NovelToon NovelToon
Guru TK Yang Cantik

Guru TK Yang Cantik

Status: sedang berlangsung
Genre:Masalah Pertumbuhan / Karir
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

Di TK Pertiwi Masaran, Bu Nadia, guru TK yang cantik dan sabar, mengajarkan anak-anak tentang warna dengan cara yang menyenangkan dan penuh kreativitas. Meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti balon pecah dan anak yang sakit perut, Bu Nadia tetap menghadapi setiap situasi dengan senyuman dan kesabaran. Melalui pelajaran yang ceria dan kegiatan menggambar pelangi, Bu Nadia berhasil menciptakan suasana belajar yang penuh warna dan kebahagiaan. Cerita ini menggambarkan dedikasi dan kasih sayang Bu Nadia dalam mengajarkan dan merawat anak-anaknya, menjadikan setiap hari di kelas menjadi pengalaman yang berharga dan penuh makna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aldo Berak Di Celana

Setelah mereka berhasil menjauh dari penginapan yang menyeramkan itu, suasana di dalam mobil mulai terasa lebih tenang. Arman dan Nadia berusaha menenangkan Aldo, yang masih terlihat ketakutan dan bingung.

“Sayang, kita sudah jauh dari sana, jadi jangan khawatir lagi, ya,” Nadia mencoba merangkul Aldo yang duduk di kursi belakang. “Semua baik-baik saja.”

Namun, seiring perjalanan berlanjut, Aldo mulai terlihat gelisah. Ia menggerak-gerakkan kakinya dan tampak tidak nyaman. “Mama, Papa… aku… aku mau bilang sesuatu,” katanya dengan suara bergetar.

“Ada apa, Sayang? Apa kamu masih takut?” tanya Arman, menatap ke arah kaca spion untuk melihat Aldo.

“Aku… aku harus pipis!” Aldo menjawab, suara semakin panik.

“Oh tidak! Kenapa tidak bilang dari tadi?” Nadia berkata sambil menoleh ke Arman. “Kita harus segera berhenti!”

Arman langsung mencari tempat untuk parkir di pinggir jalan. Namun, sebelum dia sempat menemukan tempat aman, Aldo tiba-tiba berkata, “Eh, Papa! Aku… aku sudah….” Suara Aldo terputus dan wajahnya berubah menjadi sangat cemas.

“Sudah apa, Aldo?” tanya Arman dengan panik.

Tiba-tiba, Aldo mengangkat kedua tangannya ke arah celana, dan Arman serta Nadia langsung menyadari apa yang terjadi. Aldo berak di celana!

“Aduh, Sayang!” Nadia segera berteriak. “Ayo, kita cepat-cepat berhenti!”

Arman, yang masih terkejut, segera membelokkan mobil dan mencari tempat untuk berhenti. Mereka akhirnya berhenti di sebuah area parkir yang sepi, jauh dari keramaian.

“Ayo, Aldo, kita harus bersihkan kamu!” Nadia segera membuka pintu mobil dan membantu Aldo turun. “Duh, sayang, kenapa sih tidak bilang dari tadi?”

Aldo terlihat sangat malu, sementara Arman sudah berusaha menahan tawanya. “Kita bisa jadi bintang film komedi, nih!” ujarnya, menyeringai.

Nadia memandang Arman dengan tatapan tajam. “Bukan waktu yang tepat untuk bercanda, Arman. Kita harus membersihkan Aldo dulu.”

Dengan sigap, Nadia membuka bagasi dan mengambil tas ganti untuk Aldo. “Ayo, Sayang. Kita ke belakang mobil,” ucap Nadia sambil mengajak Aldo menuju bagian belakang mobil.

Saat Nadia membongkar tas ganti, Aldo tampak bingung dan mulai menangis. “Maaf, Mama! Aku nggak mau buat ini!”

“Sayang, nggak apa-apa. Semua orang pernah mengalami hal seperti ini,” Nadia mencoba menenangkannya sambil tersenyum. “Coba kita fokus untuk bersih-bersih, ya?”

Sementara itu, Arman menunggu di depan mobil, berusaha tidak tertawa melihat situasi yang lucu sekaligus memalukan ini. Dia tahu, meskipun ini situasi yang merepotkan, tetap ada hal lucu yang bisa diingat nanti.

Setelah beberapa saat berjuang dengan celana Aldo dan menyegarkan anaknya, akhirnya semuanya selesai. Aldo terlihat lebih tenang dan tersenyum kembali. “Maaf, Papa, Mama,” katanya sambil mengusap wajahnya.

