Ricard Dirgantara, pelayan bar yang terpaksa menjadi suami pengganti seorang putri konglomerat, Evelyn Narendra.
Hinaan, cacian dan cemooh terus terlontar untuk Richard, termasuk dari istrinya sendiri. Gara-gara Richard, rencana pernikahan Velyn dengan kekasihnya harus kandas.
Tetapi siapa sangka, menantu yang dihina dan terus diremehkan itu ternyata seorang milyader yang juga memiliki kemampuan khusus. Hingga keadaan berbalik, semua bertekuk lutut di kakinya termasuk mertua yang selalu mencacinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22 : MENGEJAR RICHARD
Richard merapatkan bibirnya, kedua tangannya fokus memijat titik-titik syaraf sang kakek. Hingga sebuah tongkat melayang di kepala Richard. Tongkat kesayangan sang kakek, yang membantunya berjalan selama ini.
“Aaargh! Kakek!” erang Richard mengusap kepalanya, matanya sampai berkaca-kaca saking sakitnya.
“Kau ini! Diajak bicara kenapa diam saja!” sentak Kakek Alex. “Lanjutkan!” perintahnya melanjutkan pijatan yang sempat terhenti.
Hanya helaan napas berat balasan Richard. Meski kepalanya berdenyut nyeri, Richard tetap melanjutkan memijat sang kakek. Ia tidak ingin menjadi durhaka untuk ke sekian kalinya.
“Sabarlah, Kek. Nanti kalau urusan kantor sudah selesai semua, Icad bawa ke sini!” sahut Richard dengan santai.
“Sudah berapa kali kau bilang seperti itu? Jangan-jangan kamu mau lari dari tanggung jawab seperti dulu?!” berang sang kakek.
Richard menarik napasnya dalam-dalam, ia akui dulu sebejat itu. Sampai-sampai sulit menumbuhkan kepercayaan pada sang kakek.
“Kek, jangan marah-marah terus lah. Nanti tinggi lagi tensinya. Serius! Kali ini Icad tidak kabur lagi seperti dulu. Kasih Icad waktu, Kek. Dia juga pegang perusahaan ayahnya di sana. Tunggu semua stabil dulu. Udah ya, Kek. Sekarang waktunya tidur. Kalau mau ketemu cucu menantu, Kakek harus sehat! Jangan sampai Kakek menjadi beban untuknya! Selamat malam!” cerocos Richard meluapkan kekesalannya setelah beberapa hari ini hanya diam mendengar omelan sang kakek.
Richard beranjak dari kamar kakeknya. Mengganti lampu kamar yang terang, dengan lampu tidur yang temaram. Pintu kembali tertutup rapat. Ia meregangkan tubuhnya yang juga terasa kaku dan pegal. Berjalan malas ke kamarnya, baru teringat akan ponselnya yang seharian dia matikan.
Setelah bertemu kembali dengan benda pipih itu, Richard melempar tubuhnya di atas ranjang sembari menekan power-nya. Ia yakin, sudah tidak akan ada yang menghubunginya di malam yang sudah larut begini.
Namun, ternyata dugaannya salah. Rentetan pesan dan panggilan beberapa jam yang lalu tak menghentikan vibra ponselnya. Ia yang sempat terpejam buru-buru membuka mata, jemarinya sibuk membuka satu per satu pesan yang masuk.
^^^“Richard! Kamu di mana? Aku mau ketemu!”^^^
^^^“Richard, please katakan di mana kamu sekarang? Aku samperin!”^^^
^^^“Kenapa tidak angkat teleponku?”^^^
^^^“Cukup, Cad! Jangan diemin aku kayak gini😖”^^^
^^^“Oke! Mau kamu berlari hingga ujung dunia sekalipun, aku tetap akan mengejarmu!”^^^
Richard terperanjat, beranjak duduk dengan cepat membaca pesan-pesan dari istrinya secara berulang-ulang. Padahal ia mengabaikan tumpukan pesan dari klien-kliennya.
“Velyn nggak mungkin ke sini ‘kan?” gumam Richard bertanya-tanya.
Dua ibu jarinya mengetuk-ngetuk nama Velyn, ingin melakukan panggilan tapi ragu. Apalagi malam sudah semakin larut. “Ah, besok sajalah!” Richard kembali meletakkan ponselnya dan segera memejamkan mata.
...\=\=\=\=ooo\=\=\=\=...
Velyn terpaksa harus menunggu penerbangan yang ditunda, cuaca tiba-tiba memburuk seharian. Hujan deras disertai angin yang sangat kuat, membuat pihak bandara menghentikan semua penerbangan.
Hingga malam pukul 23.00 waktu setempat, Velyn baru terbang menuju negara suaminya. Tubuhnya begitu lelah, terlunta-lunta di bandara seharian, sampai-sampai hanya air putih yang masuk tubuhnya. Hatinya berkecamuk hebat hingga tak sedikit pun makanan yang masuk ke lambungnya.
Lewat tengah malam, Velyn baru tiba di bandara. Setidaknya ini bukan perjalanan pertamanya. Beberapa kali ia pernah datang ke negara tersebut. Velyn memutuskan menginap di hotel terlebih dahulu. Memilih menunggu pagi untuk mendatangi kediaman Richard.
“Richard Dirgantara? Dirgantara Corp? Ah bukan, perusahaan besar itu ‘kan milik Tuan Alex Dirgantara. Mungkin cuma kebetulan saja. Ya, kebetulan. Baiklah, semoga besok bisa bertemu dengannya,” gumam Velyn meyakinkan dirinya sendiri. Setibanya di hotel, ia langsung tidur tanpa membersihkan diri. Lelah yang bergelayut membuatnya tak tahan ingin segera beristirahat.
...\=\=\=\=ooo\=\=\=\=...
Pagi-pagi sekali, Velyn bergegas membersihkan diri. Matahari bahkan belum muncul sepenuhnya. Ia hanya khawatir nanti tidak bisa bertemu Richard jika kesiangan.
Pagi itu juga, Velyn langsung cek out dari hotel, mencari taksi yang bisa mengantarnya ke alamat yang dituju. Semakin lama, Velyn semakin tak tenang di dalam mobil. Ia duduk dengan gelisah. Hingga taksi yang mengantarnya, berhenti di depan rumah besar yang begitu mewah. Bahkan kediaman Narendra tidak ada apa-apanya dibanding rumah tersebut.
"Apa dia bekerja di sini? Tapi ... mana ada yang mau menggaji sebanyak itu dalam waktu singkat?" gumamnya bertanya-tanya. Menatap alamat di tangannya, mencocokkan dengan nama perumahan serta nomor yang tertera di pagar.
"Selamat pagi! Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya seorang satpam, yang menatapnya curiga. Karena sedari tadi, Velyn berdiri begitu lama di sana.
"Pak, apa benar ini kediaman Richard Dirgantara?" tanya Velyn menatap wajah pria separuh baya di hadapannya.
"Iya, betul. Anda siapa? Biar saya sampaikan."
"Bilang saja Evelyn Narendra," tutur wanita itu, tidak dipersilakan masuk lebih dulu. Velyn ditinggalkan begitu saja. Karena sekarang marak sekali penipuan, pikir satpam tersebut.
Bersambung~
Thor jangan lama" up nya .. ini baca sambil ingat" sama alur ceritanya 😇