Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 - Kabar Terbaru
Benar saja, beberapa menit kemudian sebuah ketukan terdengar di pintu. Zafira tidak berniat membukakannya. Biarkan tamu tersebut masuk sendiri tanpa harus dibukakan pintu. Tubuh itu terlalu lelah untuk bergerak. Posisinya saat ini adalah posisi ternyaman baginya. Tertunduk lemas di sofa merenungi segala kesakitan yang ada.
Ternyata tamu yang datang pun tidak berharap Zafira membukakan pintu. Dia tahu gadis itu pasti sedang bersedih bahkan lebih daripada itu, hancur. Pasti kerjanya hanya menangis berhari-hari. Tanpa sungkan sang tamu mendorong daun pintu lalu masuk disusul seorang gadis di belakangnya.
Kedua tamu tersebut berdiri dua meter dari sofa, menatap iba pada sosok yang terlihat begitu rapuh yang sedang menundukkan kepala.
"Bagaimana keadaanmu? Mama papa belum sempat menjengukmu," sapa Zafran mengambil tempat duduk di sebelah kanan adiknya yang disusul Alluna duduk di sebelah kiri Zafira.
Zafira mengangkat kepala. Sedikit terkejut mendapati sosok yang dibawa Zafran. Bukannya melihat ke arah Zafran, dia justru menatap Alluna yang duduk di sebelahnya lalu disambut anggukan sopan dari gadis berambut panjang itu sebagai salam sapaan. Dan Zafira pun membalas senyuman samar meskipun begitu kentara dipaksakan.
Sebenarnya Zafira sempat terkejut melihat Alluna ikut bersama Zafran. Sepertinya hubungan saudara kembarnya dengan gadis itu semakin dekat. Jika situasinya tidak seperti saat ini, pasti Zafira akan banyak bertanya kepada Alluna tentang hubungan mereka. Namun karena kondisi dirinya juga sedang tidak baik-baik saja maka tidak mungkin dia membahas sesuatu di luar inginnya.
Zafran mengedarkan pandangan sesaat ke seluruh ruangan. Ada beberapa bingkai foto pernikahan terpajang di dinding. Seluruh ruangan didesain begitu cantik dengan semua nuansa warna putih, warna kesukaan Zafira. Zafran lalu menghempaskan nafas dan menatap kembali pada adiknya yang kini kembali murung.
"Kamar ini sangat indah. Dia sengaja membeli rumah ini dengan harga yang sangat mahal bahkan kamar ini dicat warna putih dan didesain sebagus ini demi kamu," Zafran tiba-tiba berkata menjelaskan awal mula rumah ini.
Zafira terdongak. Merasa terkejut dengan perkataan Zafran. Sedikit menggeser duduk dengan mencondongkan kepala lebih dekat ke Zafran penuh rasa ingin tahu.
"Bagaimana kau bisa tahu?,"
"Dia membawaku melihat rumah ini untuk pertama kali dan memintaku merahasiakan semua ini padamu. Dia mengatakan rumah ini akan dipersiapkan untukmu, jika kalian berjodoh. Jika pun kalian tidak berjodoh, dia akan tetap tinggal di rumah ini bersama foto-foto dirimu yang akan dia pajang di setiap sudut kamar ini,"
Terdengar isakan dari mulut Zafira. Dia sudah tidak sanggup mengeluarkan kata-kata.
Alluna mengusap pundak Zafira mencoba memberi ketenangan lalu menariknya ke dalam pelukan.
"Tidak perlu menangisi sesuatu yang akan kembali padamu. Kau harus percaya kalau orang yang benar-benar tulus mencintaimu pasti akan datang kembali padamu. Sekarang kamu hanya memerlukan waktu untuk bersabar dan menunggu"
"Apa kamu yakin dia akan kembali padaku?," Zafira melepaskan pelukan, menatap penuh harap pada Alluna.
"Insya Allah aku percaya. Karena mendengar cerita dari Zafran aku pun merasa yakin Fariz akan kembali. Aku saja yang hanya mendengar cerita sudah merasa yakin, lantas ada apa denganmu? Apa kamu masih meragukannya?," Alluna bertanya heran.
"Hiks, hiks, tapi aku tidak mempercayai diriku sendiri. Aku tidak percaya kalau diriku dapat membuatnya kembali. Dia sangat marah padaku dan aku tidak tahu apakah masih ada cinta untukku," Zafira kembali terisak kemudian memeluk Alluna.