“Tidak apa-apa, Sayang. Yang penting kamu sudah bersih dan siap melanjutkan perjalanan,” Nadia berkata sambil mencium dahi Aldo.

“Ya, kita masih punya banyak waktu untuk bersenang-senang di pantai!” Arman menambahkan, berusaha meredakan ketegangan.

Dengan suasana yang mulai ceria kembali, mereka bertiga kembali ke dalam mobil. Aldo kini mengenakan celana bersih dan bersemangat lagi. “Kita mau kemana sekarang?” tanyanya dengan semangat.

“Sekarang kita lanjut ke pantai dan menikmati sisa hari kita di sana. Jangan khawatir, perjalanan ini akan jadi cerita lucu yang bisa kita ceritakan nanti!” Arman menjawab sambil tersenyum.

Perjalanan pun dilanjutkan, dan meskipun Aldo mengalami insiden tak terduga, semua itu justru menambah kenangan berharga dalam liburan mereka. Nadia dan Arman pun berjanji untuk tidak melupakan momen konyol ini, terutama saat Aldo tumbuh dewasa dan mungkin menceritakan kisah lucu ini kepada teman-temannya.

Saat tiba di pantai, mereka disambut dengan suasana hangat dan matahari yang bersinar cerah. Aldo langsung berlari menuju pasir pantai dan melompat-lompat dengan ceria. “Mama! Papa! Lihat! Pasirnya lembut sekali!” teriak Aldo sambil menggali pasir dengan tangan kecilnya.

Nadia dan Arman tertawa melihat kebahagiaan Aldo. “Itu dia, Sayang, saatnya bersenang-senang!” Nadia berkata sambil mengeluarkan kamera dari tasnya untuk mengabadikan momen berharga ini.

Selama mereka bermain di pantai, Nadia dan Arman pun terlibat dalam permainan seru bersama Aldo. Mereka membangun istana pasir besar, bermain air, dan tertawa hingga perut terasa sakit. Tak ada lagi yang bisa mengganggu kebahagiaan mereka saat itu, meskipun momen sebelumnya yang konyol masih tersimpan di dalam ingatan mereka.

Hari itu menjadi salah satu kenangan terbaik dalam hidup mereka. Semua tantangan dan insiden yang terjadi justru menambah rasa kebersamaan yang semakin erat. Saat matahari mulai terbenam, mereka duduk berpelukan di tepi pantai, menikmati indahnya pemandangan sambil berjanji untuk terus menciptakan lebih banyak kenangan indah di masa depan.

Setelah seharian bermain di pantai, Aldo tampak kelelahan. Setelah menikmati makan malam sederhana yang mereka bawa, Aldo langsung terlelap di kursi pantai, dengan pasir halus yang masih menempel di pipinya. Suara ombak yang berirama dan angin sepoi-sepoi membuatnya tidur dengan nyenyak, sementara matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, memancarkan cahaya jingga yang indah.

Nadia dan Arman saling pandang, lalu Arman tersenyum lebar. “Sayang, lihat Aldo. Dia kelihatannya sangat senang hari ini,” katanya dengan lembut, mengusap rambut Aldo yang sudah berantakan.

“Ya, dia sangat menikmati liburan ini,” jawab Nadia dengan senyum hangat. Namun, saat melihat Aldo yang tertidur, perasaan bahagia itu juga disertai dengan keinginan untuk menghabiskan waktu berdua. “Kita juga butuh waktu untuk berdua, ya?”

“Setuju,” Arman setuju, lalu ia menarik Nadia lebih dekat. “Bagaimana kalau kita mencari tempat yang lebih tenang?”

Nadia mengangguk dan bersama-sama mereka beranjak dari tempat duduk, berusaha tidak membangunkan Aldo. Mereka berjalan menjauh dari kerumunan, menuju sudut pantai yang lebih sepi. Suara ombak yang lembut dan pemandangan senja yang memukau membuat suasana semakin romantis.

Saat mereka menemukan tempat yang sempurna, Arman berhenti dan menghadap Nadia. “Kamu tahu, hari ini benar-benar istimewa. Aku suka melihat kebahagiaan Aldo, tapi aku juga suka saat kita bisa berdua seperti ini,” katanya sambil menggenggam tangan Nadia.

Nadia tersenyum, merasakan kasih sayang Arman yang tulus. “Aku juga, Sayang. Momen seperti ini sangat berharga,” ujarnya sambil menatap mata Arman yang penuh cinta.

