Kehidupan mewah serba berkecukupan tidak menjanjikan sebuah kebahagiaan. Contohnya saja Evelina, memiliki segalanya. Apapun yang dia inginkan bisa ia dapatkan. Namun, Eve selalu merasa kesepian, hatinya terlalu gunda mengharapkan perhatian kedua orang tuanya yang terlalu sibuk dengan dunia mereka.
Suatu hari, karena selalu meninggalkan putri mereka sendirian. Kedua orang tua Eve memutuskan untuk menjodohkan putri mereka dengan salah satu anak dari sahabatnya.
Pertanyaan nya, akankah Eve bisa bahagia? menikah muda dan bergabung dengan keluarga baru apa bisa membuat kesepian itu hilang?
Mau tahu jawabannya? yuk ikutin kisah perjalanan cinta Eve dan Joenathan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Pagi pun menjelang.
Eve terbangun dari tidurnya, ia merasa tubuhnya sedikit lebih ringan di bandingkan kemarin.
Eve melirik ke sekeliling kamar rawatnya. Dia terkejut, ketika tangannya menggenggam tangan seseorang.
"Eh!" pekik Eve terkejut. Secara spontan dia melepas tangan itu, sehingga membuat si empunya tangan terbangun.
"Lo udah bangun?" tanya Joe dengan suara seraknya. Ia mengusap wajah tidurnya, lalu memeriksa kondisi tubuh Eve.
"Apaan sih!" ketus Eve menepis tangan Joe yang hendak mengusap keningnya.
"Keluar dari sini, kenapa Lo malah tidur di sini!" usir Eve.
Dia segera bangun dan duduk di atas ranjang rumah sakit. Matanya menatap tajam ke arah Joe.
"Dasar cewe aneh, udah di temani. Gak tahu terimakasih" gerutu Joe seraya beranjak dari tempat duduk itu.
Bertepatan saat itu, bibi datang membawa pakaian dan juga sarapan untuk Joe dan Eve.
"Eh mau kemana den?" tanya bibi ketika melihat Joe hendak pergi.
"Mau pulang bi, niat baik saya tidak di hargai di sini!" Sindir Joe.
Eve tidak bergeming, dia malah memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Loh, kok gitu sih den. Bibi udah masak Lo, ayo makan dulu."
"Gak usah bi, aku pulang aja, mau sekolah juga " Jawab Joe.
Bibi tidak bisa memaksa, jam juga sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Jika dia menahan Joe terus, pria itu pasti akan terlambat.
"Yaudah deh den, hati hati Yo"
"Iya bi" balas Joe.
Joe melirik pada Eve sebentar, sebelum ia melangkah keluar dari ruangan itu.
Fyuu..
Hembusan nafas lega terdengar dari Eve. Dia benar-benar terkejut dengan apa yang dia lakukan tadi.
"Bodoh, kenapa bisa gue memeluk tangannya tidur tadi. Ahh... Malu banget.." Erang Eve memukul kepalanya sendiri. Dia merasa sangat malu melakukannya.
"Ayo non, mau bersih bersih dulu, atau mandi?" tanya Bibi lembut.
"Mandi aja lah bi, gerah sejak kemarin belum mandi" Jawab Eve.
Bibi mengangguk pelan, kemudian dia menyiapkan perlengkapan mandi Eve.
"Ayo bibi antar ke kamar mandi." Tawar bibi, tapi Eve menolak. Ia merasa tubuhnya sudah kembali fit.
"Gak usah bi, aku bisa sendiri. Hari ini aku mau keluar dari rumah sakit bi. Kayanya aku udah sembuh." tutur Eve.
"Nanti bibi tanya sama dokter dulu yah non."
"Iya bi."
Eve pun masuk ke dalam kamar mandi. Ia menyelesaikan ritual mandi dalam waktu 20 menit.
Lama, Eve emang lama kalau soal mandi. Apalagi dia sejak kemarin belum mandi. Tapi itu hanya berlaku saat dia keramas saja. Kalau tidak yah paling 10 menit siap.
Setelah selesai mandi, Eve sudah di hidangkan makanan kesukaannya oleh bibi di atas meja.
"Wahh, makanan kesukaan aku" sorak Eve senang.
"Ayo non makan" Panggil hobi ikut senang melihat anak majikannya girang seperti itu.
"Ayo makan bersama" Ajak Eve pada bibi.
Mereka sarapan berdua, seperti biasa dan selalu seperti itu.
Di sela sela makannya, Eve bercerita soal sekolahnya dan teman barunya Hana pada bibi. Hanya wanita paru baya ini lah yang memberikan kehangatan keluarga kepadanya. Kasih sayang bibi sangat besar kepada Eve.
