Niat hati ingin memberikan kejutan di hari pernikahan. Hatinya hancur berkeping-keping di saat sang suami lebih memilih meninggalkannya di bandingkan bertahan di dalam pernikahan.
Pertemuannya Alex dengan wanita bernama Eliza menggoyahkan hati pria itu, padahal pria itu sudah beristri yang tak lain pelakor dalam hubungan Eliza.
Jerat pun mulai Eliza lakukan demi membalas rasa sakit yang dulu pernah Mauren lakukan.
Bagaimana kisah mereka bertiga? akankah hubungan Eliza dan suami orang diresmikan atau justru karma Eliza tuai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 - Diterima
Eliza sudah masuk dan sudah duduk di ruangan para pelamar pekerjaan. Dia memperhatikan pergerakan para pria yang hendak mencalonkan diri sebagai sekertaris di perusahaan berlian itu.
Matanya tak henti-hentinya menatap dan mengikuti pergerakan orang-orang yang keluar dalam keadaan berwajah murung.
"Pasti dia tidak diterima," gumam Eliza dalam hati. Beberapa saat dirinya menunggu dan tibalah giliran dia yang maju.
"Selanjutnya," ujar seseorang dari dekat pintu khusus ruangan HRD mempersilahkan yang akan masuk ke dalam.
Berhubung hanya Eliza saja seorang, maka Eliza berdiri. Terlebih dulu dirinya menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan. Dia pun melangkahkan kakinya maju ke depan.
Dia yang mengenakan pakaian pria di padukan wig pria dengan wajah pakai kumis tipis dan rahang memakai janggut tipis serta kacamata bertengger di hidung bangirnya terlihat ganteng sekali. Jika para wanita yang lihat akan terpesona karena wajah Eliza begitu cocok di pakai dua karakter, pria dan wanita.
Eliza menunduk belum melihat yang akan mewawancarainya. "Permisi, pak."
"Hmmm, silahkan kamu duduk!"
Eliza mengangguk lalu duduk masih dalam keadaan menunduk. Lalu tangannya menyimpan map lamaran kerja yang ia bawa ke rasa meja.
"Kenan, apa di luar masih ada orang?" tanya Alex pada Kenan dikarenakan tidak ada satupun yang berhasil menjadi sekertaris nya. Hal itu cukup membuat Alex kesal karena tidak ada yang bisa membuat dia tertarik untuk di jadikan sekertaris. Lebih tepatnya sekertaris pribadi.
"Sudah tidak ada lagi, Bos. Hanya tersisa orang ini saja," ujar Kenan menutup pintunya sampai kini hanya mereka bertiga yang berada di ruangan HRD tersebut.
"Kenapa tidak ada satupun yang bisa membuat saya tertarik menerima mereka bekerja? Ini sungguh membuat saya kesal, Kenan. Semuanya tidak ada yang bagus. Bikin saya gak mood saja," ujar Alex menggerutu kesal seraya mengambil berkas lamaran yang ada di hadapannya.
Perlahan tangannya membuka tutup lembar pertama. Dia menunduk dan seketika mengerutkan keningnya melihat foto yang ada di CV itu. Matanya beralih menatap orang yang ada di hadapannya dan beralih memperhatikan kembali kertas yang ada di hadapannya yang sedang ia pegang.
"Motivasi mu melamar pekerjaan sebagai sekertaris itu apa?" tanya Alex ingin tahu jawaban apa yang akan di keluarkan dari mulut Eliza.
"Motivasi saya adalah ingin membantu Anda mengembangkan perusahaan yang Anda lakoni. Saya juga memiliki motivasi untuk membuat apa yang saya kerjakan berkesan bagi Anda," ujar Eliza membalas ucapan Alex menggunakan suara pria.
"Lantas, apa tujuanmu melamar pekerjaan di sini?" Alex bertanya lagi guna melihat sejauh mana orang itu bertahan dan menjawabnya.
"Tujuan saya ingin mencari pekerjaan untuk bertahan hidup dan mengumpulkan uang agar saya bisa membeli rumah untuk tinggal saya sekarang ini. Saya juga melamar kerja hanya karena ingin membuka usaha kecil-kecilan supaya nanti ketika saya keluar dari sini saya mendapatkan kerjaan tetap."
"Lalu kenapa kamu menyamar menjadi pria, Eliza?"
Ya, Eliza memang memakai CV asli dan hanya penampilannya saja yang berubah tidak seperti di dalam CV.
Perkataan Alex membuat Kenan terhenyak. "Bos, dia pria, masa namanya Eliza? Eliza kan seorang wanita, Bos," ujar Kenan mengerutkan keningnya tidak mengerti kemana arah bicara Bos nya ini. Dia yang salah dengar, dia yang tidak mengetahui apapun, atau nama pria itu memang bernama Eliza seperti nama perempuan. Kenan juga memperhatikan wajah orang yang ada di hadapannya Alex.
