Kisah Cinta seorang santri yang bernama Shifa Assyabiya, masuk pesantren atas dasar keinginan orang tua nya. dan mulai hidup baru nya di pesantren yang jauh berbeda dengan kehidupan bebas nya selama ini.
Lambat laun ia mulai menjalani nya dengan tawakal, setelah bertemu dengan Faisal Gauzali putra dari pemilik pesantgren Al kautsar yang biasa di panggil gus.
Akan kah cinta mereka bisa bersatu..?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
*Tugas kita hanya menjalani takdir Allah dengan ikhlas, jangan tanya mengapa karena Allah tau mana yang terbaik untuk kita *
Hampir satu minggu Shafia berada dirumah Mama nya. setelah acara pernikahan kedua mama nya dengan Wahyu.
Shafia sudah bisa menerima takdir nya, jika memang kedua orang tua nya tidak bisa lagi bersama. dan ia pun juga sudah bisa menerima keputusan mama nya untuk menikah lagi.
Meski begitu Shafia beruntung karena Hani dan Zahir tetap memberikan kasih sayang penuh meski kedua nya sudah berpisah.
Selama Shafia berada di rumah Mama nya Zahir tetap mengunjungi nya atas persetujuan Wahyu suami baru dari Hani.
Setelah beberapa hari, entah mengapa Shafia merasa ingin sekali cepat kembali ke pesantren kalau waktu itu ia sempat menolak tinggal di pesantren sekarang justru sebaliknya.
"Ma... Sepertinya Shafia sudah harus kembali ke pesantren lagi, takut kehilangan pelajaran" ujar Shafia pada Mama nya.
"Sepertinya kamu sudah begitu nyaman tingal disana nak? sampai sampai baru empat hari dirumah sudah ingin kembali aja kesana"
"Iya ma, disana Shafia mendapatkan teman yang selalu baik sama Shafia ma"
"Oya,,, Baiklah kalau begitu Mama kabari Ayah dulu ya kalau kamu sudah minta kembali ke pesantren" ujar nya yang langsung di angguki Shafia dengan senyum manis nya.
Setelah pembicaraan itu, Shafia kembali lagi ke kamar nya, sementara Mama Hani tengah menghubungi Ayah Zahir atau lebih tepat nya
mantan suami nya.
Meski keduanya sudah berpisah dan Hani juga sudah menikah lagi, namun hubungan keduanya tetap baik baik saja. ia juga hadir saat Hani melangsungkan pernikahan kedua nya, bahkan mereka pun sudah sepakat untuk sama sama memberikan kasih sayang penuh untuk Shafia, sehingga Shafia tidak akan merasakan seolah olah keluarga nya sudah hancur karena perceraian.
Sore itu setelah Ayah Zahir sudah datang, mereka pun langsung bergegas pergi untuk mengantarkan Shafia ke pesantren.
Di dalam mobil itu, mereka berdua seperti keluarga bahagia. baik mama Hani dan juga Ayah Zahir, mereka tetap biasa seperti tidak ada perceraian diantara mereka.
Itu lah yang membuat Shafia yang dulunya terlihat kacau, sekarang ia bisa menerima kenyataan itu.
"Kamu gak mau beli sesuatu dulu" tanya Zahir.
"Oh,, iya katanya kamu punya teman sayang? kamu gak pengen kasih oleh oleh buat teman kamu"? tanya Hani.
"Pasti, banyak boleh kan Yah, Ma"? Tanya Shafia dengan penuh semangat.
" Boleh, sekalian juga nanti belikan untuk Syekh Achmad " ujar Zahir.
Zahir melajukan mobil nya ke sebuah supermarket, sesampainya disana Shafia sudah melangkah terlebih dahulu.
Hani dan Zahir tersenyum hangat melihat tingkah mengemaskan putri nya.
Shafia begitu antusias mengambil berapa makan ringan dan juga beberapa kue untuk ia bagikan dengan teman teman nya.
Tak lupa ia juga membelikan kue untuk Syekh Achmad beserta Umi Halimah sesuai perintah Ayah nya.
Mobil Hitam mewah milik Zahir sudah sampai dan memasuki gerbang pesantren.