Apa yang tidak di dapat oleh Eve dari kedua orang tuanya. Bibi lah yang berusaha untuk memberikannya.
"Non, tadi tuan menghubungi bibi"
"Udah bi,gak usah di lanjutkan" potong Eve.
Bibi langsung terdiam, dia tidak mau melanjutkan pembicaraan nya tentang kedua majikannya. Karena itu akan membuat nona muda tersinggung dan tidak selera makan.
Walaupun sebenarnya bibi tahu, Eve menunggu nunggu kabar kalau kedua orang tuanya datang setelah mendengar kabar dirinya sakit.
tapi, Eve terlalu takut untuk berharap. Karena itulah dia tidak mau mendengar dari bibi.
Keesokan harinya, Eve sudah keluar dari rumah sakit. Eve langsung masuk sekolah dan di sambut senang oleh sahabat sahabat nya.
"Eve... Welcome back to our school yeahh!!!!!!" Sorak Nadia girang.
"Eve telah kembali!!!" Sahut Tiara tak kalah heboh.
Berbeda dengan Hana yang berdiri sambil menatap Eve dengan tatapan sulit di artikan. Dia berjalan mendekat, kemudian memeluk Eve .
Eve merasa sedikit aneh, tapi ia tidak terlalu memikirkannya.
"Yeay Yeay..."
Brak!
Di saat saat mereka sedang senang senang, tiba tiba seseorang menggebrak pintu kelas dan masuk dengan ekspresi marah.
Mereka terkejut dan langsung berbalik melihat siapa yang telah mengganggu kesenangan mereka.
"Mau apa Lo!" Tanya Hana dan langsung berdiri di depan Eve. Ia akan melindungi Eve dari orang orang yang sirik dan terus mengganggu sahabatnya.
"Gue gak ada urusan sama Lo!" Balas orang itu.
Dia adalah Jia, dia tampak marah pada Eve. Entah apa yang menyebabkan gadis ini menggila seperti ini.
"Enak aja, urusan Eve adalah urusan kita juga!" Sahut Nadia ikut berdiri di samping Hana.
"Lo gak akan bisa ganggu dia lagi!" Ucap Tiara tak mau ketinggalan.
"Cih, kacung kacung seperti kalian, gak ada gunanya di lawan!" balas Jia. Dia mendorong mereka dan berdiri di hadapan Eve.
"Lo mau apa lagi sih. Gue lagi gak mood berantem." Ujar Eve santai.
"Cih, setelah Lo membuat semua keributan ini. Lo malah berkata seperti itu? wah, bagus sekali."
Eve mengerutkan dahi, entah apa yang gadis ini maksud.
"Udah deh yah Jia, nenek lampir. Gue baru masuk dan Lo udah nuduh nuduh gue yang tidak tidak!"
"Nuduh???" geramnya, Jia langsung menunjukkan foto dari ponselnya di hadapan Eve.
"Apa ini??"
Eve terbelalak, bagaimana mungkin foto itu tersebar. Lagian itu sangat privasi.
Merasa penasaran, Nadia mengambil ponsel Jia dan melihatnya bersama.
"Astaga, ini beneran?" pekik Hana girang, membuat mereka jadi heran.
"Siapa yang sudah menyebarnya?" gumam Tiara.
Jia kembali mengambil ponselnya. Lalu menatap Eve tajam.
"Lo tahukan, Joe itu milik gue. Dan gue gak suka barang gue di ambil!"
"Heh nenek lampir, siapa yang mau sama ketua OSIS lebay itu. Ambil Sono ambil!!!" balas Eve dengan ekspresi jijiknya
Walaupun begitu, Eve tetap penasaran siapa yang telah melakukan semua ini.
"Udah deh keluar Lo dari sini!" Usir Hana seraya mendorong Jia ke arah pintu.
"Apaan sih Lo, anak baru berani banget!"
Belum sempat Jia membalas perlakuan Hana. Joe lebih dulu masuk ke dalam kelas Eve.
"Aduhh, makin runyam sudah" gumam Nadia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Heh ketua OSIS, tolong dong. Bawa Anggota Lo ini pergi. Merusak suasana di kelas kami!" Dengus Eve, tangannya mengibas ngibas agar Joe membawa Jia keluar. Dia tidak berani menatap kearah Joe, hanya tangannya yang bergerak memberikan kode.
"Lo yang harus ikut gue!"
"Eh?" Eve terkejut, Joe tiba-tiba menarik tangannya dan langsung membawa Eve keluar dari kelas.
"Joe!!" Jia semakin kesal dan marah melihat kepergian mereka. Kedua tangannya mengepal kuat.
"Awas aja Lo!" gumamnya.
Ga tega ma Eve.. Kemanalaaa arah hubungan Joe da Eve ini? 😔😔😔😔😔