Arabella adalah gadis yang selalu mendapat julukan gadis apatis, gadis batu, gadis sombong, gadis angkuh dan masih banyak lagi julukan yang melekat padanya karena sikapnya yang antipati, dingin dan acuh tak acuh pada apapun disekitarnya.
Karena sikapnya itu membuat orang-orang di sekitarnya menjauh dan membencinya bahkan banyak yang mencacinya. Hal itu pula yang membuat seorang Elang Bahuwirya sangat membencinya.
Lalu apa jadinya jika Bella menjadikan sikapnya itu hanya sebagai topeng belaka. Topeng yang ia gunakan untuk menutupi segala luka di hatinya.
Dan bagaimana permainan takdir akan membawa Elang yang sangat membenci Bella malah saling terikat sebuah benang merah karena jebakan dari Bella.
"Walau di dunia ini hanya tersisa satu wanita, aku tetap tidak sudi mencintai gadis angkuh dan sombong sepertimu!!" ~Elang~
"Aku juga tidak mengharapkan itu!!" ~Arab
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Pagi bersambut dengan sinar matahari yang hangat menerpa kulit Bella. Hangatnya mampu menembus dinding kaca hingga memberikan kehangatan untuk dua insan yang masih meringkuk di bawah selimut.
Keduanya tidak ada niatan sama sekali untuk membuka matanya meski jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Alarm juga sudah berbunyi puluhan kali. Tapi seolah mereka tuli.
"DEN!! ADEN!!"
"NON BELLA!!
" BANGUN, INI SUDAH SIANG!!"
Teriak Bi Wati dari luar kamar. Baru kali ini ia membangunkan Bella, karena sebelumnya Bella selalu bangun pagi tanpa harus di bangunkan terlebih dahulu.
Bella mulai terusik dengan suara dari luar dan juga suara jam yang terus berbunyi di atas nakas. Tangannya meraba-raba untuk meraih jam itu dengan mata yang masih tertutup.
"Jam berapa ini?" Bella membuka sedikit mata sebelah kirinya.
"Astaga!!" Mata Bella langsung terbuka sempurna setelah melihat jam weker ditangannya.
Bella menyibakkan selimutnya bergegas untuk bangun karena hari ini adalah hari pembukaan restoran miliknya.
Tapi Bella merasa ada sesuatu yang aneh karena tubuhnya sulit untuk bergerak. Bella yang bangun kesiangan ternyata tidak sadar jika dari tadi ada seseorang yang memeluk tubuhnya dengan sangat erat. Bahkan kakinya juga ikut terkunci dengan tubuh orang tak tau diri itu.
Bella sudah tau siapa orang itu tanpa harus memalingkan wajahnya ke samping. Bahkan Bella juga sudah hafal betul dengan aroma tubuh orang yang semakin mempererat pelukannya itu.
"Lepas!!" Bella menggeliat mencoba melepaskan diri dari jeratan suaminya itu.
"Hemmm" Elang menggeleng kecil.
"Lepaskan aku!! Buka matamu!! Aku ini Bella bukan Marisa kekasihmu!! Keluar dari mimpimu itu!!" Geram Bella karena Elang tidak mau melepaskannya.
"Kenapa kamu wangi sekali? Parfum apa yang kamu pakai? Aku suka Ara!!"
Deg...
Jawaban tidak nyambung dari Elang justru membuat Bella sedikit kacau, karena Elang ternyata sadar apa yang sedang ia lakukan. Dan terlebih lagi Elang memanggilnya Ara. Panggilan yang sudah hilang sejak Elang mulai membencinya.
Sudah beberapa menit berlalu posisi mereka masih tetap sama. Namun kini Bella dalam keadaan sadar. Tanpa pergerakan dan tanpa suara, mereka masih menikmati pagi yang hangat seperti pasangan normal untuk pertama kalinya. Hingga suara Bi Wati kembali terdengar dari balik pintu kamar mereka.
Tok tok tok
"Den.. Non.."
"Bangun, ini sudah siang!!" Kini suara Bi Wati tidak sekeras tadi.
"Lepas!!" Bella mencubit lengan berotot yang asik melingkar di pinggangnya.
"Awww!!" Elang terpaksa melepaskan Bella bukan karena cubitan Bella, tapi karena ia juga harus bekerja.