Arman tidak dapat menahan diri untuk tidak mendekat. Dia menarik wajah Nadia ke dekatnya, dan dalam sekejap, bibir mereka bertemu dalam sebuah ciuman mesra. Ciuman itu terasa hangat dan lembut, seolah seluruh dunia berhenti sejenak. Mereka merasakan perasaan cinta yang mendalam, mengingat semua perjalanan yang telah mereka lalui bersama.

Nadia merespons ciuman itu dengan penuh cinta, menutup matanya dan membiarkan perasaannya mengalir. Dia merasakan sentuhan lembut Arman di punggungnya, menariknya semakin dekat. Suara ombak yang berdesir menambah suasana romantis, seolah memberikan irama untuk momen mereka.

Setelah beberapa detik, mereka berdua terpisah dan saling menatap, tersenyum lebar. “Wow, kita benar-benar tidak bisa mengendalikan diri, ya?” Arman tertawa ringan.

“Hahaha, iya! Rasanya seperti kita baru jatuh cinta lagi,” Nadia menjawab sambil menggigit bibirnya, merasa sedikit malu namun bahagia.

Tiba-tiba, mereka mendengar suara gelak tawa dari arah kerumunan. “Aldo pasti terbangun karena suara kita!” Nadia berkata sambil tertawa.

“Mungkin kita harus kembali sebelum dia mencari kita,” Arman menjawab sambil menggenggam tangan Nadia, lalu mereka berdua beranjak untuk kembali ke tempat Aldo tidur.

Ketika mereka mendekati tempat tidur Aldo, mereka melihat anak mereka yang masih tertidur pulas. Senyum di wajah Aldo membuat Nadia dan Arman merasa bersyukur. “Dia benar-benar anak yang lucu,” Nadia berbisik dengan lembut.

Arman mengangguk setuju. “Kita beruntung bisa memiliki dia,” katanya. “Mari kita jaga momen ini selamanya.”

Malam itu, saat gelap mulai merangkul pantai dan bintang-bintang mulai bermunculan, mereka kembali ke tempat penginapan, sambil merasakan kehangatan cinta yang semakin kuat antara mereka. Aldo yang masih tertidur di pangkuan Nadia, menjadi pengingat akan pentingnya kebersamaan sebagai keluarga.

Di dalam kamar, saat mereka berdua memandangi Aldo yang tertidur, Nadia merasa sangat bahagia. “Sayang, kita harus merencanakan lebih banyak liburan seperti ini,” ujarnya, sambil merangkul Arman.

“Setuju! Kita harus menciptakan lebih banyak kenangan berharga,” jawab Arman sambil mencium pipi Nadia.

Malam itu, mereka tidak hanya merayakan cinta mereka tetapi juga kebahagiaan menjadi orangtua. Dengan tawa, cinta, dan kenangan yang terukir, mereka merasa siap menghadapi semua tantangan yang akan datang, bersama-sama sebagai sebuah keluarga.

Setelah pulang dari liburan yang menyenangkan di pantai, Nadia merasa terinspirasi untuk memberikan kejutan istimewa bagi Arman. Dia ingin menunjukkan betapa berartinya Arman baginya dan bagaimana dia menghargai semua usaha suaminya dalam menjaga kebahagiaan keluarga mereka. Nadia memutuskan untuk berdandan lebih glamor dari biasanya, dengan harapan bisa menggoda Arman dan membuatnya terpesona.

Suatu sore, setelah Aldo tertidur, Nadia mengeluarkan semua peralatan make-up yang dimilikinya. Dia memutuskan untuk merias wajahnya lebih menor, ala pemandu lagu karaoke yang glamor. Dia memilih warna-warna cerah dan mencolok, menonjolkan matanya dengan eyeliner tajam dan maskara yang tebal. Lipstik merah menyala dipoleskan ke bibirnya, memberikan kesan berani dan menggoda.

Saat dia berdandan, Nadia tidak bisa menahan senyumnya sendiri. “Ini pasti akan mengejutkan Arman,” katanya dalam hati. Dia mengenakan gaun yang pas di tubuhnya, berwarna cerah yang menonjolkan lekuk tubuhnya. Saat melihat dirinya di cermin, dia merasa percaya diri dan siap untuk memberikan kejutan yang tak terlupakan.

