NovelToon NovelToon
Pernikahan Tak Terduga

Pernikahan Tak Terduga

Status: tamat
Genre:Tamat / Aliansi Pernikahan / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa
Popularitas:27.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Desy Puspita

Niat hati memberikan pertolongan, Sean Andreatama justru terjebak dalam fitnah yang membuatnya terpaksa menikahi seorang wanita yang sama sekali tidak dia sentuh.

Zalina Dhiyaulhaq, seorang putri pemilik pesantren di kota Bandung terpaksa menelan pahit kala takdir justru mempertemukannya dengan Sean, pria yang membuat Zalina dianggap hina.

Mampukah mereka menjalaninya? Mantan pendosa dengan masa lalu berlumur darah dan minim Agama harus menjadi imam untuk seorang wanita lemah lembut yang menganggap dunia sebagai fatamorgana.

"Jangan berharap lebih ... aku bahkan tidak hapal niat wudhu, bagaimana bisa menjadi imam untukmu." - Sean Andreatama

ig : desh_puspita27

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11 - Keputusan Dua Keluarga

"Saya sebenarnya membebaskan menantu saya untuk tinggal dimana, senyamannya saja. Tapi, jika boleh Sean tetap tinggal bersama kami saat ini, Pak."

"Tapi, Kiyai ... apa tidak sebaiknya istri ikut suami saja?"

Masih di kamar yang sama, Mikhail tampaknya betah berbincang bersama kiyai Husain. Keduanya tengah membahas masa depan putra dan putri mereka. Sama-sama ingin bersama menantu, kalau dari kalimatnya Mikhail ingin Zalina tinggal di rumah utama. Sementara kiyai Husain juga menginginkan Sean tetap berada di rumahnya.

Keduanya sama-sama memiliki alasan. Mikhail menginginkan Zalina menjalani hidup sebagai menantu keluarga Megantara, dan tidak berjauhan seperti Syila. Alasannya cukup masuk akal, Mikhail hanya ingin Zalina diperlakukan bak putri kerajaan dengan kekayaannya.

Jika Mikhail punya alasan terkait kenyaman dan kemewahan, Kiyai Husain justru berbeda. Dia menginginkan Sean untuk tinggal di lingkungan itu demi Agamanya, itu saja.

Bukan berarti kiyai Husain menyepelekan keluarga Mikhail. Akan tetapi, dia kerap mendapati Sean bingung dalam ibadahnya. Hal itu yang membuat kiyai Husain berpikir Sean membutuhkan lingkungan yang akan membentuk keimanan dari kebiasaan yang dia jalani.

"Hanya beberapa waktu saja, Pak. Tidak lama, saya ingin mengenal Sean lebih dalam lagi."

Sean menatap dari kejuahan bagaimana mertuanya meminta restu pada sang papa. Seorang Sean bukan pria bodoh, dia mampu menerka maksud pembicaraan seseorang dari cara bicaranya. Alasan Sebenarnya Kiyai Husain memintanya untuk tinggal di rumah itu lebih lama, bukan hanya karena ingin mengenal lebih dalam.

"Tapi, Abi ... menurut umi soal itu kita serahkan saja pada yang bersangkutan, kita sebagai orangtua hanya bisa mendukung keputusan mereka." Umi Rosita turut angkat bicara, khawatir jika besannya itu tidak terima.

"Iya, keputusan memang tetap di tangan Sean, Umi. Apa yang Abi katakan tadi hanya keinginan saja," tutur kiyai Husain kemudian mengulas senyum.

Kiyai Husain tidak bermaksud yang bagaimana. Dia memang termasuk orang yang membebaskan putrinya jika ingin ikut suami seperti Mahdania, kakak kandung Zalina. Hanya saja, untuk Sean, dia memang memiliki keraguan andai dilepas begitu saja.

Walau memang ada Zalina yang mungkin bisa membimbing Sean untuk hal kecil. Namun, tentu akan banyak hal yang Sean harus dapatkan dari orang yang lebih mampu membimbingnya.

Kiyai Husain sangat menerima Sean, bahkan sepenuh hati. Dia tidak masalah sekalipun namanya dipandang hina oleh keluarga Bramanto saat ini. Kendati demikian, keresahan Abrizam yang mengatakan jika Al-Fatihah saja Sean tidak bisa tetap menjadi kekhawatiran kiyai Husain.

"Menurutmu bagaimana, Zia?"

"Iya, Mas ... aku juga setuju, ada baiknya urusan ini mereka sendiri yang putuskan. Sean sudah dewasa, tentu dia mampu menentukan pilihannya." Zia mulai bicara, sebagai seorang ibu dia seakan mampu menangkap maksud dari kiyai Husain.

"Tapi untuk keinginan kiyai barusan ada baiknya kita pertimbangkan. Akan lebih baik Sean tetap di sini dulu agar bisa dibimbing kiyai secara langsung. Karena tidak perlu dijelaskan bagaimana kekurangan Sean. Dia diterima dengan baik saja sudah bersyukur, apalagi jika kiyai Husain bersedia membimbingnya.