"Dasar g*la!!" Umpat Bella. Setelah berhasil berdiri dan merapikan bajunya.
Elang justru terkekeh melihat reaksi Bella yang gugup hanya karena ia memeluknya. Sebenarnya Elang juga tidak tau kenapa bisa memeluk Bella pagi ini. Yang Elang ingat hanya ia memeluk guling yang hangat dan wangi. Dan ternyata Elang juga sudah lebih dulu bangun dari pada Bella. Namun karena merasa nayaman dan belum ada tanda-tanda Bella akan bangun, jadi Elang memejamkan matanya lagi.
-
Elang sudah rapi dengan jas dan tas kantor yang ditentengnya. Dengan postur tubuh yang gagah dan berotot namun tidak sampai seperti binaragawan, hanya berotot yang sangat pas dengan badannya.
"Bella mana Bi?"
"Non Bella baru saja berangkat Den. Buru-buru, katanya ada acara penting"
"Kemana?" Tanya Elang lagi.
"Tidak tau Den, Non Bella tidak bilang. Ini sarapannya sudah siap Den!! Tadi Non Bella sempat buat omelette buat Aden" Elang yang tadinya malas untuk sarapan, melihat omelette buatan Bella langsung duduk tanpa berpikir lagi.
"Elang!!" Marisa menghentikan suapan pertama Elang.
"Marisa, kenapa pagi-pagi kesini?" Elang meletakkan kembali sendoknya.
"Aku bawain kamu sarapan dong" Marisa menunjukkan rantang kecilnya.
"Aku sudah ada sarapan Ca, kamu makan sendiri aja ya? Sini makan bareng" Elang menggeser kursi di sebelahnya.
"Yah, sia-sia dong aku masaknya kalau gitu" Wajah Marisa sendu karena kecewa.
Elang bingung harus makan yang mana, di depannya sudah ada masakan Bella. Dan kekasihnya juga membawakannya sarapan. Marisa kemarin memang membohonginya, tapi Elang juga tidak tega melihat wajah kecewa dari Marisa.
"Ya sudah kita makan sama-sama" Putus Elang dengan wajah serba salahnya.
"Nah gitu dong. Yang ini pinggirin dulu ya?" Marisa menggeser piring berisi omelette yang terlihat sangat enak itu. Dengan menelan ludahnya Elang menatap nanar pada piring yang sudah jauh darinya itu. Bahkan rasanya saja belum Elang cicipi tapi dari baunya saja sudah membuat Elang kelaparan.
Mereka berdua menikmati sarapannya sambil membahas jadwal Elang untuk hari ini. Elang tidak sadar jika mengabaikan sesuatu yang di buat tulus untuknya, pasti akan menyakiti seseorang nantinya.
***
Susana yang berbeda terjadi di sebuah restoran yang siap melakukan grand openingnya beberapa menit lagi. Semua karyawan tengah sibuk dengan bagiannya masing-masing. Termasuk Bella yang mulai memeriksa satu persatu pekerjaan karyawannya sebelum acara di mulai.
"Mita!!"
"Iya Bell?" Mita mendekat.
"Kayaknya semua udah oke deh, acara bisa kita mulai sekarang!! Coba kamu panggil Sintia kesini" Bella sedikit gugup dengan acaranya sendiri.
"Oke aku cari kebelakang sebentar" Mita berjalan menjauh dari Bella.
"Hay Bell!!" Rayan mengagetkan Bella dari belakang.
"Astaga Rayan, ngagetin aja!!" Omel Bella.
"Hehe maaf, pasti gugup ya?" Rayan tau betul kegugupan Bella, terlihat jelas dari wajah dan tangannya yang terus bergerak tak tenang.
"Iya, doain biar lancar ya?" Cemas Bella.
"Pasti kalau itu. Dan ini sebagai tanda ucapan selamat dari aku atas pembukaan restoran baru kamu ini. Kamu luar biasa Bella" Rayan memberikan sebuket bunga yang cukup besar dari balik punggungnya.
"Wah, makasih Yan. Makasih juga karena kamu udah bantuin aku selama ini, mulai cari tempat ini, cari Vendor dan masih banyak lagi. Pokoknya makasih banyak" Ucap Bella dengan tulus setelah menerima bunga yang di rangkai dengan indah itu.
