Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 ~ Hanya Teman ~
Anna keletihan karena sibuk bekerja, karena tekadnya menjalankan prinsip. Anna akan pulang setelah semua karyawan pulang. Tanpa Anna sadari rasa letih itu juga berasal dari kehamilannya. Anna mengira semua yang dirasakannya karena belum terbiasa dengan pekerjaan baru itu.
Saat mengagumi indahnya panorama kota di malam hari, Anna bisa merasakan nikmatnya beristihat. Tadinya hanya ingin memejamkan mata sekejap saja. Demi menikmati nyamannya angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya di ruangan terbuka itu. Namun, akhirnya membuat Anna tertidur entah berapa lama hingga merasa sesuatu yang lembut menyentuh pipinya.
“Oh Tuan Nick?” tanya Anna kaget saat membuka matanya.
Anna tidak percaya kalau ternyata dirinya masih bisa bertemu dengan Nick Rush. Merasa takut itu hanyalah mimpi, Anna menepuk pipinya dengan cukup keras. Bukan gadis itu yang menjerit tapi justru Nick Rush yang menghentikan dengan panik.
“Hey apa yang kamu lakukan? Aku saja cuma berani mengusapnya dengan lembut, kamu malah menamparnya,” ucap Nick lalu tertawa.
“Ini bukan mimpi?” tanya Anna dengan polosnya.
“Kalau ini mimpi, aku rasa akulah yang bermimpi … apa kamu tahu? Sudah beberapa hari ini aku mencarimu. Aku sudah putus asa. Baru saja aku berniat berhenti mencari, eh malah justru menemukanmu di sini. Sepertinya aku yang bermimpi,” jelas Nick lalu tertawa.
Laki-laki itu ikut Anna duduk di pembatas jendela kaca besar ruangan itu. Duduk berhadapan dengan Anna. Mendengar cerita Nick, Anna pun tertawa.
“Tuan Nick mencariku? Untuk apa?” tanya Anna senang bercampur heran.
“Hmm, oh itu karena aku ingin berikan oleh-oleh untukmu. Karena waktu itu aku sudah bilang akan ke luar negeri, bukan?” tanya Nick.
“Oh, ya ya, tapi Tuan tidak harus berikan oleh-oleh untukku. Lagipula kita baru kenal. Baru dua kali bertemu. Aku bukan siapa-siapa yang harus dibawakan oleh, kan segala,” tanya Anna lalu tertawa.
“Ya benar, tapi saat aku tidak ada kerjaan, aku teringat padamu. Di Jepang, aku sering teringat padamu. Banyak hal yang ingatkan aku padamu, kadang aku ingin bertanya sesuatu, tapi sayangnya kamu tidak hp untuk aku hubungi,” jelas Nick panjang lebar.
Teringat saat mengajak Anna makan siang bersama, Nick meminta Anna berikan nomor ponsel untuk menghubungi Anna. Dengan polos gadis itu menjawab kalau dirinya tidak memiliki benda yang sangat penting di jaman sekarang ini.
“Memangnya Tuan mau tanyakan apa?” tanya Anna dengan polosnya.
“Hmm, sekarang udah lupa. Kalau ingat akan aku tanyakan lagi padamu, yaa. Sekarang tolong terima hadiahku ini,” ucap Nick sambil menyodorkan paper bag berisi ponsel merk terbaru yang beberapa hari ini selalu dibawanya ke mana-mana.
“Oh tidak perlu, Tuan. Hadiah ini sangat berlebihan untuku,” ucap Anna.
Menolak dengan tidak enak hati. Menerima merasa tidak enak hati. Menolak pun juga tidak enak hati.
“Kamu tidak tahu? Aku sudah pegal membawanya setiap hari. Jadi tolonglah diterima. Lagi pula ini untuk kepentinganku juga ….”
“Haah?”
“Ya kadang aku sangat ingin menghubungimu,” ucap Nick lirih nyaris tak terdengar.
“Oh ya ampun! Aku lupa!” seru Anna lalu bangun dari pembatas jendela itu. Tak ingin menyentuh paper bag yang disodorkan Nick itu sama sekali. Anna justru melangkah tergesa menuju ruang kerja para karyawan.
“Nona Angelia? Dia sudah pulang. Aku yang meminta padanya untuk pulang saja dan tinggalkan kamu,” jelas Nick Rush.
“Nona Angelia?” tanya Anna merasa tidak kenal.
“Dia karyawati yang tadi kamu temani lembur,” jelas Nick sedikit heran karena Anna yang terlihat bingung.
“Oh, Mbak itu namanya Anggun,” jawab Anna meralat ucapan Nick Rush.
“Oh ya aku lupa, namanya Anggun tapi aku mau panggil dia Angelia saja ….”
“Wah, apa itu panggilan spesial dari Tuan untuknya? Aku dengar semua karyawan memanggilnya dengan nama Anggun ….”
“Panggilan spesial apa? Dia bilang di rumah memang dipanggil dengan nama itu,” jelas Nick sedikit gusar dengan tuduhan Anna.
Sementara gadis itu tersenyum menggoda. Memaksa Nick untuk mengakui tebakannya. Nick merasa geregetan.
“Udahlah akui aja, Tuan! Mbak Anggun sangat baik, ramah, kalem dan maniiis sekali. Aku sangat kagum padanya. Mbak Anggun adalah karyawan favoritku. Hmm, aku lihat dia sangat serasi dengan Tuan Nick. Aaah, apa jangan-jangan Tuan Nick yang dimaksud ….”
“Apa itu?” tanya Nick penasaran.
