Di masa lalu... orang tua Sherli pernah berurusan dengan yang namanya polisi hingga harus berada di pengadilan. Sejak saat itu Sherli antipati dengan polisi tetapi di masa sekarang Sherli harus berhadapan dan ditolong seorang polisi yang bernama Kres Wijaya di kantor polisi. Apakah dengan adanya peristiwa tersebut penilaian Sherli tentang seorang polisi berubah atau justru gigih dengan penilaian sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phine Femelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menang Sendiri?
Pikiran Kres kalau Sherli yang telepon itu salah. Ternyata chat dari Irfan. Kres membuka lalu ternyata foto lokasi kejadian dan dibawahnya ada lanjutan chat.
"Thanks, Kres"
Kres merasa heran alasan Irfan mengucapkan terima kasih. Dia tidak melakukan apapun maka Kres coba telepon Irfan. Tidak butuh waktu lama untuk menerima.
"Fan, lo sudah menangkap mereka?"
"Gak semuanya"
Kres berdiri dan berkacak pinggang dengan mendengarkan penjelasan Irfan.
"...karena mereka gak lengkap. Sepertinya mereka sudah tahu kalau akan digerebek jadi sebagian ada yang sudah kabur lebih dulu tapi satu sisi gue lega karena pemilik kostnya juga kena tangkap. Setidaknya kita bisa tanya pemiliknya"
"Iya. Iya. Lalu lo terima kasih sama gue kenapa?"
"Masa lo lupa? Sebelum gue berangkat lo bilang apa?"
Kres tampak berpikir.
"Apa?"
"Lo sok lupa. Lo bilang hati-hati dengan cara menangkapnya. Lo gak cuma bicara begitu tapi sebelumnya memberitahu gue cara menangkap yang efektif"
"Itu sudah biasa. Perwakilan karena gue gak bisa bareng lo. Jadi gue kasih tahu dengan cara begitu. Jadi di kost itu sudah bersih? Gak ada PSK yang lain?"
"Siap. Memang yang belum ditangkap gue gak tahu. Mereka gak mau beritahu"
"Nanti gampang. Kita bisa paksa ketika di kantor. Baguslah kasus ini mulai ada titik terang"
"Siap, Kres"
Kres dan Irfan mengakhiri telepon. Seketika Kres mendengar suara seseorang yang dikenalnya. Kres membalikkan badan dan melihat Sherli diam terpaku.
"Maksud kamu? Kost? PSK?" tanya Sherli pelan.
Kres melihat terus Sherli dan menengadah sebentar.
"Apa yang kamu tahu?" tanya Kres pelan.
"Saya tanya tapi kamu balik tanya" kata Sherli yang mulai terlihat tidak ramah lagi.
"Ayo duduk dulu"
"Tidak" kata Sherli dengan menggeleng keras.
Kres merasa heran dengan sikap Sherli.
"Itu di mana?"
Kres melihat terus Sherli. Gimana Sherli bisa tahu? Memang waktu Kres baru menerima telepon Irfan Sherli sudah sampai dan memang sengaja tidak mengganggu Kres bicara lewat telepon karena raut wajahnya serius tapi Sherli tidak menyangka bahwa pembicaraan mereka tentang PSK yang ada di kostnya.
"Jawab saya. Itu di mana?" kata Sherli menekan suara.
Sherli cuma mau memastikan kalau dirinya tidak salah dengar.
"Di kost kamu"
Sherli merasa tidak percaya.
"Gimana bisa kamu tahu semuanya? Kamu mengikuti saya? Sejak kapan? Kamu sudah berhasil menangkap mereka? Kamu mau memasukkan mereka ke dalam penjara? Kenapa? Sebenarnya mereka cuma mau bertahan hidup dan..."
"Sebentar. Sebentar. Kamu harus tenang dulu" potong Kres segera.
"Gimana saya bisa tenang? Mereka baik. Mereka tidak pernah punya tujuan menjerumuskan saya terlebih Mbak Lailis. Mereka terpaksa melakukan itu semuanya..."
"Apa dengan cara begitu?" potong Kres.
"Tidak semua orang punya nasib sama. Ada yang..."
Seketika Kres terkejut melihat Sherli mengeluarkan air mata.
"Apa segitunya kamu membela mereka?"
"Kenapa kamu tidak bisa mengerti situasi mereka? Kamu begitu saja menangkap mereka. Bukan keinginan mereka juga buat..."
"Makanya tolong kamu harus tenang. Kalau tenang kamu bisa mencerna penjelasan saya. Pemikiran dari sisi saya" potong Kres.
