Elina wanita terkuat di akhir zaman yang paling ditakuti baik manusia, zombie dan binatang mutan tiba-tiba kembali ke dunia tempat dia tinggal sebelum-nya!
Di kehidupan pertamanya, Elina hanyalah seorang gadis biasa yang hidupnya dihancurkan oleh obsesi cinta dan keputusan-keputusan keliru.
Sekarang, dengan kekuatan kayu legendaris dan ruang dimensi yang memberinya kendali atas kehidupan, Elina ingin memulai kembali hidupnya dengan membuat pertanian besar!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Si kecil pemimpi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
flashback
Keesokan harinya, Elina memutuskan untuk pergi ke desa mencari Bibi Ruan. Setelah memastikan Alex aman di dalam ruang, dia menuju rumah Bibi Ruan.
Elina menceritakan rencananya yang ingin membersihkan lahan pegunungan untuk ditanami buah dan sayur. "Lalu, Bibi, siapa yang bisa saya sewa untuk membersihkan gunung itu? Saya butuh orang-orang yang sudah berpengalaman, terutama untuk pekerjaan di lereng yang lebih curam."
Bibi Ruan tersenyum, "Oh, kalau soal itu, kamu bisa menghubungi Pak Darma. Dia sudah biasa menangani proyek-proyek besar di desa, terutama yang berkaitan dengan lahan di pegunungan. Timnya juga terdiri dari orang-orang yang berpengalaman, mereka tahu cara bekerja di medan sulit tanpa merusak alam. Pak Darma biasanya bekerja dengan hati-hati, dan dia juga punya alat-alat yang cukup lengkap untuk pekerjaan seperti ini."
Elina mengangguk, merasa yakin dengan saran Bibi Ruan. "Bagaimana cara saya menghubungi Pak Darma? Apakah dia tinggal di desa ini juga?"
"Ya, dia tinggal tidak jauh dari sini, sekitar dua rumah dari Balai Desa. Kalau mau, bibi bisa bantu mengantarkan kamu ke sana sekarang," jawab Bibi Ruan sambil bersiap-siap.
Elina tersenyum lega, "Terima kasih banyak, Bibi! Saya sangat menghargai bantuannya."
Dengan begitu, Elina dan Bibi Ruan pergi menemui Pak Darma. Pak Darma mempersilahkan nya masuk dan dúduk diruang tamu.
Elina mulai menjelaskan dengan detail rencananya kepada Pak Darma, seperti yang ia jelaskan ke bibi Ruan
Pak Darma mengangguk dengan serius, mendengarkan rencana Elina dengan penuh perhatian. "Saya paham. Ini proyek besar, tapi jika kita punya tim yang tepat, semua bisa berjalan lancar. Lahan gunungnya perlu dibersihkan dulu, dan kita harus membuat terasering untuk mencegah erosi. Setelah itu, saya akan mengatur jalur irigasi untuk memastikan air dari sumber mata air di gunung bisa dialirkan ke semua area yang kamu tanam."
Elina tersenyum, merasa lega mendengar bahwa Pak Darma memahami apa yang ia butuhkan.
"Berapa perkiraan biaya untuk membersihkan lahan, membangun sistem pengairan, dan mempersiapkan lahan untuk pembangunan asrama, pabrik, dan kantin?" tanyanya dengan antusias.
Pak Darma berpikir sejenak, menghitung dalam pikirannya. "Untuk pembersihan lahan di gunung, pembangunan terasering, dan sistem pengairan, itu akan memakan biaya sekitar 80 juta. Sementara untuk mempersiapkan lahan pembangunan, biayanya akan sedikit lebih rendah, sekitar 50 juta. Totalnya sekitar 130 juta, sudah termasuk tenaga kerja, alat berat, dan bahan-bahan yang dibutuhkan."
Elina merenung sejenak. Angka itu cukup besar, tapi dengan semua rencananya dan keuntungan jangka panjang, itu merupakan investasi yang penting. "Baiklah, saya rasa kita bisa mulai secepatnya," jawab Elina dengan tegas.
Pak Darma tersenyum puas. "Kami bisa mulai besok pagi. Saya akan mengerahkan tim dan alat-alat yang diperlukan."
"Kalo begitu saya akan membayar depositnya dulu, 100 juta. Bagaimana pak? "
"oke, kirimkan saja dinomor ini" Pak Darma memberikannya secarik kertas yang berisi nomor rekening.
"oke sudah pak"
...----------------...
Ketika Elina pulang, pandangannya langsung tertuju pada paket yang sudah tersusun rapi di depan pintu rumah. Ia tersenyum tipis, akhirnya barang yang ia pesan untuk keperluan siaran langsung tiba juga.
Dengan langkah cepat, ia mengambil paket itu dan masuk ke dalam rumah. Begitu pintu tertutup, Elina segera menjatuhkan tubuhnya di sofa, melepaskan lelah dari aktivitas hari itu.