Anna teringat cerita Anggun tentang dua pangeran yang menjadi idola para karyawan wanita di hotel itu. Yang pertama adalah Dean Monteiro, sang CEO dan yang kedua adalah sahabatnya. Anna terdiam tak percaya jika benar Nick adalah orangnya.
“Apa teman yang Tuan Nick kunjungi di hotel ini … teman yang selalu bermasalah itu … dia adalah Tuan Dean? Tuan Nick adalah sahabat Tuan Dean yang sering disebut-sebut itu oleh karyawan itu?” tanya Anna sementara ekspresi Nick justru terlihat bingung.
“Ya, aku memang sahabat Dean. Aku datang ke hotel ini memang untuk menghibur Dean,” jawab Nick.
“Oh, begitu ternyata,” Anna mengangguk dengan ekspresi kecewa. “Di hotel yang luas begini, aku justru merasa dunia begitu sempit,” ucap Anna dengan senyum yang dipaksakan. “Tuan … maaf, sudah malam. Sebaiknya aku pulang sekarang. Senang bertemu denganmu, Tuan,” ucap Anna lalu melangkah dengan tergesa-gesa.
“Hey.” Nick Rush segera mengejar Anna.
Nick merasa heran karena sikap Anna tiba-tiba berubah. Anna sendiri tidak tahu kenapa hatinya terasa sakit. Seorang Nick yang begitu baik padanya. Seseorang yang membuatnya nyaman tanpa merasa terhina, justru bersahabat dengan laki-laki yang paling menyebalkan baginya.
Anna memutuskan menjauh dari Nick Rush. Anna ingin menjaga hubungan yang terlanjur nyaman itu kembali pada posisinya. Anna merasa tidak pantas berhubungan dengan orang-orang darii sekitaran Dean.
“Hey, Anna, kamu kenapa?” tanya Nick langsung menahan lengan Anna.
“Sudah malam Tuan. Aku harus pulang,” ucap Anna berkilah.
“Jangan khawatir. Aku akan mengantarmu pulang,” ucap Nick tanpa melepaskan genggaman tangannya di lengan Anna.
“Tuan, tidak perlu mengantar aku pulang. Aku ini bukan siapa-siapa. Kita hanya dua orang yang kebetulan bertemu dua kali ….”
“Ya benar, tapi aku telah bertekad dalam hati. Jika bisa bertemu denganmu untuk ketiga kalinya. Aku tidak akan melepaskanmu,” ucap Nick lalu menangkup wajah Anna.
Gadis itu sontak mundur sambil menggelengkan kepalanya. Beruntung Anna bisa melepaskan diri dari kedua tangan Nick yang menangkup wajahnya. Anna merasa apa yang dilakukan Nick tidak wajar pada seseorang yang baru dikenal.
Anna sendiri tidak boleh lupa kalau dirinya berstatus istri Dean. Anna merasa menyesal karena telah terlalu akrab pada Nick yang ternyata adalah sahabat dari suaminya sendiri. Nick baru sadar kalau dirinya telah bersikap berlebihan.
Ya ampun, ini terlalu cepat. Aku tidak boleh menunjukkan perasaan. Dia pasti kaget atas perbuatanku, batin Nick Rush.
Laki-laki itu sadar atas kesalahan perbuatan dan ucapannya. Tiba-tiba Nick Nick panik karena Anna yang mendadak menghindar darinya. Nick harus berusaha membuat Anna nyaman kembali bersamanya.
“Anna, sangat wajar seorang teman mengantar pulang, akan? Apalagi kamu perempuan. Bahaya jika berjalan sendirian. Jika kamu pulang dengan Nona Angelia, aku yakin dia juga akan mengantarmu pulang,” tutur Nick setengah memohon.
“Tapi dari sini aku bisa naik angkutan umum, Tuan. Aku rasa masih banyak orang yang pulang kerja malam,” sanggah Anna.
“Aku tahu tapi aku merasa jadi teman yang tidak berguna jika mengantar kamu pulang saja aku tidak bisa,” balas Nick.
Berkali-kali menekankan bahwa hubungan mereka adalah hubungan pertemanan. Anna terdiam. Nick sangat berharap Anna tidak menolaknya lagi.
Gadis itu akhirnya bersedia diantar pulang. Namun, saat menjelang tiba di area apartemen itu, Anna mendadak teringat kalau dirinya tinggal bersama dengan Dean di apartemen itu. Anna tidak ingin Nick Rush heran karena kebetulan Anna bertempat tinggal di apartemen yang sama dengan temannya.
“Tuan aku turun di sini saja ….”
“Anna, ini jalanan sepi. Di sebelah mana rumahmu?” tanya Nick sama sekali tidak mau memperlambat laju mobilnya.
“Tidak apa-apa, aku lanjutkan dengan jalan kaki saja,” jawab Anna begitu pelan. Anna memang tidak yakin Nick akan mengabulkan permintaannya.
“Anna, ini jalan menuju apartemen. Apa kamu tinggal di sana?” tanya Nick dengan nada sedikit heran.
“Aku … aku ….” Anna bingung harus menjawab apa, tapi Anna juga tidak ingin Nick merasa aneh jika dirinya yang tinggal di apartemen yang terbilang sangat mewah itu. “Sebenarnya … aku bekerja sebagai pembantu di salah satu unit apartemen itu,” jawab Anna sambil berdo'a Nick akan percaya.
“Oh begitu. Kasian sekali kamu sampai harus bekerja di dua tempat,” jawab Nick dengan tenang.
Anna merasa heran sekaligus lega. Heran karena Nick sama sekali tidak mengenali apartemen Dean. Lega karena ternyata Nick percaya pada ucapannya. Anna tidak sepenuhnya berbohong. Gadis itu memang merasa diperlakukan sebagai pembantu oleh Dean Monteiro.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...