Sang penjaga portal antar dunia yang dipilih oleh kekuatan sihir dari alam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon faruq balatif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Evlin
Sementara itu, di kerajaan, Vincente berdiri di gerbang utama, memandang ke arah langit. Suara gemuruh terdengar, seperti pertanda buruk. Keberadaan Evlin yang tidak diketahui membuatnya gelisah, namun ia tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun.
Saat itu, langit di atas kerajaan mendadak menjadi gelap. Sebuah bayangan besar muncul dari balik kabut hitam, disertai kilatan cahaya yang memancar. Fergo yang semula berjaga di depan portal yang mengarah kedunia nyata, merasakan energi yang begitu besar. Dia kemudian menyusul Vincente dan menyuruh para penjaga untuk tetap berjaga di depan portal, waspada jika ada makhluk kegelapan yang mencoba masuk.
Di malam penuh ketegangan, atmosfer kerajaan menjadi begitu tegang seiring dengan munculnya aura gelap dari arah luar gerbang. Setiap prajurit yang berjaga merasakan ketakutan yang menusuk hingga ke tulang, merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar ancaman. Di puncak gerbang, Vincente berdiri dengan tegas, pandangannya tertuju jauh ke dalam bayangan kelam yang menyelimuti daratan.
Fergo, petinggi klan Flo, berdiri di samping Vincente, auranya tak kalah dingin namun mengintimidasi. Ia mengeraskan tatapannya, menyiapkan kekuatan angin yang siap ia gunakan kapan saja. Mereka sudah mempersiapkan segalanya untuk menghadapi sihir terlarang yang bisa saja merusak segala yang ada.
Dari kegelapan itu, Evlin muncul, seorang diri, namun auranya begitu kuat sehingga tanah di sekitarnya retak dan setiap langkahnya meninggalkan jejak bekas energi hitam. Di belakangnya, roh-roh jahat melayang mengikutinya dalam kesunyian yang menakutkan. Setiap roh berwajah pucat dan tanpa mata, hanya cahaya merah samar yang berkedip dari dalam kepala mereka, siap untuk menyerang siapa saja yang diperintah oleh Evlin.
Tanpa sepatah kata, Evlin melayangkan senyumnya yang penuh kemenangan, menyadari bahwa dirinya adalah ancaman yang tidak dikethui. Dengan satu gerakan tangannya, roh-roh jahat itu meluncur ke depan, tak berbentuk namun tajam seperti angin, mengeluarkan desisan yang bergema seolah suara dari dunia lain.
Namun, yang tak ia duga adalah pemandangan di hadapannya. Vincente dan Fergo, bersama barisan prajurit kerajaan yang telah bersiap dengan sihir pelindung, berdiri menantang di gerbang. Perkiraan Evlin tentang serangan mendadak yang akan mengagetkan kerajaan sirna. Ia tidak menyangka bahwa kerajaannya telah bersiap, bahkan menantinya dengan kewaspadaan penuh. "Araya", dengan nada yang penuh amarah ia menyadari bahwa Araya sudah berada di tempat ini.
“Evlin…” Vincente berbicara dengan suara keras, matanya menatap penuh murka. “Ini adalah kerajaan yang tidak bisa kau taklukkan.”
Evlin tersenyum mengejek. “Kalian mengira bisa menghadangku? Sihir yang ada pada kalian tidak seberapa dibandingkan dengan ini.” Ia melayang diudara sembari mengangkat tangannya, dan aura gelap yang lebih pekat dari sebelumnya menyelimuti sekitarnya, menyebabkan roh-roh jahat menjadi semakin beringas, mengelilingi Evlin dengan gerakan liar.
Fergo bersiap, membentuk dinding angin dengan kekuatan sihir klan Flo yang menambah lapisan perlindungan bagi mereka. Roh-roh jahat menghantam dinding tersebut, namun energi kegelapan yang dipancarkan Evlin begitu kuat hingga beberapa di antara roh berhasil menembus dan menyerang prajurit yang berada di barisan depan.
“Apa kau benar-benar berpikir hanya dengan pasukan kecil ini bisa menghentikanku?” Evlin berkata dengan nada mengejek sambil melayang maju, membiarkan kekuatannya yang penuh kebencian dan sihir terlarang meletus dalam satu hembusan.
Sihir Kuos, sihir terlarang yang hanya bisa dikuasai oleh mereka yang telah mengorbankan jiwanya, keluar dari telapak tangan Evlin, membentuk bayangan tajam yang langsung menyerang lapisan pertahanan Vincente. Serangan itu mengoyak perlindungan dengan sekali hantam, membuat beberapa prajurit terpental ke belakang.
Vincente mengeraskan tekadnya, segera memperbaiki perlindungan mereka dengan sihir bumi, sementara Fergo menahan serangan bayangan itu dengan angin. Keduanya bekerja dalam sinkronisasi yang luar biasa, mencoba menahan dampak serangan terlarang tersebut.
Di dimensi pertengahan, Araya yang sedang bertarung merasakan getaran hebat. Ia berhenti sejenak, terkejut dengan gelombang energi yang seolah mendesak untuk menunjukkan sesuatu. Dalam hati, ia bisa merasakan bahwa ancaman yang sama juga sedang melanda dunia nyata.
Dengan perasaan cemas, ia menatap portal di belakangnya sambil berkata pelan, "Evlin". Araya yang merasakannya menyadari bahwa kerajaan tengah menghadapi pertempuran besar. Namun, tugasnya belum selesai, ia harus tetap bertarung bersama Vaneca dan yang lain untuk menyelamatkan mereka dari kehancuran.
Kembali di gerbang kerajaan, Evlin mengeluarkan tawa keras yang menggema hingga ke pelosok kerajaan. “Lihatlah, kalian akan segera tunduk pada kehendakku,” ucapnya dengan nada sombong sambil mempersiapkan sihir Kuos tingkat lanjut.
Vincente dan Fergo saling pandang, keduanya tahu bahwa ini adalah titik paling berbahaya yang akan mereka hadapi, namun mereka tak akan mundur. Vincente meletakkan kedua tangannya di bawah, mengeluarkan sihirnya membuat tanah bergetar dan membuat gempa dasyat di tempat itu, semua bebatuan yang terangkat dihujamkan kearah Evlin layaknya peluru, membuat Evlin terjatuh. Namun, serangan itu tak memberinya luka sedikitpun.
Serangan yang datang silih berganti antara mereka, Vincente menahan serangan Evlin dengan segenap kekuatan yang ia miliki, sementara Fergo memperketat kendali sihir anginnya, memperkuat pertahanan mereka dan menyiapkan diri untuk menghadapi energi kegelapan terlarang yang siap menghantam mereka.