Ia teringat seluruh pengeluaran yang sudah dilakukannya selama beberapa hari terakhir. Total dana yang keluar untuk membeli bibit dan biaya pembersihan lahan mencapai 250 juta rupiah. Sekarang, setelah semua pengeluaran itu, sisa uangnya hanya 310 juta. Elina menarik napas panjang "Hah, uang datang dan pergi begitu cepat," gumamnya.
Meski begitu, dia tidak merasa terlalu khawatir. Karena kedepannya, dengan kekuatan kayunya keuntungan yang dia dapat 10x lebih besar.
Elina membuka Instagram dengan niat awal ingin mengunggah foto bersama Alex. Namun, matanya tiba-tiba tertuju pada sebuah postingan yang familiar.
Di layar, terlihat foto bayangan seorang pria dan wanita, dengan pria berjalan di depan dan wanita di belakang. Meskipun hanya sebuah foto sederhana dari bayangan, suasana yang dipancarkan terlihat hangat.
Adel_: foto 📷
👀: 1M ❤: 801k 💬: 3,2k
"Senang berjalan bersama kamu 😝"
[aku tahu siapa yang cowoknya (≧∇≦)/]
[Beruntung banget Adel bisa dekat dengan orang terkaya di negara ini ಥ_ಥ]
[ahhhh aku patah hati]
[cocok si, yang satu cantik dan satunya tampan]
[jangan lupa Amplop merahnya ya]
Adel_: 😚
[ah ah Adel membalasku, kaya nya bentar lagi kita akan makan permen]
[ck caper, jelas mereka tidak berdua! ]
[yang atas, iri bilang]
[heh, aku melihatnya sendiri. Adelnya aja yang munafik]
Ketika Elina membaca komentar di postingan Instagram Adel, perasaan lega tiba-tiba menyelimuti dirinya, tanpa alasan yang jelas.
Namun, momen itu juga membawa ingatannya kembali pada masa lalu, ketika dia memiliki akun Instagram yang sepenuhnya didedikasikan untuk satu orang—Andra. Semua postingannya hanya berisi tentang dia, mengingatkan Elina betapa obsesifnya dia di masa lalu.
Dengan helaan napas panjang, Elina membuka kembali akun lamanya yang sudah lama terlupakan. Setiap foto di sana membawa kenangan akan kebodohannya, kebodohan yang membuatnya mengorbankan banyak hal hanya demi melihat wajah Andra.
Ia rela menghabiskan uang tabungannya untuk membeli kamera terbaik yang bisa langsung mencetak foto. Kamera yang mahal itu membuatnya harus bertahan hidup hanya dengan makan tahu dan tempe selama dua bulan.
Setiap kali ada kesempatan, Elina diam-diam memotret Andra dari kejauhan, menyimpan foto-foto itu sebagai harta karunnya.
Di kamar kosnya, tembok dipenuhi foto-foto Andra dan barang-barang yang pernah ia gunakan. Seolah-olah Elina adalah seorang penguntit. Tidak ada yang tahu tentang kegilaannya ini, karena dia selalu menolak siapapun yang ingin berkunjung ke kosnya.
Elina tahu betul apa yang dia lakukan salah, melanggar privasi seseorang. Namun, hasrat yang membara dalam dirinya sulit dikendalikan. Satu-satunya cara untuk meredakan kegilaannya adalah dengan melihat Andra, fotonya, atau barang-barang yang pernah disentuhnya.
Hingga suatu hari, saat Elina sedang asyik melihat foto Andra di kameranya, sesuatu yang tidak diduga terjadi. Kamera itu tiba-tiba dirampas dari tangannya oleh Adel dan dibanting hingga hancur.
Elina tidak mendengar apa pun yang dikatakan Adel, karena telinganya seakan tuli. Pandangan orang-orang di sekitarnya tak dihiraukannya. Yang ada di pikirannya hanyalah kamera yang rusak, penuh dengan foto Andra yang belum sempat ia cuci.
Marah membara di dalam dirinya. Elina ingin menampar Adel, tapi dihadang oleh antek-antek nya Adel dan ditampar berulang kali hingga wajahnya memar dan bengkak. Dengan pandangan penuh kesedihan, ia melihat Andra yang hanya meliriknya sebentar, lalu kembali makan dengan tenang seolah tidak terjadi apa-apa.
Elina menundukkan kepala, merasa hancur. Ia berjongkok, mengumpulkan pecahan kameranya. Di detik itu, bukan hanya kamera yang hancur. Hatinya juga ikut remuk bersama serpihan-serpihan kamera tersebut.
'Andai hati bisa di atur, aku akan memilih untuk tidak jatuhkan hatiku padamu'
...----------------...
Aku merasa feelnya belum dapat, tapi hanya segitu kemampuan ku😩😩, maafkan aku.
Kepala ku lumayan pusing habis makan keong sawah, jangan-jangan aku mabok😵💫. Aku kudu ottoke?
dlu elina yg brjuang ngejar cntanya andra,skrng sbliknya....apa lg andra udh tau rhsia elina jg....