"Buat apa saya mendengarkan kamu? Yang ada..."
"Sherli, tenang dulu" potong Kres dengan memegang lengan Sherli.
Sherli segera melepaskan tangan Kres dengan mengerutkan dahi tapi begitu susah karena pegangannya erat.
"Kenapa sejak dulu polisi menang sendiri?!" kata Sherli marah.
Kres melihat terus Sherli.
"Saya cuma mau membebaskan kota ini dari perzinahan"
"...tapi mereka..."
Sherli kehabisan kata karena pikirannya terlalu emosi.
"...jangan selalu menyalahkan mereka. Pria hidung belang juga mau dilayani mereka dan..."
"Tidak. Saya minta kamu tenang dulu" potong Kres dengan memegang kedua lengan Sherli dan menggoyangkan sebentar.
Kres dan Sherli jadi saling melihat agak lama. Kres tahu Sherli iba dengan mereka karena merasa punya nasib yang sama. Berjuang dalam hidup karena secara ekonomi kurang. Kres jadi ikut merasakan yang dirasakan Sherli dan tanpa berpikir panjang dia memeluknya. Sherli cuma bisa memikirkan nasib mereka dengan merasa sedih.
"Memang kepedulian kamu terhadap orang lain besar. Itu bagus tapi kamu juga harus bisa memilah orang yang pantas dipedulikan. Apa tidak bisa mereka seperti kamu? Berjuang dengan cara bersih?" pikir Kres.
"Ingat ini. Perempuan yang memang baik tidak akan melakukan seperti itu. Apa masalah ekonomi ujungnya selalu lari jadi PSK? Mereka juga penyebab salah satunya pasangan suami istri pisah. Moralnya juga jadi buruk. Belum lagi resiko aborsi karena hasil dari hubungan gelap lalu banyak juga anaknya ikut seperti orang tua yang jadi PSK. Anak bangsa bukan mengharumkan negara tapi sebaliknya. Banyak sekali pengaruh buruknya"
Sherli melepaskan pelukan Kres dengan mengerutkan dahi.
"Polisi selalu tidak mengerti posisi orang. Yang penting dia bisa mendapatkan keuntungan dari itu semua"
"Maksud kamu?"
"Ada polisi yang melakukan itu agar bisa naik jabatan. Benar, bukan?"
Kres mengerutkan dahi. Sebenarnya Kres marah dianggap begitu. Kres memang sungguh mau mengabdi kepada negara tapi demi melindungi Sherli amarahnya ditepis.
"Tolong bantu saya"
"Untuk apa saya membantu? Kamu saja tidak mau membantu mereka"
"Sherli, saya mohon. Sekali lagi saya mohon bantu saya dengan ikut ke kantor sebagai saksi"
Sherli terkejut.
"Tolong. Saya cuma mau menolong kamu karena percaya kalau kamu bukan seperti mereka"
"Saya tidak butuh dibantu! Biarkan saya ikut mereka di penjara!"
Kres berusaha sabar.
"Kamu pikir hidup di dalam penjara menyenangkan? Lalu...gimana dengan orang tua kamu kalau dengar berita anaknya di penjara karena terlibat PSK?"
"Saya bukan PSK jadi..."
"...makanya saya menolong kamu dan tidak mengharapkan balasan. Kalau kamu sudah masuk jajaran berita tentang PSK pasti orang tua berpikir kamu seperti mereka" potong Kres bersikeras.
Kres memang sengaja menekankan tidak mengharapkan balasan dari Sherli karena sejak tadi dirinya dituduh melakukan semuanya karena ada maksud.
"...tapi papa dan mama saya tidak akan..."
"Lalu papa kamu shock dan masuk ke rumah sakit karena penyakitnya kambuh melihat berita tentang kamu. Kamu mau?"
Seketika Sherli teringat tentang kedua orang tuanya.
"Gue gak mau terjadi sesuatu dengan papa dan mama" pikir Sherli sedih.
Jujur Sherli bingung. Perkataan Kres ada benarnya. Apa tidak mungkin kasus ini akan muncul di berita? Papanya juga selalu senang baca berita. Baik di koran maupun internet.
"Mbak Lailis gimana? Lalu yang lain?" kata Sherli seketika menangis.
Kres mau mengelus bahu Sherli karena prihatin tapi akhirnya tidak jadi mengelus.
"Kamu takut apa?" tanya Kres lembut.
Kres berdekatan dengan Sherli.
"Kamu diancam mereka?" tanya Kres pelan.
Sherli berusaha berhenti menangis dan membuang muka karena sebal dengan Kres.