Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
Setelah itu, keduanya kembali keluar rumah untuk pergi ke supermarket dan membeli bahan makanan untuk makan siang mereka dan makan malam mereka. Setelah di dalam, Rio mengambil kereta dorong dan masuk bersama Sarah, tentu saja banyak yang melihat keduanya, karena paras mereka yang di atas rata rata.
“Kita mau beli apa nih ?” tanya Sarah.
“Gue sih lagi pengen makan mi ayam gitu tapi bikin sendiri,” jawab Rio.
“Ok, gue ikut aja hehe,” balas Sarah.
Ketika mereka berbelok ke arah tempat bertuliskan daging segar, tiba tiba Sarah berhenti dan langsung bersembunyi di balik Rio.
“Kenapa ?” tanya Rio bingung.
“Enggak hehe,” jawab Sarah.
“Tap,” Rio menoleh, beberapa gadis melewati Rio dan Sarah yang bersembunyi di belakangnya. Seorang gadis penuh make up dan nampak cantik dengan rambut panjang yang di ikat pony tail menoleh, dia melihat Sarah yang bersembunyi di balik Rio dan memegang kaus Rio,
“Eh...lo Sarah kan ?” tanyanya.
Tiga gadis lain yang bersamanya langsung berhenti dan menoleh melihat Sarah, Rio berbalik dan menatap ke empat gadis yang menegur Sarah.
“Wah lo pacaran di sini ternyata,” ujar gadis berambut pony tail itu dengan sinis.
Sarah diam saja tidak menjawab, dia hanya berdiri di belakang Rio dan memegang lengan Rio, seorang gadis yang berambut pendek sebahu mendekati Sarah.
“Aduh mana boleh vampir belanja di tempat manusia,” ledek nya.
“Hehe bener, (menoleh melihat Rio) hati hati loh, dia suka makan cowo,” tambah seorang gadis berambut ikal.
“Bener kak, waktu itu aja ketua tim basket nembak dia dan dia tolak karena dia sombong, tapi besoknya cowo itu ga ingat apa apa, aneh kan, pasti ulah vampir kan,” ledek seorang gadis berambut di kepang dua.
Rio menoleh melihat Sarah yang nampak ketakutan, kemudian dia menoleh melihat ke arah empat gadis di depannya. Rio mengamati wajah gadis gadis di depannya,
“Oi lo berempat anak kelas sebelah kan ? lo pada kelas 11 kan ?” tanya Rio.
“Iya, kita kenal lo kok, lo yang suka sendirian di kelas dan kalau pulang pasti ngelayap entah kemana itu kan,” ujar gadis berpony tail.
“Kalian kenal Sarah ?” tanya Rio.
“Eh tau ga, dia itu pernah ga naik sekali, dia harusnya angkatan kita, tapi jadi di bawah kita, alasannya dia di penjara gara gara bunuh bokapnya hehe, bener ga guys,” jawab gadis berpony tail sambil menoleh melihat gadis lainnya.
“Hehe bener bener,” balas gadis yang lain.
“Oh begitu ya, gue juga harusnya di atas kalian setahun, gue sekolah di rumah dan gue sempet berenti karena di rawat di rumah sakit,” balas Rio.
“Oh...gitu, tapi lo ganteng juga ya, mau ikut kita ga ? abis ini kita mau jalan jalan di mall trus nonton,” balas gadis berpony tail.
“Terima kasih tawarannya, tapi gue akan tetap ama Sarah, lagian gue ga suka sama orang yang bermulut busuk menyebarkan gosip dan menghina orang lain,” balas Rio.
Mendengar ucapan Rio, ke empat gadis itu langsung diam, mereka menatap sinis Sarah yang berada di belakang Rio dengan wajah menyiratkan rasa malu mereka.
“Ya udah kalo ga mau, lagian lo ga ganteng ganteng amat kok, dah yu jalan,” ajak gadis berpony tail.
Ke empat gadis itu langsung pergi meninggalkan Rio dan Sarah, Rio menoleh melihat Sarah yang menunduk di belakangnya,
“Dah yu, beli ayam, sayur ama mi abis itu pulang masak,” ujar Rio.
“I..iya, makasih ya,” balas Sarah.
“Mereka temen temen smp lo ?” tanya Rio.
Sarah mengangguk, kemudian dia berjalan kembali ke samping Rio dan keduanya meneruskan berjalan menuju ke tempat untuk mengambil ayam potong. Selesai berbelanja dan keluar dari supermarket,
“Rio....kalau gue bilang gue bisa ngilangin ingatan orang lain, lo percaya ga ?” tanya Sarah.
“Haaah....jujur aja, gue setengah percaya, tapi temen temen lo tadi juga bilang hal yang sama kan, jadi sekarang gue mulai percaya,” jawab Rio.