Kenan yang tadinya duduk berdiri mendekati orang itu dan wajahnya ia condongkan untuk memperhatikan wajah Eliza.
"Kalau dari matanya terlihat seperti wanita. Bermata hazel kebiruan dengan bulu mata lentik yang indah, alis yang alami tersusun rapi. Hidung bangir begitu mancung sangat bagus, serta bibir yang sensual bervolume begitu terlihat sangat sexy ..."
Dug ....
"Aduh!" Kenan terkejut ketika buku melayang ke kepalanya. Dia mengaduh memegangi kepala yang kena timpuggan dari Alex. "Alex, lo ini kenapa sih main lempar sembarang map pada gue? Ini sakit tahu, lo itu punya sopan santun tidak sebagai Bos?" ujar Kenan menggerutu kesal sambil mengusap-usap kepalanya.
"Sialan kamu Kenan, saya ini Bos mu dan sekarang kamu berani melawan perkataan saya? Ini masih jam kerja, jaga bicaramu pada saya! Kamu yang tidak punya sopan santun sudah memperhatikan Eliza begitu dalam. Kamu pikir dia itu tersangka sampai kamu begitu dekat memperhatikannya?" omel Alex tidak suka cara Kenan yang terlalu dekat memperhatikan Eliza.
Kenan mencebik.
Eliza mengerutkan keningnya lalu menggala nafas berat. Dia menunduk pasrah jika dirinya di tolak mentah-mentah.
"Maafkan saya karena saya telah melakukan kebohongan demi sebuah kerjaan yang saya butuhkan," ucap Eliza sambil membuka kacamata nya lalu menyimpannya di atas meja.
"Saya terpaksa melakukan penyamaran ini untuk mencari pekerjaan yang saya butuhkan," lanjutnya lagi sambil membuka janggut palsu tipisnya.
Kedua pria itu begitu serius dalam memperhatikan wajah asli Eliza yang tanpa penyamaran.
"Saya tahu kalau saya pasti di tolak dan tidak mungkin di terima sesuai pencarian yang kalian umumkan. Setelah kalian tahu saya ini wanita pasti tidak akan di terima," kata Eliza lagi sambil melepaskan wig yang ia kenakan lalu menggerakkan kepalanya hingga rambut panjang itu terurai begitu saja.
Alex dan Kenan masih memperhatikan dan keduanya terpesona kepada Eliza yang ternyata begitu cantik luar biasa meski tanpa memakai make up.
"Dia!" Kenan memicingkan mata dan seketika terbelalak penuh keterkejutan. "Bos, dia gadis yang saat itu kamu gendong dan kamu cium, Bos!" pekik Kenan menggebu penuh keterkejutan.
Alex diam seribu bahasa dan terus menatap Eliza dengan tatapan yang sulit di artikan. Eliza mendongak dan menatap Alex juga.
"Dia satu-satunya wanita yang tidak bisa membuatku jijik. Dia wanita yang entah kenapa mampu membuat saya berani menyentuh wanita dan tidak merasakan gatal-gatal kala tangan wanita lain terkena kulit saya. Apa iya saya harus memperkerjakan dia sebagai sekertaris saya?" gumam Alex dalam hati masih terus menatap dalam mata Wanita yang ada di hadapannya.
"Pak, kenapa Anda menatap saya begitu dalam? Apa wajah saya terlihat menyeramkan atau begitu mempesona hingga Anda tak berkedip menatapnya?" tanya Eliza begitu percaya diri sekali jika pria yang ada di hadapannya ini terpesona.
Eliza tidak memperdulikan rasa malu yang ia miliki. Eliza akan memulai semuanya dari awal menjadi wanita yang terlihat begitu berani. Berani dalam menghadapi segala macam resiko yang kemungkinan suatu hari akan terjadi kepadanya ketika Alex mulai menunjukkan kekuasaan dan ketegasan pria itu.
"Kenapa kamu menyamar menjadi pria? Sudah tahu ini pekerjaan untuk pria tapi kamu malah menyamar penampilanmu sebagai pria, sungguh tidak bisa di percaya. Jika saya terima pun sepertinya kau tidak pandai bekerja. Mending kamu pergi saja dari sini!" Alex mengusir Eliza dan dia berdiri dari duduknya.
Entah kenapa tiba-tiba Alex merasakan hal yang berbeda di hadapan Eliza. Dia mengingat lagi pertemuan pertama dengan wanita itu yang dulu ia tabrak akibat pulang dalam tergesa-gesa, dia juga meminta bagaimana dirinya membopong Eliza saat wanita itu kembali terserempet dan malah mengecup bibirnya tanpa rasa jijik ataupun gatal di kulitnya. Hal ini lah yang membuat Alex tidak mengerti, mengapa bisa?
Tanpa diduga Eliza juga berdiri dan langsung bersimpuh di hadapan Alex.
"Apa yang kamu lakukan?"