"Dia pasti masih sangat mencintaimu. Zafran mengatakan kamu cinta pertamanya. Dan aku bisa pastikan tidak semudah itu dia bisa melupakan cinta pertamanya. Sekarang tugasmu hanya perlu meyakinkan dirimu bahwa kamu akan menemukannya"
Zafira mengangguk samar mendengarkan perkataan Alluna. Meski harapannya sekarang sudah mulai meredup namun Perjuangan Cintanya tidak boleh ikut meredup. Alluna benar, cinta pertama Fariz adalah dirinya dan pria itu tidak mungkin melupakannya hanya dalam hitungan hari.
Baik Zafran maupun Alluna hanya menatap prihatin pada gadis yang sedang patah hati itu. Tidak ada yang dapat mereka lakukan selain menghibur, menasehati serta memberikan semangat untuk memotivasi Zafira agar tetap memperjuangkan cintanya.
***
Lima hari tak terasa sudah berlalu. Lima hari Zafira berada di rumah dalam kesendirian. Berteman sepi. Berbalut rindu.
Dua hari terakhir ini Zafira telah mulai datang ke kantor meski fikirannya tetap saja tidak bisa beralih dari Fariz.
Di rumah, waktu menunjukkan hampir pukul sepuluh malam. Zafira seperti biasa duduk termenung di sofa seorang diri. Sejak kepergian Fariz, dia menjadi susah tidur.
Dua hari ini Zafira hanya setengah hari di kantor lalu sisanya menghabiskan waktu mencari Fariz. Ke toko buku, ke toko perhiasan serta ke semua restoran yang biasa mereka datangi tetapi hasilnya sia-sia. Zafira bahkan mendatangi taman tempat kenangan mereka. Tetapi di taman itu justru menjadikan hati Zafira semakin sakit karena melihat taman itu bayangan Fariz muncul semakin mengusiknya. Rasanya dia ingin menyerah jika tidak memikirkan kalau cintanya patut diperjuangkan.
Tekadnya sudah bulat jika suatu hari nanti Fariz kembali, dengan seyakin-yakinnya dia akan mengatakan sejujurnya tentang perasaan yang sesungguhnya kepada Fariz bahwa dia mencintainya. Sangat mencintainya melebihi apapun. Dan dia pun telah berjanji pada dirinya sendiri tidak akan pernah melepaskan suaminya barang sedetik pun. Jika takdir mempertemukan mereka kembali dia berjanji akan menghabiskan sisa usia untuk hidup selamanya bersama pria itu.
Suara ponsel memecah lamunan Zafira. Dia melirik jam dinding telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Gadis itu segera mengambil benda pipih yang ada di nakas yang terus saja berdering.
"Selamat malam bu. Maaf, menelepon bu Zafira malam-malam" suara di seberang mengawali pembicaraan dan menyampaikan permintaan maaf kepada atasannya.
"Selamat malam, Dan. Apa ada kabar terbaru yang kamu bawa? Cepat katakan" tanya Zafira tak sabar.
"Ada bu. Saya menghubungi bu Zafira malam-malam membawa kabar terbaru. Dan bu Zafira pasti akan sangat senang mendengarnya" suara di seberang memberitahu.
"Benarkah? Kamu sudah mendapatkan alamatnya? Dimana? Beritahu aku segera," Zafira terlihat bersemangat.
"Tapi saya belum sempat menemuinya langsung dan berbicara dengannya bu" suara Dani terdengar menyesal.
Raut wajah Zafira seketika muram tetapi itu tidak berlangsung lama saat teringat kalau Dani belum menyampaikan inti laporannya.
"Mengapa kamu tidak menemuinya dan menyampaikan pesanku? Saya menyuruhmu untuk menyampaikan padanya kalau saya mencarinya setiap hari. Mengapa tidak kamu lakukan?" suara Zafira sedikit kecewa.
"Maafkan saya bu. Saat di jalan pulang ke rumah saya tak sengaja melihat mobil pak Fariz masuk ke sebuah restoran Jepang. Saya sempat melihatnya dari kejauhan. Pak Fariz hanya take away makanan dan tidak lama berada di resto. Saat saya ingin menghampirinya, pak Fariz sudah keburu pergi" jelas Dani menceritakan pertemuannya dengan Fariz.
...*****...