudah bilang kepada mu bahwa aku tidak mau bercerai."
"Terserah.. aku tidak perduli, intinya aku tetap ingin kita bercerai, dan aku minta kembalikan mobil, kartu debit, apartemen dan benda yang lainnya, karena itu semua milikku." tegas Gania.
"Gania.." Desta yang melangkah maju mendekat ke arah Ganja yang berdiri cukup jauh darinya.
"Jangan mendekat!." Gania yang seketika langsung berjalan mundur untuk menjauh dari Desta.
"Aku tahu aku salah... aku juga sudah minta maaf kepadamu, aku janji tidak akan mengulangi kesalahan fatal ini lagi, aku juga sudah bilang kepada mu bukan? bahwa aku dan adik tiri mu itu tidak mempunyai hubungan apapun, aku hanya mencintaimu." ucap Desta.
"Ingin sekali aku menertawakan ucapanmu, brengsek?."
"Apa kamu tidak ingin memaafkan aku?."
"Akan aku maafkan semua kesalahanmu, namun tidak dengan perselingkuhan."jawab Gania."Akan aku temani di posisi apapun kamu, seterpuruk apapun kamu, aku akan tetap di samping mu, namun jika perselingkuhan yang kamu pilih, aku juga berhak memilih untuk pergi."
"Gania.." Desta yang kembali melangkah maju ke arah Gania.
"Keluar dari rungan ku sekarang! aku sudah tidak mencintaimu!." bentak Gania secara kencang. Hingga Vita yang berada di depan rungan direktur mendengarnya.
banysk yg antri.