Nala dan Zayn, dua remaja yang saling jatuh cinta. Nala merupakan gadis yatim piatu yang di rawat oleh tantenya. Namun karena sebuah kebencian Zayn terhadap Tante dari Nala yang merupakan selingkuhan papanya, membuat Zayn salah langkah hingga menyakiti gadisnya. Apalagi perselingkuhan itu terjadi di saat sang mama koma.
Dan di saat yang sama, Zayn mengetahui kenyataan bahwa dirinya bukanlah anak kandung mama papanya.
Lalu siapakah orang tua kandung Zayn??
Bagaimana pula dengan hubungan antara Zayn dan Nala???
Apakah Nala tak berhak bahagia???
Selamat datang di tulisan receh Mak othor 🤭. Semoga berkenan ya bestiiii...
Silahkan mampir, tapi please...kalo emang ngga minar, tolong skip aja dan tapi jangan kasih bintang 1 ya 🙏🙏🙏☺️
Terimakasih 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 28
Pemuda tampan dengan jaket jeansnya melajukan kendaraannya membelah jalanan kota.
Laju kendaraan roda duanya pun tak terlalu kencang mengingat kendaraannya bukanlah yang dulu. Melainkan motor matic yang masih cukup bagus baginya.
Matanya aktif menatap sisi kanan kiri jalan untuk mencari ruko yang akan ia sewa namun di tempat yang strategis. Bukan hanya bangunannya, namun juga lokasi yang ramai orang lewat maupun tempat orang bekerja.
Namun sampai hampir satu jam ia belum juga menemukannya. Zayn pun memilih beristirahat di salah satu warung kelontong yang ada di pinggir jalan.
"Bagi kopi bang!", kata Zayn duduk di salah satu bangku lalu menyalakan rokoknya.
"Kopi hitam apa susu?", tanya penjualnya.
"Hitam, kapal pecah kalo ada!", jawab Zayn. Penjual itu pun mengangguk lalu membuatkan untuknya.
Ada beberapa laki-laki yang juga duduk di sana. Zayn menyimpan kembali rokoknya ke dalam saku jaketnya.
"Anak orang kaya ya bro!", kata salah satu pemuda. Zayn mengernyitkan alisnya.
"Siapa? Gue?", tanya Zayn. Pemuda itu hanya mengangguk tipis.
"Kaya dari mana bang!", kata Zayn sambil mengeluarkan asap putih dari mulutnya.
"Keliatan rokoknya mahal!", jawab yang lain. Zayn terkekeh pelan.
"Oh...mau cobain ?", tawar Zayn mengeluarkan rokoknya tersebut. Kedua pemuda itu tertawa pelan. Tanpa ragu mereka mencobanya.
"Makasih bro!",kata keduanya. Zayn mengangguk dan mengambil gelas berisi kopi panas yang mengepul.
Zayn memperhatikan dua pemuda yang mungkin seumuran dengannya. Sepertinya mereka sedang mencari pekerjaan karena terlihat menggunakan kemeja putih dan celana hitam.
"Mau cari kerja?", tanya Zayn basa basi. Keduanya mengangguk.
"Iya, tapi udah seminggu ini belom dapet!", jawab salah satunya.
Zayn mengangguk pelan.
"Lo sendiri ?"
"Gue juga baru lulus sih. Lagi cari tempat buat buka bengkel!", jawab Zayn.
"Lulus apa? Teknik mesin?"
Zayn terkekeh. Lalu meneguk kopinya yang masih cukup panas.
"Gue baru lulus SMA!", jawab Zayn. Ia membuka jaketnya karena memang cukup gerah. Nampak sisa-sisa percintaannya dengan Nala di sekitar lehernya.
Kedua pemuda itu menaikan kedua alisnya.
"Betewe....kenalin! Gue Arda dan ini Marwan!", kata salah satu pemuda yang bernama Arda tersebut.
"Gue Zayn!"
"Oh...cocok lah sama namanya!", kata Marwan. Zayn tersenyum tipis. Memang dia tidak cocok kalau namanya bukan Zayn???
"Ngga kuliah aja? Kalo kita mah kaum dhuafa...hahaha!", kata Marwan.
"Ngga dulu! Ngga tahu besok-besok. Yang penting gue coba buka usaha dulu. Biar bisa kasih makan istri!"
Marwan dan Arda saling berpandangan.
"Lo udah nikah?", tanya Arda. Zayn tersenyum.
''Hum! Takut ada yang ngeduluin!", jawab Zayn. Tak mungkin ia mengatakan hal yang sebenarnya apalagi mereka baru kenal kan???