Mereka mengangguk hormat saat melihat satpam yang tengah berjaga disana.
Shafia dan Hani langsung keluar dari mobil, hanya Ayah nya yang masih duduk di belakang kemudi nya.
"Ayah tidak ikut turun"? tanya Shafia.
"Tidak usah, Ayah tunggu disini saja. kamu belajar lah yang rajin ya" ujar nya.
"Pasti Ayah"!
Shafia segera mengambil beberapa bingkisan yang tadi sudah ia beli di supermarket.
" Belajar yang rajin ya sayang, nanti Mama akan sering kesini untuk membawakan makana kesukaan mu" ujar nya sambil berpelukan.
"Terima kasih ma"
"Ayah sama mama hati hati dijalan" ujar nya kemudian setelah Hani sudah kembali masuk ke mobil.
Shafia berjalan menuju pesantren dengan membawa beberapa paper bag bingkisan.
Sebelum ia ke asrama, ia berniat untuk memberikan bingkisan itu terlebih dalulu kepada Umi Halimah.
Sesampainya di depan pintu ndalem, Shafia mendengar Syekh Achmad sedah berbicara dengan seseorang.
Shafia menjadi sedikit ragu untuk masuk, ia takut Syekh Achmad sedang menerima tamu penting.
Ia takut jika dirinya nanti malah akan mengganggu.
"Masuk gak ya? tapi kalau di tunda takut nya makanan ini nanti akan basi" ucap Shafia menimbang nimbang apakah ia harus masuk atau tidak.
Namun kalau ia tidak masuk khawatir nya makanan yang Ayah nya belikan untuk Syekh Achmad sudah tidak enak lagi nanti.
Akhirnya setelah berfikir beberapa saat, Shafia memutuskan untuk masuk.
"Bismillah, niat baik gak boleh di tunda"
Dengan yakin shafia langsung membuka pintu dan masuk ke ndalem.
"Assalamu'alaikum" ucap Shafia memberi salam.
Shafia berdiri canggung namun du saat yang bersamaan dia terperangah saat melihat Gus Faizal juga ada disana.
"Waalaikumsalam" terdengar jawaban dari mereka.
"E-emm maaf Shafia menganggu" ujar Shafia semakin gugup saat melihat Gus Faizal ada di ruang tamu itu.
Sementara itu Faizal yang melihat Shafia masuk pun menghiraukan saja kedatangan nya, meski didalam hati nya yang paling dalam sunguh ia ingin sekali bertemu dengan gadis itu.
Faizal berusaha menghiraukan kehadiran nya, seolah-olah Shafia tidak ada disana.
Tatapan nya sangat dingin dan datar.
"Abi, Umi, Faizal ke kamar dulu" pamit Faizal.
Ia berlalu pergi menuju kamar nya.
Hati Shafia mencelos melihat sikap Gus Faizal, ia memang tau kalau jika pria itu memiliki sikap yang dingin.
Tapi tadi sikap Faizal lebih dingin seperti gunung es yang begitu besar dan sulit untuk dicari kan
"Sini Shafia, ngapain masih berdiri di situ"
Seru umi Halimah menunjuk tempat duduk yang kosong di sebelah nya.
Shafia mengangguk dan beranjak menuju tempat yang di maksut umi Halimah dan langsung duduk disana.
"I-ini Umi, Shafia cuma mau ini, titipan dari Ayah saya untuk Umi dan Syekh Achmad" ucap Shafia menyodorkan bingkisan yang di pegang nya sejak tadi pada Umi Halimah yang duduk tepat di hadapan nya.
"Terima kasih Shafia" balas umi Halimah.
"Sampaikan Terima kasih kami pada Ayah mu nak" sahut Syekh Achmad.
Shafia mengangguk dan tersenyum.
Setelah itu Shafia langsung berpamitan dan segera kembali ke asrama dengan perasaan yang penuh kecewa dengan sikap Gus Faizal tadi
ditunggu session duanya, anaknya kembar buat kejutan abi n uminya.
end loh ini?
baik lah ...mksh ya kk ceritax
" mengejar cinta Allah, ga harus di pesantren bapak mu Gus " gitu sih