"Nggak usah sungkan Bell, sebagai teman kita harus saling membantu. Iya kan? Atau mau lebih dari teman juga boleh" Goda Rayan tapi sungguhan dengan ucapannya.
"Bisa aja kamu Yan" Bella sedikit canggung membalas candaan Rayan.
"Mbak panggil Saya?" Seorang wanita cantik berambut sebahu mendekati Bella.
"Oh iya sampai lupa. Iya Sintia, aku rasa semua sudah siap. Acara bisa kuta mulai" Sintia adalah orang yang di percaya Bella untuk mengelola restoran barunya ini.
"Baik Mbak" Sintia mengikuti Bella yang berjalan dengan anggun menuju tempat pemotongan pita.
-
-
Dengan bantuan Mita dan Rayan semua acara yang telah di persiapkan dengan matang berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun. Bella tersenyum puas dengan hasil kerja karyawan sahabatnya.
"Makasih buat kalian semua yang sudah bekerja keras untuk hari ini. Tetap semangat untuk hari-hari kedepannya, dan jangan mudah menyerah meski kalian lelah tapi suatu saat kalian pasti akan memetik hasilnya. Kalau gitu kalian boleh lanjut bekerja, jangan terlalu dipaksakan jika kalian sudah lelah maka istirahatlah dulu, baru mulai kerja lagi. Semangat!!" Bella memberikan petuahnya sebelum ia meninggalkan restoran itu.
"Semangat!!" jawab semuanya dengan kompak dan penuh semangat. Lagi-lagi senyuman menawan terlihat di bibir Bella melihat kebahagiaan orang-orang di sekitarnya.
"Sintia!!" Panggil Bella.
"Iya Mbak?"
"Saya titip resto ya? Kamu jaga baik-baik, ingat ada banyak adik-adikmu yang menggantungkan hidupnya dari gaji di restoran ini. Jadi saya minta kamu tetap bertanggung jawab dengan amanah yang saya berikan. Saya yakin kamu dapat di percaya. Katakan jika ada masalah apapun, jangan sungkan dan di sembunyikan!!"
"Iya Mbak, saya pasti akan menjaga restoran ini dengan baik seperti kata Mbak Bella. Mereka semua juga tanggung jawab saya" Sintia menatap Bella dengan penuh kekaguman. Wanita cantik, tegas dan pemberani di depannya sungguh sangat berkarisma di matanya.
"Baiklah, saya pegang janjimu. Kalau begitu saya pergi dulu. Ayo Mit!!" Bella melirik mita yang masih celingukan melihat ramainya restoran baru milik Bella.
"Eh iya iya, aku pergi dulu ya Sintia" Pamit Mita melambaikan tangannya.
"Iya Mbak hati-hati"
***
Bella sampai di rumah tepat saat Elang baru saja turun dari mobilnya. Ada rasa sedikit canggung dari keduanya namun Bella tetap bisa menguasai dirinya. Seperti biasa Bella yang datar dan seperti batu berjalan mendahului Elang tanpa menyapanya sedikitpun.
"Eh Non Bella sama Den Elang sudah pulang, kok bisa barengan?" Bi Wati bersuara dari meja makan.
"Hemm kebetulan" Jawab Bella seadanya. Sementara Elang hanya mengekor Bella dengan mengunci rapat bibirnya.
Bella berhenti sebentar saat menyadari sesuatu. Mata Bella tertuju pada sesuatu yang di bawa Bi Wati di tangannya. Bella tentu saja ingat dengan jelas apa itu.
Elang memejamkan matanya seolah sedang merutuki dirinya ketika melihat arah mata Bella yang tertuju pada omelette tadi pagi yang tidak jadi ia makan. Elang rasanya ingin sekali mengumpat Bi Wati yang tidak menyembunyikan semua itu dari Bella.
Bi Wati yang sudah berumur dan tidak peka dengan apa yang terjadi hanya cengengesan saja.
"Maaf Non, tadi pagi Aden sarapan sama Non Marisa jadinya omelettenya nggak di makan, Bibi bawa kebelakang saja ya?" Elang mengepalkan tangannya menahan kemarahan yang Ia buat sendiri.
"Bella tadi aku__"
"Hemmm, bawa saja Bi. Lagian saya cuma iseng aja kok buatnya" Bella pergi ke kamarnya setelah itu.
"Bella tunggu!!"
-
-
-
-
-
-
Happy reading, semoga kalian suka😘