Ketika Arman pulang dari kantor, Nadia sudah siap menanti di ruang tamu. Dia bersembunyi di balik pintu, mengatur napasnya dan menunggu momen yang tepat. Saat pintu dibuka, Arman masuk ke dalam rumah dengan lelah, tetapi ekspresi wajahnya langsung berubah ketika melihat Nadia.

“Wow!” Arman ternganga, matanya membesar melihat penampilan Nadia. “Sayang, kamu terlihat... sangat berbeda! Sangat... glamor!” Dia tersenyum lebar, terpesona oleh kecantikan istrinya.

“Terima kasih, Sayang! Aku ingin memberikan sedikit kejutan untukmu,” jawab Nadia, sambil melangkah keluar dari balik pintu dan berputar, menunjukkan gaunnya yang cantik.

“Ini luar biasa! Kamu membuatku merasa seperti di klub malam,” Arman tertawa, merasa terkesan. “Apa yang membuatmu memutuskan untuk tampil seperti ini?”

“Aku hanya ingin menunjukkan betapa berartinya kamu bagiku,” kata Nadia sambil melangkah mendekat. “Kamu selalu berusaha keras untuk keluarga kita, dan aku ingin memberikan sesuatu yang istimewa untukmu.”

Tanpa menunggu lebih lama, Arman menarik Nadia ke dalam pelukannya, merasakan kehangatan dan kebahagiaan yang terpancar dari istrinya. “Kamu tidak perlu melakukan semua ini untukku, Sayang. Cinta dan perhatianmu sudah lebih dari cukup,” katanya dengan tulus.

“Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku menghargai semua yang kamu lakukan,” jawab Nadia, lalu menambahkan dengan nada menggoda, “Tapi tentu saja, aku juga ingin melihat reaksi kamu.”

Arman tertawa, merasakan kegembiraan dalam suasana. “Reaksiku? Oh, kamu pasti ingin tahu, kan?” Dengan cepat, dia membungkuk dan memberikan ciuman lembut di bibir Nadia, sebelum menjauh sedikit dan melihat ke arah wajahnya dengan serius. “Kamu benar-benar memukau. Aku tidak bisa berhenti memandangmu.”

Nadia merasa pipinya memanas mendengar pujian itu. “Jadi, apakah kamu suka dengan penampilanku?” tanyanya sambil menggigit bibirnya, mencoba untuk terlihat manis dan menggoda.

“Suka? Tidak, aku sangat menyukainya! Kamu terlihat seperti bintang,” Arman menjawab, tidak bisa menahan senyum lebar di wajahnya. “Aku harus bilang, kamu membuatku merasa sangat beruntung.”

Saat mereka bercanda dan berbagi tawa, Nadia merasa sangat bahagia. Dia menyadari betapa pentingnya momen-momen kecil seperti ini dalam hubungan mereka. “Kita seharusnya melakukan ini lebih sering, ya? Momen romantis hanya untuk kita berdua,” usul Nadia.

“Setuju! Aku juga ingin lebih banyak waktu bersamamu tanpa gangguan,” jawab Arman sambil mengangguk. Dia kemudian menggenggam tangan Nadia, merasakan koneksi yang semakin kuat antara mereka.

Akhirnya, mereka berdua memutuskan untuk menghabiskan malam bersama, menikmati makan malam yang telah disiapkan Nadia. Sambil makan, mereka saling bercerita dan tertawa, membahas segala hal mulai dari pekerjaan hingga rencana masa depan mereka. Suasana semakin hangat ketika mereka berbagi kenangan lucu selama perjalanan liburan mereka sebelumnya.

Setelah makan malam, Arman mengajak Nadia untuk menari. Dia memutar musik romantis, dan mereka berdua mulai bergerak mengikuti irama. Nadia merasa seolah-olah mereka kembali ke masa-masa awal kencan, ketika semuanya terasa baru dan penuh gairah.

Saat mereka menari, Arman tidak bisa menahan diri untuk terus memuji penampilan Nadia. “Kamu tahu, dengan penampilan seperti ini, aku merasa seperti orang paling beruntung di dunia,” katanya sambil memandang dalam-dalam ke mata Nadia.

“Mungkin kita bisa sering-sering berpenampilan seperti ini, ya?” Nadia menggoda. “Siapa tahu kita bisa kembali merasakan semangat muda kita!”

“Ah, pasti! Dan aku ingin melihat penampilanmu yang glamor setiap kali kita merayakan sesuatu,” jawab Arman sambil tertawa.