Zean mengu-lum senyumnya, dia melirik Sean yang kini mendengarkan dengan seksama pembicaraan mereka. Sungguh, saat ini Zean tengah susah payah menahan tawa. Dari isi pembicaraan Zia, dapat disimpulkan memang sang mama menginginkan Sean tetap di sini.

Kiyai Husain menghela napas lega lantaran Zia mengerti maksudnya. Dia tahu Sean anak baik, tapi seseorang seperti Sean memang butuh lingkungan yang membiasakan dirinya. Hanya sementara, kiyai Husain tidak bermaksud meminta Sean tinggal selamanya di sana.

Cukup lama mereka berunding, Evan sebagai penengah menyaksikan pembicaraan mereka. Baru kali ini dia melihat mertuanya sabar dan bicara begitu lembut, berbeda sekali dengan dia sehari-hari.

"Baiklah, Kiyai ... jika begitu saya percayakan putra saya untuk sementara waktu. Saya akui Sean memang benar-benar keras kepala, tenggorokan saya kadang sakit mengingatkannya shalat Isya. Mungkin dengan tinggal di rumah Kiyai, putra saya akan berubah menjadi lebih baik."

Mikhail akhirnya mengalah, setelah dia pikir-pikir memang benar Sean butuh bekal. Setelahnya terserah Sean, ingin kembali ke rumah utama atau hidup mandiri bersama keluarganya kelak.

"Alhamdulillah, terima kasih atas kepercayaannya."

Kepercayaan? Sean melongo mendengar kesepakatan mereka. Entah perasaannya saja atau memang nyata, Zia seakan memasukkan ke pondok pesantren secara tidak langsung. Ya, meski tidak seperti santri sungguhan, tapi yang membimbing pemiliknya langsung.

"Kuatkan hatimu, Sean ... semoga betah."

Zean yang sejak tadi berdiri di sisi Sean masih terus mengucapkan klaimat yang berhasil membuat Sean emosi. Memang benar dia betah walau sedikit menyiksa, Sean merasa butuh lingkungan yang memaksanya sedemikian rupa. Hanya saja, Zean yang sejak tadi mengejeknya membuat pria itu ingin menghantamnya dengan bogem mentah.

.

.

Malam harinya, Sean dan Zalina kembali hanya berdua saja. Sementara keluarganya menyempatkan diri lebih dulu menuju kediaman kiyai Husain. Mereka akan bermalam di sana, sayang sekali saat ini Sean belum diizinkan pulang.

"Kau tidak lelah duduk di sana?" tanya Sean yang kini tiba-tiba bergeser menyisakan sedikit ruang di tempat tidurnya.

"Tidak, Mas," jawab Zalina seraya mengulas senyum teduh yang tidak pernah berubah. Setiap bicara dia akan tersenyum semacam itu, sesuatu yang membuat Sean ingin menggigitnya.

"Naiklah, sudah larut ... kau mau sampai kapan duduk begitu?"

"Hah?" Zalina tidak salah dengar, Sean memang memintanya naik ke tempat tidur itu.

"Cepat, Zalina. Muat berdua, tubuhmu tidak sebesar itu."

Sean kembali menepuk sisi tempat tidur yang masih kosong di sebelahnya. Entah karena desakan Sean yang sedikit menekan kalimatnya atau kenapa, Zalina perlahan mengikuti keinginan Sean.

"Tidurlah, matamu tinggal segaris," ucapnya kemudian tepat di telinga Zalina.

Mereka belum pernah sedekat ini, sekalipun tidur bersama masih berjarak. Kini, keduanya tidak berbatas, bahkan deru napas Sean dapat Zalina dengar dengan jelas.

"Zalina?" tanya Sean lembut usai menarik selimut yang menyelimuti sebagian tubuh mereka.

"Iya, ada apa, Mas?"

"Kau gugup?"

.

.

- To Be Continue -

1
Syahril Ramadhan
Biasa
Anik Dwi Lestari
Kecewa
Anik Dwi Lestari
Buruk
Nia Muthia
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Kalsum
🤣🤣🤣🤣panci panci
Nurlinda
penasaran SM sosok Irham sebenarnya
Kalsum
makin degdekan
Kalsum
jelas dong rugi. sean
Ruaitoh
Luar biasa
Kalsum
yg sabar
Kalsum
🤣🤣🤣🤣🤭🤭🤭
Kalsum
selamat
Kalsum
😭😭😭😭
Kalsum
jgn melarikan diri sean
Kalsum
ternyata hidup sean seestrim itu
Kalsum
seru thoor ceritanya
Kalsum
kayaknya ibu ilham yg atur sekanario semua
Kalsum
klu udh ada penyakit hat.pasti susah obatnya
Kalsum
😄😄😄😄🤭🤭
Kalsum
pacaran halal 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!