Mereka terus mengobrol sampai akhirnya bertukar nomor ponsel. Rencananya, kalau memang mereka belum mendapatkan pekerjaan akan ikut bengkel Zayn. Tak perlu gaji besar yang penting mereka punya pemasukan untuk makan dan tempat tinggal.
Zayn kembali melanjutkan pencariannya hingga tanpa ia sadari, motornya melintas di daerah kediaman orang tua angkatnya.
Tempat di mana belasan tahun ia tinggal dan di besarkan di sana.
Entah karena apa, tahu-tahu motor matic itu berhenti di depan rumah besar dan kokoh tersebut.
Zayn masih duduk di motornya sambil menatap pintu gerbang yang sangat tinggi itu. Seorang satpam membuka pintu gerbang tersebut.
"Den Zayn?!", sapa satpam tersebut.
"Pak Agus! Mama...ada?", tanya Zayn. Satpam itu mengernyitkan alisnya. Heran saja, kenapa anak majikannya gak langsung masuk ke dalam rumahnya sendiri???
"Ada den. Nyonya sudah pulang!", jawab satpam tersebut. Zayn mengangguk pelan.
"Kenapa ngga langsung masuk aja den?", tanya pak Agus.
"Iya!", sahut Zayn. Ia pun melepaskan helmnya dan meletakan di atas spion.
"Ngga di bawa masuk aja motornya den? Eh...tapi kok motor Aden...??"
"Ngga ada yang bakal ngambil juga pak!", kata Zayn melangkahkan kakinya memasuki halaman rumah itu.
Pak Agus hanya mengangguk pelan. Ia tak tahu apa yang terjadi dengan keluarga majikannya. Dan tanpa di suruh pun, ia akan menjaga kendaraan anak majikannya.
Langkah jenjang pemuda itu menapaki ruang tamu yang sangat mewah. Namun pandangannya terganggu manakala sosok perempuan yang sudah menghancurkan kehidupan keluarga mamanya sedang menatap ke arahnya.
Lidya berjalan pelan mendekati Zayn. Tadi ia ingin langsung ke kamar. Tapi sedikit enggan hingga ia ingin jalan-jalan di taman depan. Namun ternyata ia bertemu dengan Zayn.
"Eh...anak angkat masih berani datang ke sini?", sindir Lidya. Zayn tak mau menanggapi perempuan yang sedang hamil tersebut. Ia memilih melangkah untuk menuju ke kamar sang mama.
"Tunggu! Kamar mba Suci sudah tidak di sana! Dia pakai kamar tamu!", kata Lidya. Tangan Zayn mengepal kuat. Ia merasa jika mamanya pasti sangat tertekan saat ini.
"Eum...mama dan papa mu di dapur sih! Temui saja mereka!", kata Lidya meninggalkan Zayn.
Dengan langkah pelan, Zayn pun menuju ke dapur. Benar saja, Nugi dan Suci sedang berbicara berdua. Namun Zayn memilih untuk mendengar pembicaraan mereka dari pada langsung menyapa mereka.
Dan setelah mendengar percakapan itu, dada Zayn semakin terasa sesak. Tanpa menunggu kedua orang tuanya mengetahui kedatangannya, Zayn memilih untuk meninggalkan rumah itu.
Pak Agus yang sedang telepon pun sampai tak menyadari saat Zayn pergi.
Sepanjang jalan otak Zayn yang sudah cukup panas membuatnya tak konsentrasi dalam mengendarai.
Hingga hampir saja ia menabrak sebuah kendaraan yang berhenti di pinggir jalan. Untungnya ia masih bisa menghindar. Dan setelah itu ia memilih untuk berhenti lebih dahulu.
Jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul dua lewat. Itu artinya jam makan siang sudah berlalu.
Tangannya terulur ingin menghubungi Nala, akan tetapi ia memilih untuk menyimpannya kembali.
Helaan nafas kasar keluar dari mulutnya. Ternyata...seperti ini menjadi seorang Zayn Alexander.
💫💫💫💫💫💫💫💫💫
Nala baru pulang dari minimarket dan warung baso seperti yang ia katakan pada Zayn tadi. Setidaknya ,hal kecil tersebut mengembalikan moodnya.
Sesampainya di kamar kost, ia kembali memikirkan masa depannya. Sebuah kantong berwarna kuning dengan nama supermarket Nala ambil isinya.
Sebuah pakaian dinas sengaja ia beli di salah satu toko wanita. Nala memang sengaja membelinya khusus di depan Zayn nanti.
Namun Nala justru meremas pakaian itu dan memeluknya. Hanya Nala yang tahu ,apa yang ada dalam pikirannya.
💫💫💫💫💫💫💫💫
terimakasih 🤗🤗🙏🙏