Malam itu, mereka menikmati waktu bersama dengan penuh cinta, tawa, dan kebahagiaan. Nadia merasa puas telah membuat Arman merasa istimewa, dan Arman merasa sangat beruntung memiliki istri seperti Nadia. Momen-momen kecil ini menjadi pengingat bahwa cinta yang mereka miliki adalah hal terindah yang perlu dirayakan setiap hari.

Setelah malam yang penuh kebahagiaan, Arman merasa semakin terpesona oleh penampilan Nadia. Dengan dandanan ala artis pemandu lagu, Nadia tampak begitu memukau. Setiap gerakan dan senyumnya seakan memikat hati Arman lebih dalam lagi. Dalam hatinya, Arman merasa bahwa Nadia benar-benar tahu cara membuatnya tergila-gila.

Arman duduk di sofa sambil memandang Nadia yang berdiri tak jauh darinya. Kilauan lampu ruangan membuat penampilan Nadia semakin berkilau. Gaun ketatnya, rambut yang tertata sempurna, dan make-up mencolok membuat Nadia terlihat seperti bintang yang turun dari langit. Arman tidak bisa lagi menahan hasratnya yang semakin menggebu-gebu.

“Sayang, kamu benar-benar luar biasa malam ini. Aku… aku nggak bisa nahan diri,” kata Arman sambil menatap Nadia dengan tatapan penuh gairah.

Nadia tersenyum malu-malu, tetapi dia bisa merasakan getaran di dalam dirinya. “Masa sih? Sampai segitunya?” Nadia menggoda sambil perlahan berjalan mendekat. Setiap langkahnya terasa seperti gerakan lambat yang membuat jantung Arman berdebar-debar.

Saat Nadia sudah berdiri di hadapannya, Arman dengan cepat menarik tangan Nadia, membuat Nadia terkejut dan tersenyum geli. “Hei, pelan-pelan dong, Sayang,” Nadia tertawa kecil, tapi dia tak menolak ketika Arman menariknya ke pangkuannya.

Nadia duduk di pangkuan Arman, memiringkan tubuhnya hingga kedua tangan Arman melingkar di pinggangnya. Arman memandang wajah cantik istrinya dari dekat, merasakan kehangatan tubuhnya yang membakar gairahnya. “Aku beneran nggak tahan melihat kamu seperti ini. Kamu membuatku gila,” kata Arman dengan suara rendah yang serak.

Nadia tertawa kecil, lalu mengelus pipi Arman dengan lembut. “Gila kenapa, Sayang?” tanyanya dengan nada menggoda, sembari menatap suaminya dengan penuh cinta.

“Karena kamu benar-benar menggoda, dan aku nggak bisa menahan diriku lagi,” jawab Arman, lalu tanpa banyak bicara, dia langsung mendekatkan wajahnya ke Nadia dan mencium bibirnya dengan lembut. Ciuman itu penuh dengan perasaan cinta dan gairah yang selama ini mereka simpan.

Nadia merespons dengan cepat, memejamkan mata dan membalas ciuman Arman. Dia bisa merasakan keinginan suaminya yang menggebu-gebu, dan hal itu membuatnya merasa dicintai dan diinginkan. Tangan Arman yang besar dan kuat memeluk pinggangnya dengan erat, seakan tak ingin melepaskannya.

Saat ciuman mereka semakin dalam, Nadia merasakan kehangatan yang menjalar di seluruh tubuhnya. Arman mencium bibirnya dengan lembut, tetapi dengan intensitas yang semakin meningkat. Bibir mereka saling mengeksplorasi, dan perlahan-lahan ciuman itu berubah menjadi sesuatu yang lebih intim.

Tangan Arman yang tadinya melingkar di pinggang Nadia kini bergerak ke atas, menyusuri punggung Nadia dengan penuh kasih. “Kamu benar-benar membuatku gila, Sayang,” bisiknya di antara ciuman mereka.

Nadia tersenyum di tengah ciumannya, lalu dengan pelan mengangkat kepalanya dan memandang Arman dengan tatapan yang penuh arti. “Kamu juga, Sayang. Aku senang bisa membuatmu tergila-gila,” jawabnya dengan nada manja.

Arman menarik napas dalam-dalam, seakan berusaha menenangkan hasrat yang membara di dalam dirinya. “Aku nggak tahan lagi, Sayang,” katanya, suaranya terdengar serak dan penuh keinginan. “Aku ingin kamu sekarang juga.”

Nadia mengangguk pelan, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Arman. “Aku juga, Sayang,” bisiknya lembut. Kata-kata itu membuat Arman semakin tak tahan. Dengan cepat, dia meraih pinggang Nadia dan memeluknya erat.

