EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Nanda Maheswari tak pernah menyangka bahwa ia akan mengandung benih dari Langit Gemintang Laksono tak lama setelah pria yang ia cintai secara diam-diam tersebut merudapaksa dirinya karena emosi dan salah paham semata. Terlebih Langit saat itu di bawah pengaruh alkohol juga.
"Aku benci kamu Nan !!" pekik Langit yang terus menggempur Nanda di bawah daksa tegapnya tanpa ampun.
"Tahu apa kamu soal cintaku pada Binar, hah !"
"Sudah miskin, belagu! Sok ikut campur urusan orang !"
Masa depannya hancur berantakan. Kehilangan kesucian yang ia jaga selama ini dan hamil di luar nikah. Beruntung ada pria baik hati yang bersedia menutupinya dengan cara menikahinya. Tetapi naas suaminya tak berumur panjang. Meninggal dunia karena kecelakaan.
"Bun, kenapa dunia ini gelap dan kejam?"
Takdir semakin pelik bagi keduanya. Terlebih Langit sudah memiliki istri dan satu orang anak dari pernikahannya.
Update : Setiap Hari.
Bagian dari Novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 - Daftar Sekolah
Seketika Nanda terbangun dari mimpi buruknya.
"Hah...hah... hah..."
Napasnya seketika tak beraturan dan keringat dinginnya pun membanjir. Tak lama, ia menggigit bibirnya sendiri guna menahan isak tangisnya. Ia tak mau Elang yang sedang pulas tertidur, harus bersedih karena mendengar ibunya menangis.
"Maafkan aku, Ibu. Putrimu ini telah banyak dosa padamu. Hiks...hiks...hiks..." batin Nanda menangis dan air matanya menetes membanjiri wajah sayunya.
"Ya Tuhan, ampunilah dosa hamba. Maafkan seluruh khilaf dan dosa keluargaku,"
"Bapak, maafkan putrimu yang kotor ini. Penyebab segala kehancuran keluarga kecil kita. Maaf, aku belum bisa membahagiakan Ibu dan Fitri sebelum Tuhan memanggil mereka dariku. Semoga Rahmat juga bisa segera bebas dari penjara. Jika memang keadilan tak berpihak pada keluarga kita saat di dunia. Semoga di akhirat, kita bisa mendapatkan keadilan itu. Aamiin..." batin Nanda seraya berdoa.
☘️☘️
Keesokan paginya, Nanda dan Elang bersiap untuk mendaftar di SLB Pelita Hebat. Salah satu SLB yang berada tak jauh dari rumah kontrakan Nanda. Letak SLB tersebut berada di depan komplek perumahan mewah. Sedangkan kampung tempat Nanda dan Elang tinggal, berada di belakang komplek perumahan tersebut.
"Sudah siap, Nak?" tanya Nanda yang sudah duduk di atas motornya dan siap tancap gas. Motor merek Scaapy yang ia beli secara bekas dan kredit. Di mana kreditannya belum lunas. Motor bekas tersebut menjadi kendaraan satu-satunya yang ia miliki untuk mobilitasnya sehari-hari.
"Siap 86, Bun." Elang pun menjawabnya dengan penuh antusias. Ia sudah duduk di jok bagian belakang.
"Berangkat," ucap Nanda penuh semangat dan senyum.
Nanda bergegas mengendarai motornya. Elang memeluk ibunya dari arah belakang dengan kuat. Keduanya pun melaju perlahan-lahan membelah jalanan kampung yang sempit dan memang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua saja. Tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat.
Tiba-tiba...
"Lihat tuh janda gatel lewat," ucap wanita dengan nada sinis pada arah Nanda yang barusan lewat di depannya.
Nama wanita tersebut adalah Susi atau biasa dipanggil warga sekitar, Bu Tedjo. Suaminya bernama Tedjo dan mereka punya satu anak yakni Cokro. Ya, dia adalah pemilik kontrakan tempat Nanda dan Elang tinggal.
"Eh siapa, Bu?" tanya tetangga yang lain bernama Bu Juleha pada Bu Tedjo.
"Aduh Bu Juleha ini gimana sih!"
"Ya itu loh yang ngontrak salah satu rumah punya saya. Rumah yang paling murah di ujung sana. Kan dia janda gatel. Sok kecantikan di kampung sini. Sampai-sampai kabarnya Pak Broto, juragan beras di kampung kita ini naksir dia. Mau dijadikan istri keempat sama Pak Broto. Tapi sombongnya minta ampun. Huft !!"
"Bu Nanda sombong kenapa Bu?" tanya Bu Juleha pada Bu Tedjo.
"Sudah miskin, eh masih saja sombongnya minta ampun. Aduh gusti !!"
"Ampun deh..." sinis Bu Tedjo.
