Suami Di Kehidupan Kedua

Kakek Natha dari pihak ayah--Alan, pernah bercerita kepada Natha yang merupakan cucu kesayangannya sebelum meninggal, saat Andre--putra kedua Alan menghapus marga Lexandra dan pergi dari kediamannya, Alan sangat marah. Amarah terbesar daripada saat Andre membantahnya dari hal apapun.

Sikap Andre yang buruk, selalu membantah dan membangkang. Berbanding terbalik dengan Andra kakaknya yang sangat pekerja keras dan optimis, selalu patuh dan sopan. Bahkan, dengan sedikit bantuan Alan, ayah Natha itu bisa membangun perusahaan Lexandra dengan kerja kerasnya. Sangat wajar, Lexandra berada di genggamannya. Alan hanya sedikit membantu, namun Andre sangat cemburu dan iri dengan kakaknya.

Saat Andra mengalami kecelakaan, Alan dengan enggan harus menyerahkan Lexandra ke tangan Andre. Itu hanya menjaga, bukan memiliki. Karena penerus sebenarnya adalah Natha. Mereka hanya menunggu Natha dewasa, baru saat itulah Natha memegangnya.

Namun dulu, Natha sangat tidak peduli dengan perusahaan itu. Dia hanya mementingkan dan memikirkan prioritasnya sendiri. Sehingga keluarga Lumian dengan enaknya menikmati uang dari perusahaan itu. Namun begitu, warisan Natha terus mereka incar. Tidak puas dengan Lexandra, sampai kematian Natha pun mereka terus menerus mengejarnya sampai Natha harus di kurung dan di siksa. Sangat serakah.

Sesuai dengan marga kakek dan ayahnya, nama panjang Natha adalah Vernatha Aira Lexandra. Namun di masa lalu, Andre hanya memberikan nama 'Vernatha Aira L'. Mereka tidak menyebutkan nama belakangnya. Jadi, saat itu Natha hanya mengira marga 'Lumian' nya di singkat.

Padahal, bukan begitu. Andre dan Sonia tidak bisa mengganti marga asli Natha dan tidak bisa menempatkan marganya di namanya. Jadi, mereka hanya menyingkatnya.

Pada saat ini, Natha menduga Andre dan Sonia mengetahui kondisi pria itu saat mereka menuju ruang bangsalnya. Keluarga mereka yang bermarga Grhissam--memberitahukan Nhita untuk segera menikah dengan pria itu.

Natha dan dia berada di rumah sakit yang sama.

Sonia sengaja meledakkan amarahnya di ruangan Natha.

Dan sekarang, perdebatan mereka masih berlanjut. Kesabaran Natha hilang. Tapi, Natha harus menahannya.

"Ada apa ini?" Pertanyaan Natha dengan suara serak khas orang bangun tidur, membuat mereka berhenti berdebat.

Mereka bertiga menoleh bersamaan. Natha melihat ekspresi wajah mereka satu persatu, wajah Nhita yang masih bercucur air mata, wajah Sonia yang marah dan wajah Andre yang suram.

Saat melihat Natha, ekspresi Sonia menjadi ramah dan lembut. "Apakah kami mengganggu tidurmu?"

Tentu saja.

Natha menggelengkan kepala berlawanan dengan isi hatinya. "Ibu? ada apa? Kenapa Nhita berteriak dan menangis?"

Natha memasang wajah cemas saat bertanya seraya menatap Nhita yang tengah berlutut.

Sebelum Sonia menjawab, Nhita beranjak menghampiri Natha. Lalu Nhita menaiki bangsal yang Natha tempati dan memeluknya sambil menangis keras. "Ka-kak.. hiks, tolong.. aku hiks. Aku tidak mau menikahinya. Hiks, aku takut.."

Natha mengusap punggungnya yang ingin sekali ia tusuk. Natha ikut menangis dan panik persis sama seperti kejadian di masa lalu. "Si-siapa? Kamu kenapa harus menikah dengannya? Apakah kamu akan meninggalkanku?"

"Pria yang aku tabrak, Kak.. hiks. Aku memang mencintainya. Tapi, aku tidak mau menikahinya, hiks. A-pakah kakak mau membantuku?" Nhita melepaskan pelukannya sambil menatap Natha penuh harap.

"Nhita! Apa yang kamu bicarakan?! Kamu tidak bisa mengorbankan kakakmu atas kesalahanmu!! Kakakmu akan menikahi Galen seminggu lagi!" teriak Sonia marah.

Sengaja, agar Natha lebih mengerti arah pembicaraan Nhita.

Natha menghapus air matanya dengan lembut. "Apakah kamu ingin aku yang menikahinya?" tanya Natha to the poin. Tapi, wajahnya masih terlihat polos.

Mata Nhita langsung berbinar. Namun, ucapan Sonia meredupkannya kembali. "Tidak! Kenapa kamu mengatakan itu, Natha?"

Natha memandang Sonia polos. "Karena aku kasihan dengan Nhita, Bu."