Arman memiringkan tubuhnya sedikit, membuat Nadia duduk lebih nyaman di pangkuannya. Tangannya yang besar dan kuat kini menelusuri punggung Nadia, merasakan kehangatan tubuh istrinya yang membuatnya semakin bergairah. “Kamu tahu nggak, Sayang?” bisik Arman.

“Apa, Sayang?” tanya Nadia dengan suara lembut, sembari mengelus pipi Arman.

“Kamu benar-benar bidadari yang turun ke bumi buatku. Aku sangat beruntung memilikimu,” jawab Arman, matanya memandang Nadia dengan penuh cinta.

Nadia tersenyum dan mencium bibir Arman dengan lembut, kali ini lebih lama. Arman membalas ciuman itu dengan penuh semangat, seakan ingin mengungkapkan semua perasaannya yang terpendam. Bibir mereka saling bertautan, dan tangan Arman kini bergerak dengan lebih berani.

Arman mengangkat Nadia sedikit, lalu mendudukannya kembali di pangkuannya. Posisi mereka yang begitu dekat membuat Nadia bisa merasakan detak jantung Arman yang berdebar kencang. Nadia menatap Arman, dan dengan senyum nakal, dia berkata, “Kamu benar-benar nggak tahan ya, Sayang?”

“Banget,” jawab Arman singkat. Tanpa banyak bicara lagi, dia kembali mencium bibir Nadia dengan penuh gairah. Kali ini ciumannya lebih dalam, lebih menuntut, seakan ingin melampiaskan semua hasrat yang ada di dalam dirinya.

Nadia memejamkan mata dan membalas ciuman itu dengan antusias. Tangannya yang kecil memeluk leher Arman erat, merasakan setiap detik kebahagiaan dan cinta yang mengalir di antara mereka. Dia merasa seolah-olah mereka adalah satu-satunya orang di dunia ini.

Saat mereka semakin tenggelam dalam ciuman dan pelukan, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar yang terbuka. Nadia dan Arman langsung terkejut dan melepaskan ciuman mereka. Dengan cepat mereka menoleh ke arah pintu, dan mendapati Aldo berdiri di sana dengan wajah bingung.

“Papa, Mama, kalian ngapain?” tanya Aldo dengan polos, matanya yang besar menatap mereka berdua.

Arman dan Nadia saling pandang, lalu tertawa geli. “Aldo, kamu kenapa bangun?” tanya Nadia, mencoba menyembunyikan rasa malunya.

“Aku haus, Mama. Mau minum susu,” jawab Aldo sambil mengucek-ucek matanya.

Arman tersenyum, lalu berkata, “Oke, Aldo. Papa buatin susu, ya. Kamu tunggu di sini.” Dia bangkit dari sofa dan menggendong Aldo yang masih mengantuk. Nadia ikut bangkit, masih dengan senyum tersipu di wajahnya.

Mereka berjalan menuju dapur, dan Arman menyiapkan susu untuk Aldo. Sementara itu, Nadia duduk di meja dapur, menatap suaminya yang dengan sabar menyiapkan minuman untuk putra mereka. Dia merasa sangat bahagia, melihat kebersamaan yang hangat di keluarganya.

Setelah Aldo minum susu, Arman menggendongnya kembali ke kamar dan menidurkannya di tempat tidur. “Aldo tidur lagi, ya. Jangan ganggu Papa sama Mama dulu,” kata Arman sambil tersenyum.

Aldo mengangguk pelan, lalu memejamkan matanya kembali. Arman menutup pintu kamar dengan perlahan, lalu kembali ke ruang tamu di mana Nadia menunggunya.

Saat dia mendekati Nadia, dia berkata dengan nada menggoda, “Sekarang kita bisa melanjutkan yang tadi, Sayang.”

Nadia tertawa, lalu berkata, “Kamu ini nggak ada kapoknya, ya?”

Arman mengangguk. “Nggak ada kapoknya kalau urusan sama istri yang cantik dan menggoda seperti kamu.”

Mereka berdua tertawa, merasa bahagia dengan momen-momen manis ini. Mereka saling memandang dengan penuh cinta, menyadari betapa berartinya satu sama lain. Arman dan Nadia, pasangan yang selalu saling mendukung dan mencintai, siap untuk menjalani setiap tantangan bersama, dengan cinta yang semakin kuat dan tak tergoyahkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!