"Jauh-jauh saja dari rumput benalu macam dia. Takut ketularan virus miskinnya. Belagu banget pakai nolak lamaran Pak Broto. Padahal duitnya Pak Broto itu banyak. Ora nganggo seri. Pasti dia mau ngincer suami salah satu warga kampung sini. Hati-hati saja Bu," ujar Bu Tedjo seraya menyelipkan nada berhati-hati dengan maksud terselubung pada Bu Juleha mengenai Nanda.
"Ah, masak sih Bu?"
"Kok kayaknya saya lihat Bu Nanda itu orangnya baik. Kadang suka bantu tetangga sini kalau ada yang hajatan atau arisan. Malah enggak mau dikasih upah. Katanya bantu secara ikhlas namanya juga tetangga jadi saling tolong-menolong. Begitu katanya," ujar Bu Juleha.
"Hari gini Bu Juleha percaya omongan tuh janda gatel. Kalau saya sih, ogah banget. Manis di mulutnya doang tapi hatinya penuh tipu muslihat dan busuk!" maki Bu Tedjo dengan ketus.
"Hati-hati Bu Tedjo, nanti takutnya fitnah. Atau justru balik pada keluarga Bu Tedjo sendiri," saran Bu Juleha yang sangsi dengan ucapan Bu Tedjo padanya tentang Nanda.
"Ya enggaklah, Bu Juleha. Suami saya enggak akan tergoda sama janda gatel macam dia. Apalagi anaknya yang buta itu. Mungkin mereka memang turunan keluarga cacat semua," sarkas Bu Tedjo.
"Astaghfirullah hal adzim..." ucap Bu Juleha seraya mengelus dada.
"Istighfar, Bu. Sabar atuh..."
"Ah, Bu Juleha ini enggak asyik orangnya. Saya pulang dulu saja kalau begitu!" ketus Bu Tedjo yang langsung pergi meninggalkan Bu Juleha yang geleng-geleng kepala melihatnya.
"Kok ada orang yang julid model Bu Tedjo begitu," batin Bu Juleha heran.
☘️☘️
Setibanya di SLB Pelita Hebat, Nanda langsung mendaftarkan putranya ke pihak sekolah. Kebetulan hari ini adalah hari terakhir mendaftar. Satu minggu lagi, murid-murid sudah mulai pembelajaran sekolah.
"Bun, aku di sini dulu saja. Aku mau keliling lihat sekolah baruku biar hafal seluk beluk ruangan dan tempat bermain di sini. Nanti aku pulang sendiri saja," pinta Elang.
"Ayo sayang. Enggak apa-apa Bunda antar pulang ke rumah terus berangkat kerja," ucap Nanda.
"Sudah, Bunda berangkat saja. Nanti telat loh," ucap Elang.
Nanda pun melihat jam ponselnya memang sudah mepet waktunya.
"Ya sudah, kamu hati-hati ya Nak. Kabari Bunda kalau ada apa-apa," ucap Nanda.
"Iya, Bun. Ashiapp..." ucap Elang yang memberi tanda jempol tangannya ke atas pada Bundanya yang artinya oke.
Setelah Elang mencium tangan bundanya secara takzim, Nanda pun bergegas pergi untuk bekerja di sebuah pabrik tekstil di Bandung.
Selepas kepergian Nanda, Elang berjalan menyusuri area sekolah barunya tersebut menggunakan tongkatnya. Saat berada di area taman sekolah, Elang merasakan ada seseorang yang juga berada di sana. Lalu ia pun berusaha menyapanya. Akan tetapi ia tak tahu siapa yang berada di taman sekolah dengannya saat ini.
"Halo. Aku Elang," sapa Elang dengan ramah.
"Kamu siapa?" tanya Elang dengan senyum sumringahnya berusaha menyapa secara hangat dengan sosok tersebut.
Tatapan ketus dan tajam seketika memandang Elang dari jarak beberapa langkah yang tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Lalu sosok tersebut berjalan perlahan mendekat ke arah Elang. Seketika...
BYURR !!
Elang yang tak siap, mendadak terjatuh di kolam ikan dangkal yang ada di taman sekolah tersebut setelah tubuhnya didorong oleh seseorang. Alhasil Elang tercebur di kolam ikan. Beruntung ponselnya ada di dalam tas miliknya yang ia letakkan di bangku taman dekat kolam ikan. Tak berselang lama, tiba-tiba...
"Aaaa !!" jerit seorang wanita paruh baya dari kejauhan yang tengah menenteng tas mewah dengan dandanan yang rapi dan formal. Ia begitu terkejut memandang cucunya yang sedang berada di tepi kolam ikan dalam kondisi basah.
Bersambung...
🍁🍁🍁
*Siapa dia?