"Hiks, tolong aku kakak. Aku akan memberikan apapun asal kau menggantikanku untuk menikah dengannya, hiks. Aku, aku juga akan menggantikanmu menikahi Galen. Wajah kita mirip. Mereka tidak akan mengetahuinya. Tolong, Kak. hiks.."

Huh! Keinginanmu memang itu, kan?

"... Walaupun aku tahu kamu sangat menyukai Galen, tapi aku tidak akan menyukainya.."

Bohong!

"... Saat aku sudah menikah dengan Galen, kamu masih bisa bertemu dengannya. Tapi, kamu harus menggantikanku, Kak.. tolong.."

Tanpa menangis menjijikan seperti itupun, aku akan lebih memilih dia daripada Galen, pria bajingan itu.

"NHITA!! JANGAN BERBICARA OMONG KOSONG!" raung Andre ikut memarahi. Nhita memeluk Natha lagi. Dia memang benar-benar terlihat sangat takut dengan Andre.

Tapi, teriakan Andre seharusnya sengaja membuat Natha

bertambah simpati kepada Nhita.

Natha melepaskan pelukannya. Lalu memegang bahunya seraya menatap Natha cemas dan sedih. "Apakah kamu tidak akan menyesal jika aku menikahi dia yang kamu cintai?"

Nhita menggeleng keras. "Tidak, Kak! Aku tidak akan menyesal! Tidak akan pernah!! Aku juga tidak akan mencintai Galen saat aku menikah dngannya!"

Kalau begitu, aku akan membuatmu sangat menyesal. Batin Natha tersenyum dingin di belakang punggung Nhita saat memeluknya lagi.

Natha melepaskan pelukannya. Lalu memiringkan kepalanya seraya menyeringai. "Benarkah?"

Nhita tersentak kaget melihat seringaiannya. Sebelum dia melihatnya lebih jelas, Natha langsung mengubahnya dengan cemberut.

Nhita menggelengkan kepala dengan kaku seakan tengah menghapus ilusi seringaian Natha. Lalu Nhita tersenyum lembut. "Tentu saja."

Natha menunduk. Air matanya jatuh. Setelah menghapusnya dengan punggung tangannya, Natha mengangkat kepala menatap mereka satu persatu dengan lemah. Namun senyuman tak terlihat di sudut bibirnya mempunyai makna tersembunyi.

"Baiklah. Nhita, Ibu, Ayah, aku bersedia menikah dengannya."

***

Natha memasuki kamarnya. Ia sungguh sangat rindu. Baik warnanya, kasurnya, pernak-pernik atau hiasan yang Natha buat sendiri. Semuanya ia rindukan.

Mata Natha berkaca-kaca tanpa sadar. Dulu, selama hampir tiga tahun, hampir setiap hari Natha tidur di lantai dengan keadaan sakit, dingin, dan lapar.

Natha sangat menderita. Ia selalu membayangkan bagaimana hangat dan nyamannya tidur di kasur.

Natha dengan langkah pelan berjalan ke tempat tidurnya. Lalu, ia merebahkan diri dengan terlentang seraya melihat langit-langit kamar yang benuansa biru.

Sudah empat hari sejak Natha mengatakan setuju untuk menikah dengan pria itu. Natha juga baru saja pulang dari rumah sakit. Luka Natha sudah sedikit mengering. Dan tubuhnya sudah lumayan pulih.

Besok adalah hari pernikahannya yang akan di laksanakan di kediaman Grissham.

Ketika Natha setuju, Sonia dan Andre langsung mengabari keluarga Grissham. Mereka langsung menyatakan segera menikah dan di laksanakan secepatnya.

Pria itu sudah pulang kembali ke rumahnya. Tinggal di rumah sakit pun percuma. Sudah banyak jenis dokter untuk mengobatinya. Tapi, mereka menyatakan hal sama, tidak bisa menyembuhkannya. Dia tidak bangun. Tapi, jika dia bangun pun, kedua kakinya tidak bisa berjalan. Mereka hanya menunggu keajaiban.

Keluarga Grissham juga sudah pasrah. Mereka hanya ingin Natha menikahi secepatnya untuk bertanggung jawab menanggung kesalahan Nhita.

Mereka tidak tahu bahwa Natha sebagai mempelai wanita--bukan pelakunya. Natha juga akan berganti identitas dengan Nhita. Itulah permohonan Nhita, Sonia, dan juga Andre.

Keluarga Grissham pasti akan lebih membenci keluarga Lumian jika saja suatu hari mereka tahu keluarga Lumian menipu mereka dan tahu identitas asli Natha.

Natha tidak takut. Ia tidak bersalah di sini. Ia hanya akan membawa nama keluarga Lumian menjadi perisai.

Mereka benar-benar bertukar posisi. Natha akan membiarkan dua kekasih di masa lalu itu menikah. ia akan membiarkan mereka bahagia terlebih dahulu.

Natha tidak terburu-buru untuk membalas perbuatan mereka di masa lalu.

Harinya masih panjang.