“Kemarin, waktu kita ketemu di atap, gue sebener nya takut, gue bener bener bermaksud menghilangkan ingatan lo, bukan hanya lo, kalau gue bertemu dengan cowo, gue pasti akan menghilangkan ingatan cowo itu supaya ga inget dan ga kenal gue lagi,” balas Sarah.
“Hmm yang kemarin lo bilang lo ga mau mencolok lagi gitu ?” tanya Rio.
“Iya, yang mereka cerita itu bener, kapten tim basket smp gue yang namanya Johan itu memang pernah nembak gue, tapi waktu itu gue tolak karena emang gue ga kenal dia dan saat itu gue lagi ribet ngurusin nyokap, lagian saat itu gue ga tau kalau gue ini dhampir, sampai empat orang dari tim basket nyekep gue di gudang berdua ama si Johan itu dan gue hampir di perkosa ama dia, di situ kekuatan gue bangkit dan gue menghilangkan ingatan mereka setelah menghajar mereka,” jawab Sarah.
“Hmm jadi gitu ceritanya, waktu itu lo kelas berapa ?” tanya Rio.
“Kelas 8 dan si Johan kelas 9,” jawab Sarah.
“Trus lo kenal empat cewe tadi ?” tanya Rio.
“Empat cewe tadi itu mencintai Johan karena mereka seangkatan ama Johan, empat cewe tadi dan gue satu sd, mereka tahu kalau gue pernah ga naik, yaitu pas bokap gue meninggal dan gue di rawat di rumah sakit dengan waktu cukup lama, saat itu ada gosip yang bilang kalau gue membunuh bokap gue karena gue vampir dan gosip itu bertahan sampai gue smp, pas gue hilangin ingatan si Johan waktu udah mau kenaikan kelas ke kelas 9, gosip itu semakin menjadi jadi dan menyebar di sekolah,” ujar Sarah.
“Hmm jadi mereka yang nyebarin gosip tentang lo ?” tanya Rio.
“Kayaknya sih, soalnya yang bareng sd nya ama gue cuma mereka dan Yuli,” jawab Sarah.
Rio diam saja tidak bicara apa apa, dia terus berjalan di sebelah Sarah, tiba tiba Sarah berbalik dan menatap Rio,
“Lo ga percaya ya ?” tanya Sarah.
“Hmm gimana ya, 80% cerita lo gue percaya,” jawab Rio.
“Hehe ga apa apa, tapi cerita soal gue hampir di perkosa itu bener dan Yuli tahu itu,” balas Sarah.
“Pantes dia bilang dia jagain lo, bagus deh lo punya temen baik,” balas Rio.
“Iya, gue besyukur punya temen kayak Yuli, oh satu hal lagi, emang lo beneran pernah ga naik kelas ?” tanya Sarah.
“Ya, umur gue udah 18 tahun, waktu gue di vonis sisa idup gue tinggal 4 bulan, pendidikan gue terhenti, saat itu gue kelas 7 dan ngulang kelas 7 lagi setelah gue berumur 14 tahun, berarti lo ama gue beda setahun ya ?” tanya Rio.
“Bener, gue masuk sma pas umur gue 17 tahun, berarti kemaren gue panggil kakak bener dong, lo lebih tua dari gue setahun,” balas Sarah.
“Ih ogah, panggil nama aja, risih,” balas Rio.
“Iya tau,” balas Sarah sambil memeluk lengan Rio dengan ceria.
“Lo di bully mereka ?” tanya Rio.
Sarah terdiam, tangannya mulai gemetar, Rio yang menyadari tangan Sarah yang memegang lengannya gemetar,
“Ok sekarang lo tenang aja, lo dateng ke kelas gue aja tiap hari, ada Yuli juga di kelas gue,” ujar Rio.
“Iya, makasih ya,” balas Sarah.
“Hmm aneh juga sih ini, kok vampir bisa di bully manusia,” ledek Rio.
“Gue bukan vampir, gue dhampir, lagian kalau gue vampir, gue udah hangus sekarang kena matahari,” balas Sarah.
“Hahaha bener juga,” balas Rio tertawa dan kembali menoleh ke depan.
Melihat Rio tertawa, Sarah tersenyum, dia memeluk erat lengan Rio menggunakan dua lengannya dan berjalan di samping Rio.
“Ga perlu memaksakan kelainan gue ama dia, selama gue tahu kalau dia separuh malaikat jatuh atau nephilim udah cukup, gue ga mau di bilang ngayal lagi ama dia, gue mau di sebelah dia selamanya atau paling tidak sampai keajaiban yang gue alami berakhir,” gumam Sarah di dalam hati sambil tersenyum dan melirik wajah Rio.